08

408 7 0
                                    

Aku bangkit dari atasnya dan duduk pinggir kasur dengan masih menatapnya tanpa berkedip, aku masih menginginkan nya dan ingin menerkamnya lagi namun dengan sekuat tenaga aku mengendalikan keinginan itu. Melihat dia dengan keadaan setengah telanjang dan masih terisak kecil aku pun kembali mendekat untuk mengancingkan kancing kemejanya yg kusut dan terbuka.

"ssssttttt... brhenti menangis, aku tidak akan melakukannya. Biar ku bantu " - kataku sambil mengusap air matanya dan mulai mengancingkan kancing kemejanya itu, dia tetap diam hingga aku selesai menutup tubuhnya itu. Akupun kembali bangkit dan duduk lalu berkata..

"bangun lah dan cuci wajah mu " - kataku namun dia menggeleng kan kepala sambil masih terisak kecil. Astaga aku sendiri tidak tau dia itu kenapa padahal aku tidak melakukannya. Akupun bertanya lagi dengan geram..

"kau ini kenapa masih menangis padahal sudah ku bilang aku tidak akan melakukannya, dan bangun lah lalu cuci wajahmu ke toilet agar wajah mu terlihat fresh " - kataku lagi

"AKU TIDAK BISA BANGUN KARENA ULAH MU, KAKI KU SAKIT APA KAU TIDAK BISA MELIHATNYA !! " - jawabnya berteriak padaku sambil menunjuk kakinya yg sudah mengeluarkan darah hingga sprei putih itu kini berubah menjadi merah.

Aku tidak menduga bahwa dia akan bereaksi seperti itu, awalnya aku ingin marah karena dia berani-berani nya meneriaki ku bahkan orang lainpun tidak pernah melakukan itu padaku. Namun setelah aku melihat kaki nya yg berlumuran darah seketika amarah ku hilang dan berganti dengan kehawatiran. Tanpa babibu aku langsung menggendong nya ala bridal style membawanya keluar menuju ke depan gedung masih dengan mengenakan stelan jas ku yg sudah dalam keadaan kusut dan rambut acak-acakan. Keadaan lia pun tak jauh berbeda denganku, baju yg sama kusut nya rambut yg di cepol yg sudah tak berbentuk serta lehernya yg banyak tanda merah bekas kiss mark ku, entahlah aku tidak peduli yang aku pikirkan sekarang adalah membawanya ke rumah sakit dan menghiraukan tatapan aneh seluruh karyawan ku untuk yg kedua kalinya, dan ini lebih parah dari yg pertama.

Tak lama setelah itu pedro menghampiriku dengan di ikuti para pengawal

" cepat siapkan mobil.." - teriaku tak sabar sambil berjalan cepat

"sakitt... " - katanya dengan suara pelan hampir tak terdengar setelah itu dia pingsan dan aku semakin panik, kenapa di situasi seperti ini mengambil mobil saja lama sekali.

"kenapa lama sekali..cepat aku tidak punya banyak waktu" - teriakku lagi dan karyawan ku di buat semakin bingung, tak lama setelah itu mobil pun tiba dengan cepat aku masuk hingga mobil pun melaju kencang menuju ke rumah sakit.

Dan di sinilah aku sekarang, menunggu lia yg sedang di periksa di dalam. Aku menunggu di luar dengan perasaa gelisah dan mondar mandir karena dokter belum juga keluar..

"tenangkan diri anda tuan, nona lia pasti baik-baik saja" - pedro bersuara

"aku harap begitu" - jawabku

setelah beberapa menit akhirnya orang-orang yg berpakaian putih itu keluar hingga aku menghampiri nya dengan cepat dan bertanya.

" bagaimana keadaannya dok? Apa dia baik-baik saja, katakan" - jawabku tak sabar

Dokter itu lalu tersenyum dan menjawab

"dia baik-baik saja, ia pingsan karena kekurangan darah namun tidak usah khawatir tuan kami sudah mengatasinya" - jawab dokter itu

Akupun menghela nafas lega setelah mendengarnya.

"sepertinya wanita itu sangat berharga untuk anda, sampai-sampai anda begitu mengkhawatirkan nya" - ucap sang dokter Dicky padaku aku pun tersenyum

"ya.. Dia kekasiku" - jawabku singkat

"saya bisa melihat dari wajahnya, dia wanita yg baik dan saya harap anda tidak menyakitinya " - ucap dokter itu sambil berlalu meninggal kan ku

Seketika itu aku mematung mendengar ucapannya, aku meringis mengingat apa tujuanku dengan wanita itu. Apa yg di katakan dokter Dicky benar, dia wanita baik-baik yang aku gunakan untuk di jadikan umpan untuk bundaku. Tapi, jika untuk tidak menyakitinya aku tidak yakin akan melakukan itu. Apa yg harus ku lakukan sekarang? Melepaskan wanita itu atau melanjutkan rencanaku..
Di saat aku berpikir untuk memutuskan pilihan tiba-tiba bundaku datang bersama adiku Dinda, aku tidak sadar sejak kapan mereka ada di sini?

