Anesha, Shara, dan Aline tengah duduk beristirahat di depan aula sekolah. Mereka baru saja selesai melakukan penilaian lari jarak menengah, mengelilingi kampung di samping SMA Bakti Nusa.
"Gilaa, capek banget gue!" keluh Shara masih dengan napas ngos-ngosan.
"Pak guru kejem banget sih! Kenapa nggak keliling lapangan aja, coba? Kan nggak jauh-jauh larinya!"
"Shar, Shar. Namanya juga lari jarak menengah. Ya harus jauhlah,"sahut Anesha yang duduk di samping Shara, kemudian melanjutkan menenggak minuman di sebelahnya.
"Eh, penilaiannya udah selesai kan?" Aline bangkit dari duduknya."Kantin yok! Gue laper..."
"Ayo! Tapi gue izin Pak Andi dulu bentar." ujar Anesha sembari berlari kecil menuju Pak Andi yang sedang sibuk menilai murid lainnya.
"Ya udah, Nesh! Nanti lo nyusul yaa!" seru Shara sambil merangkul Aline pergi menuju kantin. Mereka langsung beranjak tanpa mendengar jawaban dari Anesha.
Anesha berjalan menyusuri lorong kelas sebelas. Suasana masih sepi. Maklumlah, bel istirahat belum berbunyi. Dalam hati ia merutuki kedua sahabatnya yang meninggalkannya sendiri.
"Awas aja ntar kalo ketemu! Gak bakalan gue kasih jawaban ulangan IPA biar kapok tuh orang,"gerutu Anesha tidak jelas sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Kalau sampai waktuku, Kumau tak seorang kan merayu. Tidak juga kau,"samar-samar terdengar suara cowok. Langkah Anesha tiba-tiba terhenti. Ia mencari sumber suara tersebut. Dari jendela kelas, tampak seorang cowok dengan tatapan datar sedang berdiri di depan kelas. Cowok itu membawa buku tulis sambil membacakan puisi 'Aku' karya Chairil Anwar. Anesha menyipitkan matanya. Kayak kenal... batin Anesha kemudian. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya di pipi, berpikir sebentar. Ah iya! Anesha ingat. Dia itu kan...
.....
"Woi!" Anesha datang sambil menggebrak meja kantin.
Shara menatap Anesha kesal, "Anesha! Bakso gue tumpah gara-gara lo nih!"gerutunya sembari mengelap meja yang basah terkena kuah.
"Iya, sori sori. Gak sengaja! Lagian kalian juga sih! Ninggalin gue seenaknya, nggak setia kawan lo pada!"kata Anesha mengerucutkan bibirnya.
"Aah, ituu... gue tadi udah ngomong ke elo kok." ujar Shara memberi alasan."Habisnya lo lama sih."
"Kapan? Gue kok nggak denger?"
"Udah tadi. Ya nggak Line?" tanya Shara menelengkan kepalanya ke arah Aline. Aline mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
Anesha mendengus. Ia menyerah. Mungkin memang salahnya yang terlalu membesarkan masalah. "Hissh, ya udah! Gue mau pesen dulu!" ucap Anesha lalu beranjak memesan makanan.
"Ya. Dadaah... jangan marah yaa..." Shara melambaikan tangan kirinya, karena yang kanan sedang sibuk menyendok bakso. Shara dan Aline memandangi kepergian Anesha sambil cekikikan sendiri.
Anesha meletakkan mangkuk bakso miliknya di atas meja. Ia terdiam cukup lama. Sorot matanya tiba-tiba berubah serius.
"Kenapa? Kok baksonya nggak dimakan?" tanya Aline heran. Anesha menghela napas. Tatapannya beralih pada dua sahabatnya.
"Gue mau cerita ke kalian."
"Oh ya? Cerita apa?" Aline dan Shara mendekat. Siap mendengarkan cerita.
"Jadi, kemarin malam itu gue hampir ketabrak truk,"
"Wah! Kok bisa?" pekik Shara terkejut." Gimana ceritanya? Di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggara ✔
Roman pour Adolescents( DITERBITKAN ) Tidak semua perasaan cinta itu salah bagi setiap orang. Terkadang ada beberapa manusia yang menganggap rasa itu suatu keajaiban. Cinta bukan hanya saling peduli, tetapi juga menghargai dan menyayangi. ~ Anesha Bulan membutuhkan bint...