Chapter 6

7 0 0
                                    

Saat hendak menutup pintu, ia menemukan coklat di lantai. Ia pun membawa masuk coklat tersebut lalu diletakkan diatas meja rias. Ia kembali menyisir rambutnya.

****

Thalia terbangun, ia dapatkan dirinya tertidur di lantai. Hal terakhir yang ia ingat hanyalah menyisir rambut. Ia merasa sesuatu yang aneh terjadi padanya, yang betul saja suhu badannya menghangat.

****

Thalia tak kenal sakit atau sehat, secangkir kopi hangat selalu menemani hari harinya.
"TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu.
Suara itu pun menghilang tanda bahwa pintu telah dibukakan.
"Nona manis ada teman menjengukmu" teriak ibu Thalia dari balik pintu.
Teman? Siapa yang menganggap Thalia sebagai temannya? Sepertinya tidak ada.
"Hei gadis hujan, ini gue Iria" teriaknya dari balik pintu
Thalia membukakan pintu dan mempersilahkan Iria masuk. Iria sangat suka melihat kamar Thalia, semuanya serba klasik.
"Dibalik watak yang murung ternyata, lo berseni juga ya" ucap Iria sambil duduk diatas karpet yang lembut. Iria berbicara banyak hal disekolah, Thalia hanya meresponnya dengan mengangguk dan diam. Watak Thalia yang diam sangat membuat Iria gemas dengannya, karena terlalu gemas iya mencubit pipi Thalia.
"Aduh" ucap Thalia dengan nada yang lembut.
Iria terkejut mendengar suara Thalia, ia merasa sangat puas karena dapat mendengar suara Thalia untuk pertama kalinya.
Waktu terus berlalu tak terasa waktu telah menunjukkan pukul lima sore.
"Sudah jam 5 nih, gue minta Iris jemput dulu ya" ucap Iria sambil mengetik pesan untuk Iris.
"Iris? Siapa dia? Pacar Iria kah?" Entahlah, Thalia ingin sekali menanyakan namun, ia malu untuk bertanya.
Iris pun tiba, karena matahari sudah terbenam Thalia malas mengantarkan Iria keluar.

****

Thalia kembali berada di ruang kosong namun, ia tak sendiri. Ia bersama laki laki di tengah hujan itu. Laki laki itu mengucapkan hal yang sama seperti di mimpi sebelumnya. Thalia tak dapat mendengar suara tersebut. Ia berusaha menerjemahkan gerakan bibir laki laki tersebut. Sebelum ia berhasil menerjemahkan satu kata handphonenya berdering.
Thalia terbangun tak lama kemudian, "TUK" bunyi kaca yang sama seperti kemarin malam.

Thalia membuka pintu dengan perlahan, ia menemukan sebuah coklat lagi di lantai. Ia mengambil coklat itu dan membawanya masuk ke dalam kamar. Ia memandangi coklatnya, saat ia membaliknya tertulis......

A Rainbow for The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang