Sudah dua bulan sejak saat itu. Kali ini semilir angin dingin melingkupi suasana kota menandakan musim dingin akan segera tiba. Daun-daun sisa musim gugur pun masih memenuhi jalanan kota, orang-orang berlalu lalai sambil sesekali tertawa menikmati suasana sore yang hangat itu.
Zach yang merasa bosan dalam apartemennya berencana untuk mengunjungi kafe terdekat guna menikmati secangkir kopi hitam panas yang dapat dikecap oleh indra perasanya.
Kafe yang dituju oleh Zach hanya berupa kafe sederhana yang bertemakan klasik victoria yang elegan. Belum lagi bunga-bunga yang menghiasi perantaran bagian depan kafe yang berwarna-warni nan harum,cantik sekali.
Menurut Zach, kafe tersebut memberikan kesan menenangkan dan dia menyukainya.
Apalagi ketika kita disambut aroma kayu manis yang lembut pada saat memasuki kafe, dan spot favorit Zach adalah duduk di bangku yang terletak dekat jendela sambil menikmati hangatnya kopi dengan sepiring croissant yang lezat.
Sepertinya sabtu sore kali ini, semua orang kompak untuk keluar dari rumah. Hal ini membuat jalanan terlihat lebih padat dari pada biasanya.
Zach mengeratkan jaket kulit hitamnya saat merasakan angin dingin yang berhembus menerjangnya.
Kakinya mempercepat langkahnya saat ia merasakan tubuhnya sedikit menggigil akibat angin tersebut, ia tidak sabar ingin segera sampai ke tempat favoritnya dan menghangatkan diri.
Namun semua rencana itu terhambat saat ia tersandung oleh sebuah tongkat dan jatuh tersungkur.
***
Dentingan-dentingan piano terdengar dalam sebuah flat yang bernomor 263 itu. Memenuhi lorong dengan suara yang membuat candu siapa pun yang mendengarnya.
Alunan-alunan nada yang lembut terdengar apik saat dimainkan oleh Adora. Ia sangat menyukai piano, dan entah kenapa dia bia memainkannya. Dulu Adora ingat sekali ibunya sering memaikan piano sambil bernyanyi saat sore hari dengan Adora duduk disampingnya.
Ibunya sering berkata bahwa disetiap cobaan pasti ada sesuatu yang dapat kita pelajari. Bukan berarti dirinya berbeda membuat dia semakin buta akan dunia luar, dan ibunya selalu mengajarkan bahwa musik adalah bahasa yang bisa diterima oleh siapa pun tidak memandang bulu.
Adora sangat menyukai saat ia mendengar ibunya menyanyi. Terkadang sang ibu mengajaknya memainkan piano dan ikut bernyanyi. Dan sejak saat itulah Adora kecil selalu menyukai sore hari, sampai saat itu tiba.
Ia memainkan piano dengan luwesnya, jemari-jemarinya yang lentik menari dengan lincah diatas tuts. Sesekali bersenandung ria terbawa suasana.
Adora sendiri bekerja sebagai pelatih vokal untuk anak-anak di Sunrise. Walaupun penghasilannya tidak banyak, namun Adora menikmati saat bekerja ditempat tersebut sebab anak-anak disana sangat ceria dan penuh semangat. Mereka selalu menantikan kedatangannya yang mereka panggil Mrs. Sweet. Karena menurut mereka, ia sangat baik hati dan lemah lembut. Dan Adora suka tertawa malu mendengar penjelasan mereka saat ia bertanya, "Kenapa kalian selalu memanggilku "sweet"?".
Sunrise adalah yayasan amal yang diperuntukkan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah atau keluarga tidak mampu. Selain tempat berkumpul, Sunrise juga menawarkan banyak hal, seperti kelas keterampilan hingga konseling bagi anak-anak tersebut.
Adora tinggal di flat tersebut berdua dengan seorang sahabatnya yang bernama Lana. Mereka bertemu saat Adora berusia sebelas tahun, Lana yang kala itu adalah endatang baru di panti asuhan tersebut dengan berani menolong dan memarahi semua anak-anak yang mencemooh Adora yang malang. Dan mereka bersahabat sampai saat ini dan dua bulan yang lalu mereka berdua sepakat memutuskan untuk pindah dari panti itu dan tinggal bersama di salah satu kota di Florida, Westchester.
Sore ini Lana sedang bekerja sambilan disuatu kafe yang berjarak lima blok dari jalanan tempat mereka tinggal, ia merasa bosan memaikan piano terus menerus, mengingat hari ini ia tidak mempunyai jadwal mengajar di Sunrise.
Adora segera meraba mantelnya yanng terlampir didekat pintu, ia berencana mengunjungi Lana dan mengganggunya.
Jalanan terasa sesak bagi Adora, di langkahkan kakinya perlahan sambil mengetukkan tongkat yang digenggamnya. Ia merasakan seseorang menyenggol bahu kirinya dan dia menyingkir kekanan sedikit agar tidak tertabrak dan terjatuh memalukan seperti waktu yang lalu.
Tapi, bukan dirinya kali ini yang terjatuh. Melainkan orang lain yang terjatuh dan dia bisa merasakan orang itu meringis kesakitan.
Ia berusaha mencari keberadaan seseorang yang terjatuh akibat dirinya dan berusaha membantunya, namun sebuah perkataan membuat dirinya merasakan sekujur tubuhnya menengang saat mendengarnya,
"Sepertinya kau memang selalu sengaja membuat seorang Zachary terjatuh." Ucap seseorang.
suara itu....
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOURSELF [ON HOLD]
Roman d'amourZachary Nataniel, seorang bintang dan juga kapten basket dari tim ketermuka yang selalu to the point, dan pula selalu hidup dalam kemewahan. Tapi dirinya tidak percaya akan namanya cinta. Bagi Zach, cinta itu hanya sebuah khayalan. Berupa permainan...