"sejak kapan bunda ada di sini? " - tanyaku dengan raut bingung pada bunda

"sejak abang lari-lari di kantor sambil gendong wanita dengan keadaan acak-acakan sama seperti abang" - jawab adikku dinda

"jadi tadi kalian datang ke kantor?" - tanyaku kaget

"iya sayang bunda tadi ke kantor, tadinya bunda ingin bertemu dengan mu namun sepertinya kamu sedang sibuk hingga kamu tidak menyadari kehadiran bunda" - jawab bunda

"iyalah bun dia gak bakalan nyadar dia kan lagi cemas sama ceweknya, ampe teriak-teriak ke pengawal. Ck gak sabaran" - sungut adikku kesal

"huss.. Gak boleh ngomong gitu sama abang kamu" - jawab bunda memperingatkan adikku, lalu bunda kembali menatapku dan bertanya..

"lalu siapa wanita itu nak?" - tanya balik bundaku dengan lembut

"iya bang, siapa sih kok abang kayanya khawatir banget sama cewek itu, dulu pas aku sakit aja abang gak gitu-gitu amat " - tanya adiku dengan penasaran

"dia kekasih ku" - jawab ku singkat

"APAA? " - teriak mereka bersamaan

"jangan teriak-teriak bun, aku takut dia terganggu" - jawabku

"maaf sayang bunda tidak sengaja, habis bunda kaget" - jawab bundaku

"abang jangan bohong deh,  mana ada cewek yg mau sama abang yg brengsek ini" - jawab adikku dengan raut meremehkan

"kalo gak percaya yaudah" - jawabku acuh

"Luckas, katakan siapa wanita itu sebenarnya, bunda serius nak jangan bohong ?" - tanya bundaku lembut, astaga kenapa mereka berdua tidak percaya padaku. Aku tidak habis pikir pada mereka, akhirnya aku menatap bunda dengan serius dan mengenggam tangannya

"aku serius dengan ucapan ku bunda, dia kekasiku meskipun kami belum lama berhubungan. Aku minta maaf karena telah membuat dia seperti ini, ini semua salahku, aku sangat menyesal tidak bisa menjaganya, dia sakit karena ku, karena ulahku, tapi aku tidak sengaja bunda" - kataku dengan menatapnya, aku sendiri tidak sadar kenapa aku bisa mengatakan itu pada bunda, aku tidak tau kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku begitu saja. Bahkan aku tidak sadar saat bunda mengulurkan tangannya ke wajahku dan mengusap setetes air, tunggu!! Apa tadi air?  Apa aku menangis?  Astaga luckas kenapa kau tidak menyadari hal itu, kau menangis?  Itu sesuatu yang langka dan sangat langka sekali.

"jangan menangis nak, bunda tidak akan menyalahkan mu sayang, kau tidak perlu khawatir dengan hal itu bunda percaya kau ini anak yg baik meskipun kau lebih banyak melakukan hal yg buruk. Kau tau Luckas? Apa yang bunda rasakan saat ini?  Bunda sangat senang mendengar kabar bahwa kamu memiliki kekasih, bunda bisa melihat bahwa kamu tulus mencintai nya, bunda harap ini bukan sekedar hubungan pasangan kekasih saja, bunda mengharapakn lebih padamu sayang. Kamu mengerti maksud bundakan? " - tanya bundaku dan aku mengangguk

"tunggu bun, aku ingin bertanya sesuatu " - kataku  dan bunda mengangkat alisnya sebelah

"katakan saja sayang " - jawabnya sambil tersenyum lembut khas seorang ibu, ya tuhan kenapa aku merasa tidak tega membohongi bunda, katakan jika aku sudah keterlaluan. Aku menghembuskan nafas sejenak

"dari mana bunda tau bahwa aku benar-benar tulus mencintainya" - tanyaku ragu

"kau ingin tau? " - tanya nya dan aku mengangguk

" bunda bisa melihat dari tatapan matamu dan dari sini, bunda bisa merasakan itu semua karena kita memiliki ikatan batin" - jawabnya tersenyum sambil menyentuh mataku dan menyentuh dadanya dengan sebelah tangannya. Aku semakin tidak tega membohongi nya.

Aku berpikir sejenak, apakah aku harus berbuat baik seperti ini pada wanita itu seterusnya atau kembali menjadi seperti diriku sejak belum bertemu dengannya.

Akhirnya aku pun menemukan jalan keluarnya, walaupun ide ku ini sangat merugikan nya. Ku mohon maafkan laki-laki brengsek ini - batinku berkata

Kubuat Kau Menyesal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang