Papan rumah berwarna biru pucat, bunga tulip dengan berbagai corak tersebar di sepanjang taman yang apik, jalan setapak yang terbelah hampir tertutupi bilah rumput. Tanaman Ivy yang menjalar, dan pepohonan yang mengelilingi rumah. Sungguh rumah yang sempurna untuk Jeongguk.
"Wow..." Taehyung ternganga melihat rumah Jeongguk, memfokuskan pandangannya; dari pagar putih hingga ke tanaman anggrek dan peonie yang berayun tertiup angin dengan tulip.
"Jeonggukie,rumahmu sangat..." Taehyung menyibakkan tangannya di udara saat Jeongguk meringis dan menuntunnya ke jalan setapak, jari kelingking mereka masih terkunci rapat dan erat. "...cantik" Taehyung mengeluarkan napasnya.
Jeongguk tidak berkata apapun, hanya membimbing Taehyung ke teras depan dengan kelingking yang masih terikat. Taehyung menelan ludah ketika Jeongguk membuka pintu, menggiringnya ke dalam rumah.
Dinding berwarna putih, foto keluarga yang dibingkai satu, lorong kecil yang menghubung kamar –kamar, dan tangga melengkung yang terdapat di sebelah timur. Alunan musik indie memenuhi indera pendengaran Taehyung, terdengar suara wanita yang bersenandung pelan.
Mereka meletakkan sepatunya, Jeongguk sedikit mengembangkan rambutnya karena –sudah kebiasaan ,sebelum mengajak Taehyung ke dapur.
Terdapat lemari yang kontras dengan lantai ; warna cokelat terang, dengan marmer putih diatas counter. Beberapa bunga yang memenuhi vas, akesesoris dapur yang seluruhnya berwarna biru navy, polaroids dan foto masa kecil yang ditempel di kulkas, membuat suasana dapur menjadi hangat.
Namun, yang menarik perhatian Taehyung yaitu wanita yang sedang menyoritr beberapa berries kedalam mangkuk, rambut pirangnya diikat longgar menjadi sanggul di tengkuk lehernya, mengenakan apron biru pucat yang sedikit berenda.
"M-Mama!" Jeongguk tersenyum lebar, bergegas kearah wanita itu . Ibunya langsung tersenyum, memeluknya dengan hangat dan meletakkan blueberry di bibirnya.
"Halo Ggukie! Maaf tidak bisa menemuimu tadi pagi sayang, mereka membutuhkan bantuan Ibu di kantor". Wanita itu mengacak rambut putranya, kemudian meletakkan buah strawberry di mulutnya. Jeongguk menyeringai lebar, membuat Taehyung ikut senang.
Jeongguk sudah terlalu lama bersedih,contohnya, kejadian di halte bus beberapa hari yang lalu. Taehyung ingin membuat bocah polos itu tersenyum sebanyak yang ia bisa, membayangkan hal itu tidak pernah gagal untuk membuat Taehyung bahagia.
Omong-omong, Taehyung hanya berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan sepasang ibu dan anak tersebut. Ia berharap agar bisa memiliki kesempatan seperti itu dengan ibu kandungnya, tetapi ia tidak bisa. Ibunya sudah tidak disini lagi.
"Oh!" Lamunan Taehyung membuyar, mendongakkan sedikit kepalanya untuk bertatap mata dengan Ibu Jeongguk. Wanita itu berjalan mendekat, melepas apron diatas marmer dan memeluk Taehyung erat.
Hal itu sangat mengejutkannya, sungguh ; Ibu Jeongguk tidak ragu-ragu untuk memeluknya sedangkan ayah kandungnya memandang rendah dirinya. Rasa kasih sayang ibu dari pelukan itu membuat degupan di jantungnya semakin cepat, juga karena melihat senyum imut di bibir raspberry Jeongguk
"Kau pasti Taehyung, senang bertemu denganmu" Ibu Jeongguk menjabat tangannya, memperlihatkan cincin manikur perancis di jarinya. Tandanya ia telah menikah.
"Senang bertemu denganmu juga, Nyonya Jeon" Balas Taehyung tanpa tersedak dengan kalimatnya. Jeongguk berdiri bangga, merapihkan flower crown di kepalanya dengan tangan yang stabil. Membuatnya lega dan sedikit terkejut karena ibunya dan Taehyung mulai akrab. Biasanya, Ibunya sangat protektif dengannya karena suatu kejadian di masa lalu, tetapi kali ini ia begitu ramah dengan Taehyung.
"Tolong panggil saja Nyonya Jihyun"
・゜゚・*☆ *・゜゚・*
Jeongguk memperhatikan dengan mata jeli selagi Taehyung melukis bunga di lengan putihnya. Bulu dari kuas itu menggelitik kulitnya, tetapi karena hal itu menciptakan seni, Jeongguk tidak terlalu keberatan. Terutama karena Tehyung yang berjarak sangat dekat.
Hembusan napas menerpa lengannya dan bibir tebal itu sedikit terbuka karena berkonsentrasi, memadukan warna dan membuat garis tepi. Jeongguk menyadari kilauan di mata Taehyung saat ia melukis; yang mana membuat dirinya jatuh lebih dalam lubang kelinci. Spiral yang tidak pernah berakhir, ia terjebak di dalamnya karena memiliki rasa yang sangat kuat kepada Taehyung.
Sebanyak apapun ia mencoba untuk menyembunyikannya, ia tetap tidak bisa. Bagaimana tidak? Taehyung sangat menarik, menyenangkan dan bertalenta. Auranya bisa saja berteriak padamu untuk waspada, hanya memicu rasa ingin tahu, bukan rasa takut. Jeongguk ingin memilih Taehyung kemudian menyusun puzzle nya kembali bersama sepotong demi sepotong.
Taehyung mendongak, mengamati bocah lelaki itu yang sedang melamun. Manik Jeongguk yang fokus pada lengannya, giginya menggigit dan menjepit bibirnya.
"Jeongguk?" Bisik Taehyung agar tidak mengganggu ketenangan suasana. Mereka berada di kebun, bintang berkelap-kelip menyinari mereka dibawah langit biru. Ia pikir Jeongguk lelah; Jeongguk sangat membutuhkan energi dan keinginan untuk mecium Taehyung semakin kuat.
"Ggukie, aku sudah selesai" Meletakkan kembali kuas cat,Taehyung mengaitkan jemarinya di bawah dagu Jeongguk, Iris onyx nya tak bisa lepas dari manik kecokelatan bocah polos itu.
"T-Terimakasih"
・゜゚・*☆ *・゜゚・*
jangan lupa vote& comment! thankyou for reading this story~
KAMU SEDANG MEMBACA
watercolour ✿ vkook/taekook
Fanfiction✎ kisah seorang seniman yang ingin mencari tahu tentang lelaki imut misterius dengan permen lolipop nya dan pakaian yang sedikit 'feminim'. [ INDONESIAN TRANSLATION ] original story by ; ©LOVEGUKKS translated by ; ©HEAVENLYJEON