Jeongguk melewati pohon sakura dengan gembira, mengenakan kaos putih halus yang terlihat kebesaran untuknya, dipadu dengan jins robek berawarna biru terang . Oh, betapa cintanya ia dengan warna-warna cerah ; membuat dirinya terlihat sedikit kecokelatan daripada ketika ia mengenakan warna hitam dan hampir terlihat seperti hantu.
Saat ia sampai ke pohon, ia melihat lelaki kecokelatan dengan rambut pirang yang ia temui kemarin. Lelaki itu duduk bersila lagi dengan buku sketsa di pangkuannya dan pensil warna yang berserakan di sepanjang rumput. Ia terlihat mewarnai dengan corak yang berbeda, dan Jeongguk dapat merasakan rona merah di pipinya akan kembali.
Ketika ia berjalan perlahan ke arah pohon sakura yang biasa ia tempati, lelaki itu mendongak dan menghampirinya. Senyum kotak terpampang di bibirnya yang berwarna rasberry,matanya sedikit menyipit, rambutnya yang sedikit ikal terbelah ketika angin sepoi berhembus ke arahnya.
"Halo!" Sang seniman menyapanya ramah. Kalimat pertama yang ia katakan kepada Jeongguk mungkin saja bercampur dengan rasa gugup, tapi itu sangat bisa dimengerti; bagaimanapun juga, ia adalah orang asing dan kesan pertama adalah kunci utamanya.
Jeongguk hanya melambai malu-malu, senyum tipis dari bibir pink-nya yang menunjukkan bahwa ia tak ingin terlihat kasar atau hal-hal lain yang ia tidak inginkan. Ia sangat pemalu, dihantui oleh masa lalu yang kelam lantaran bicara pada waktu yang salah.
"Bagaimana kabarmu hari ini?" Jantung Jeongguk berdegup kencang. Mengapa orang asing ini harus menarik, berbakat, dan sopan sekali? Ia mengintip buku sketsa si orang asing yang terbuka tertiup angin, dan menyadari bahwa ia sangat berbakat dan profesional, meskipun ia terlihat baru berumur duapuluh-an.
Ia tidak bicara--melainkan hanya mengendikkan bahunya dan duduk dihadapan lelaki itu. Lelaki pirang itu tersenyum lebar, senyumnya tak meluntur bahkan ketika tatapannya mengarah kepada Jeongguk yang tengah mengintip karya nya.
Jeongguk membuka tas nya berwarna pink pucat dari pundaknya, mengeluarkan dua flower crown palsu. Untuk alasan tertentu, ia sangat menyukainya dan ingin menyimpan benda itu selamanya. Tentu saja yang terbuat dari kelopak sungguhan ada dirumah dan di buku memo Jeongguk, tapi didalamnya lebih banyak kenangan daripada fashion.
Langkah selanjutnya dari Jeongguk sangat berani. Ia meletakkan flower crown berwarna biru langit di kepalanya, merapihkan secara asal lantaran ia tidak membawa cermin. Lalu, tanpa pikir panjang ia meletakkan flower crown kuning cerah di kepala Taehyung. Genggaman pensil di tangannya merenggang dan menatap ke arah Jeongguk.
"Terimakasih" Ia tersenyum lebar setelah melihat flower crown yang mirip seperti miliknya di kepala Jeongguk,"Kau terlihat sangat imut"
Pujian yang tak terduga darinya membuat Jeongguk melebarkan sedikit matanya dan membuat nafasnya sedikit goyah, tapi ia bersikap santai; ia menerima pujian dari ibunya setiap saat, tapi kali ini berbeda. Hampir seolah-olah ia memberikannya pujian karena ia putranya, tetapi toh Mrs. Jeon adalah wanita yang penyayang.
"Aku bahkan tidak mengetahui namamu" Kata sang seniman,lalu menutup buku sketsa dan merapihkan pensil warnanya. Jeongguk memainkan kelopak bunga sakura yang terlantar.
Ia menghela napas; ia sangat ingin untuk bicara,sungguh. Tetapi kata-kata itu hanya membuntuti lidahnya dan menari di sekitar bibirnya, bahkan tidak sempat terlontar dari bibir merahnya.
"Baiklah, aku Taehyung" Si orang asing mengulurkan tangannya, menunjukkan senyum kotaknya lagi. Jeongguk dengan perlahan menjabat tangannya, menyukai tangan mungilnya yang serasi dengan tangan besar Taehyung.
"J-Jeongguk" Ujarnya terbata.
Itu adalah kalimat pertama yang ia ucapkan selama tiga tahun ini.
*・゜゚・*☆ *・゜゚・*☆ *・゜゚・*
KAMU SEDANG MEMBACA
watercolour ✿ vkook/taekook
Fanfiction✎ kisah seorang seniman yang ingin mencari tahu tentang lelaki imut misterius dengan permen lolipop nya dan pakaian yang sedikit 'feminim'. [ INDONESIAN TRANSLATION ] original story by ; ©LOVEGUKKS translated by ; ©HEAVENLYJEON