Chapter 6: Tranquil

42 5 1
                                    




Jangan lupa comment dan votenya ya, karena itu sangat berarti hehe




Zach lupa kapan pastinya dia merasa segar seperti saat ini, setelah penuhnya jadwal latihan dan pertandingan-pertandingan yang melelahkan yang dilakukannya. Agenda yang dipikirkannya kali ini untuk mengisi hari senggangnya adalah melakukan jogging atau mungkin setelahnya menikmati secangkir expresso hangat dan sebuah croissant coklat yang nikmat kegemarannya.

Westchester dipagi hari merupakan pemandangan kesukaan Zach selama menetap di sini, udara masih terasa sejuk membuat kegiatan joggingnya terasa lebih menyenangkan. Sudah sekitar 30 menit lamanya Zach berlari disekitar Everhart Park, tubuhnya sudah berpeluh dan napasnya terengah menandakan cukup lamanya Zach berolahraga di pagi hari ini.

Tapi kegiatannya kali ini sedikit terganggu akibat tidak terhitung berapa banyaknya pasang mata yang memandang penuh minat pada Zach, bahkan mereka ada yang terang-terangan menggoda Zach yang di tanggapi acuh olehnya. 'Wanita dan lidah penjilatnya yang ulung,memuakkan' pikir Zach dengan perasaan sebal akibat harinya diusik.

Suasana di flat sederhana pagi ini terasa sunyi senyap, Adora menikmati secangir hangatnya teh yang merambat disekitar telapak tangannya. Tatapan kosong itu menatap jendela sambil merasakan semilir angin yang menghembus kulit putihnya.

Biasanya setelah ini Adora akan langsung mengajar, tapi kali ini dia mendapat telfon kelas kali ini diliburkan dikarenakan renovasi kecil di kelas memasaknya. Dan Adora berencana untuk mengajak Lana yang juga libur untuk membuat cupcakes blueberry kesukaan mereka berdua.

Tapi semua rencana yang telah disusun dalam otak Adora harus kandas tatkala ia merasakan getaran disakunya dan sebuah suara diseberang sana yang membuatnya mengehela napas kasar.

Zach

'Expresso dan croissant adalah perpanduan terbaik!'. Pagi gue kali ini udah cukup menyenangkan saat ini, gak perlu bangun pagi-pagi buta buat latihan fisik atau denger ocehan coach yang bawel. Gue suka melihat keadaan kafe langganan gue yang saat ini gak rame-rame amat yang Cuma diisi pemuda pemudi yang habis olahraga dan beberapa keluarga kecil yang pada mau sarapan kayak gue.

Mata gue menatap jendela bedsar disamping gue. Jujur, sebenarnya gue pernah ngebayangin membangun sebuah keluarga entah nanti sama siapa dan bakalan punya rumah yang hangat karena dipenuhi tawa-tawa menggemaskan punya anak-anak gue. Atau setiap gue capek habis latihan atau tanding bakalan ada yang ngucapin "selamat datang!" dengan senyum semeringah punya istri gue yang bakalan ngilangin semua penat dibadan gue. Tapi gue takut. Takut banget malahan sama semua imajinasi itu.

Pernah denger pepatah "buah jatuh gak jauh dari pohonnya"?, kalau pernah berrati selamat, lo tau alasan gue sampai detik ini takut punya hubungan serius. Gue takut gagal, atau mungkin gue takut bakal berlaku layaknya seseorang yang menyumbangkan benihnya buat menciptakan gue untuk lahir kedunia ini. Gue takut besikap kasar ke istri gue kelak akhirnya berakhir menjadi mala petaka buat anak-anak gue kedepannya. Bakalan jadi nightmare setiap anak gue melihat gue dan membenci gue seumur hidup.

Apalagi di dunia yang saat ini kejamnya pake banget, perempuan yang keliatannya polos bisa aja matre atau tukang selingkuh. Harta seakan akan membuat mata semua orang buta, lupa kalau dunia ini perlu yang namanya ketulusan. But yep, you're not a god and you can't expecting too much. Jadi menurut gue semua cewe sama aja jeleknya. I am a jerk? Yes, i am.

Okay udah selesai melihat sisi sentimen seorang Zachary kali ini, selanjutnya gue harus menyusun apa yang akan gue lakukan setelah ini buat menikmati day off gue. Hmm.... kegiatan menarik apa ya?.

Seakan mendapat ide cemerlang, gue mendial nomor baru di hp gue. Menunggu untuk si empunya nomor angkat dan berbicara singkat dengan gue. Entah gue menunggu beberapa dering dan ketika telfon gue diangkat, dengan tergesa gue mengucap..

"Halo, masih inget gue?"

Tanpa Zach sadari seutas senyum terlampir pada bibir pria itu saat seseorang di seberang sana mengangkat telfonnya.

Dan mulai saat ini seorang Zachary menemukan "mainan" barunya yang menyenangkan, setidaknya sebelum dia merasa bosan.














A/N:

Hai semuanya, sebelumnya saya mau minta maaf kalau kesannya work ini mangkrak. Dan emang akhir akhir ini jadwal kuliah yang hectic banget terus juga writer block yang berkepanjangan membuat saya gak bisa menulis cerita ini.

Jujur saya sendiri merasa kemampuan menulis saya kali ini menurun, saya akui saya memang penulis amatir yang mencoba buat menorehkan karya disela-sela kesibukkan saya di dunia nyata, dan saya terima masukkan apapun dari para pembaca yang bersedia menyempatkan untuk membaca karya saya. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kita berkenan bertemu di chapter berikutnya.

LOVE YOURSELF [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang