Zach"Threepoint for Miami Heat!"
Seketika suasana riuh dengan sorak-sorai dari penonton.
Tangan lihai gue mencoba menggiring bola kembali menuju ring lawan. Hari ini tim gue melawan Dalas Team yang cukup membuat gue merasa tertantang saat melawan mereka. Lumayan juga mereka, Pikir gue sambil menyeringai.
Akhirnya pertandingan diakhiri dengan kemenangan yang diraih oleh tim gue dengan skor 81-78, Still no one can defeat Miami Heat man!.
Nama gue, Zachary Nathaniel. Siapa yang gak kenal dengan Zachary Nathaniel, ketua tim terbaik dari Miami ,bahkan kalau menurut gue terbaik se-Amerika.
Gue populer? Jelas. Bahkan kepopuleran gue ini bikin hidup gue menjadi lumayan gampang, but sometimes it feels like i don't have privacy when paparazzi gone wild, tapi gapapa lah namanya juga resiko punya nama besar.
Gak banyak juga gara-gara kepopuleran gue ini, banyak wanita yang mencoba mendekati gue supaya bisa numpang nama istilahnya, gue paling risih sama yang kayak gitu. Tapi tetep, Gue pria normal yang punya hormon seperti layaknya para pria di seluruh bagian dunia ini.
Ada kalanya gue butuh pelampiasan, Dan setelah urusan gue dengan my partner of sins selesai, kita selesai sampai disitu juga. Just having some great time with some random chick. Gak ada istilahnya dikamus gue melakukan "itu" untuk kedua kalinya dengan orang yang sama.
Sorry girls, but i have no time for real relationships, and i have no desire "for-so-you-called" love. So lame and so nonsense thing.
Gue gak percaya cinta sejak kedua orang tua gue, bertengkar disaat gue kecil. Mereka bertengkar setiap harinya tanpa peduli kalau gue, anaknya mendengar cacian bahkan makian mereka dengan ketakutan dikamarnya.
"Kamu gak tau aku udah berusaha buat jadi istri dan ibu terbaik buat kamu dan Zach, tapi nyatanya apa? Kamu malah selingkuh dibelakang aku. Tega kamu Dem!"
"Bisa diem gak kamu?!"
'Plak!'
Aku mendengar suara tamparan yang sepertinya dilayangkan kepada mama.
"Puas kamu Dem hancurin hati aku setelah apa yang aku kasih ke kamu?, Hebat." Teriak mama.
"Haha, percuma juga kamu marah-marah Ra, semua orang juga tau kalau kamu itu orang miskin yang berubah jadi kaya karena ketemu aku, inget kamu dulu cuman tukang bunga!"
"kalau begitu kenapa kamu nikahin aku Dem?!" isak mama seperti menahan sakit.
"Aku cuman pengen tubuh kamu dan sialnya aku ceroboh saat itu, akhirnya karena gak mau bikin malu keluargaku gara-gara fucked some random girl and getting pregnant, so i married you. Inget ya Ra, both of you are my fucked up. Aku nyesel ketemu kamu." Ucap pria itu dengan teganya.
Mama yang saat itu kaget dengan kenyataan yang ada pun mulai menangis setiap malamnya. Diujung perceraiannya dengan papa, mama mulai depresi dan mulai ketergantungan obat anti depresi. Hingga akhirnya beliau ditemukan meninggal dunia di sofa akibat overdosis.
Sejak saat itu gue gak percaya kalau cinta itu ada, cinta itu cuman sebuah kecelakaan. Bahkan yang tadinya menurut gue pernikahaan itu sakral saat menyatukan dua hati menjadi satu pun berubah artinya buat gue, pernikahan itu cuman sandiwara yang mengatas namakan cinta. Gue gak percaya kalau ada yang bilang cinta itu indah, kenapa harus ada cinta kalau ujungnya lo berpisah? Kenapa harus ada cinta kalau apa yang berkaitan dengan cinta bisa dimainin? Ada yang bisa jelasin ke gue?.
Adora
Terlahir buta, mungkin itu sudah menjadi malapetaka bagi siapa pun. Tanpa bisa melihat bagaimana warna-warninya dunia, tanpa bisa melihat berbagai macam ekspresi orang-orang sekitar cukup menyiksaku. Terlebih lagi dengan kondisi seperti ini, saat berumur lima tahun ibu meninggalkanku di panti asuhan dan tidak pernah kembali.
"Adora, disini dulu ya, ibu pasti jemput Adora kok nanti"
"Gak mau, aku mau ikut ibu!!" tangisku sambil menarik tangannya.
"Adora, dengerin ibu ya. Nanti ibu akan jemput Adora, nurut sama ibu ya jadi anak yang nurut buat ibu" ucapnya sambil membelai kepalaku dan menghapus air mataku.
"Adora disini aja ya sama bunda" ucap suara asing yang memanngil dirinya bunda sambil menarik lebut diriku.
"Gak mau! Adora mau ikut ibu!, ibu! Bu!" teriakku sambil meraba-raba udara berharap bisa menemukan keberadaan ibu, tapi nihil.
Dengan tangis aku mendengar suara langkah kaki menjauh, dan aku tahu bahwa itu adalah langkah kaki wanita yang telah meninggalkanku sendirian. Ibuku.
Sejak saat itu aku tinggal di panti asuhan, setiap hari pula aku selalu menunggu kedatangan mama berharap dia kembali menjemputku dan membawaku pergi dari tempat ini.
Hari-hari yang aku lalui disini tidak jauh dari ejekan bahkan cemooh dari mereka para penghuni lain tempat ini selain diriku. Tidak jarang juga mereka berusaha menyakiti dan melukaiku.
Aku terjatuh.
"Mangkanya kalau jalan pake mata! Ups, lupa kalau kamu gak bisa lihat" ucap dia, entah siapa dengan nada mengejek.
Aku tidak menjawab, hanya meringis menahan perih dikedua lututku. Mungkin berdarah.
Aku tahu aku tidak berdaya, tapi semua ini terlalu berat untukku. Mereka selalu menghinaku dan mengejekku. Apakah mereka tidak tahu bahwa jika dapat memilih, aku tidak ingin terlahir seperti ini?
"Lihat siapa yang lewat"
"Si aneh lewat, awas nanti kita di tabrak"
"Kasian banget deh kamu"
Menahan tangis. Caci-maki mereka yang ditujukkan untukku bagaikan bisikkan yang membuatku pening, belum lagi tawa mengejek mereka yang memekakkan telinga. Aku benci keadaan ini, sangat.
Saat ini usiaku menginjak dua puluh tahun dan sampai sekarang ibuku tidak pernah kembali.
Aku benar-benar putus asa percaya jika suatu saat nanti ibu akan menjemputku dan memelukku erat.
Setiap orang berkata jika anak adalah permata hati yang diberikan Tuhan untuk kita, dan percaya bahwa hal itu adalah anugrah tersendiri bagi para wanita yang mendapatkan kesempatan seperti itu.
Tapi kenyataan yang terjadi padaku, aku seperti dibuang oleh ibuku sendiri. Pikiranku berkecamuk menanyakan pertanyaan yang membuat hatiku terisis. Apa ibu malu punya anak sepertiku? pikirku. Entalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOURSELF [ON HOLD]
RomanceZachary Nataniel, seorang bintang dan juga kapten basket dari tim ketermuka yang selalu to the point, dan pula selalu hidup dalam kemewahan. Tapi dirinya tidak percaya akan namanya cinta. Bagi Zach, cinta itu hanya sebuah khayalan. Berupa permainan...