Chapter 2

11 0 0
                                    

Thalia dan keluarga pergi ke rumah sakit untuk konsultasi tentang kejiwaannya.

Dikala Thalia sedang berada di ruang tunggu sendiri. Tiba tiba ada anak laki laki kecil seusia yang mengejutkannya.
"Kamu mau?" ucap anak laki laki sambil menyodorkan coklat.
Perasaan aneh menimpa Thalia saat itu.
"Kamu jangan sedih lagi yaaa, ini ambil coklatnya" anak laki laki itu tersenyum manis.
Sekilas Thalia tersenyum dan anak itu pun pergi karena telah dipanggil orang tuanya. Dari kejauhan ibu Thalia menyadari bahwa anaknya tersenyum namun, ia tak mengerti apa yang membuat anaknya tersenyum. Ibunya pun memanggil ayahnya saat mereka menoleh ke Thalia ternyata, ia terlihat murung sambil memegang coklat.

Tahun demi tahun telah berlalu. Langkah demi langkah pun telah ia lalui di rumah sakit namun, tak sekali pun ia bertemu anak laki laki yang memberinya coklat pada saat itu. Hari hari Thalia kembali muram tanpa sepatah kata terucap.

Thalia mendapat pondang pertamanya di usia 14 tahun. Ia perlahan menyerah mencari lelaki yang ia temui di saat masih kecil. Musik klasik pun menjadi temannya setiap hari. Hari-harinya terasa damai dengan iringan musik klasik.

Hingga suatu ketika......

A Rainbow for The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang