Bel pulang sekolah telah berbunyi, dengan cepat vero membereskan barang-barangnya dan bergegas untuk pulang. Ia harus segera pergi, karena ia tak mau bertemu dengan Natha.
"Ayo, Ran pulang" ucap Vero yang sudah selesai merapikan mejanya kepada Rani.
"Lah tumben gak sama kak Natha" ucap Nesya.
"Ya kan gak selamanya gua harus bareng kak Natha terus kali"
"Iya juga sih, ya udah deh gua duluan ya. Yuk Sar" ucap Nesya seraya menarik tangan Saras untuk bergegas pulang.
"Lu beneran gak ada apa-apa sama kak Natha, Ver?" Tanya Rani.
"Gak ada kok Ran yuk buruan pulang" ucap Vero.
Rani pun menganggukkan kepalanya walau sebenarnya ia masih curiga benarkah bahwa semuanya baik-baik saja. Namun Rani tidak ingin bertanya lagi, karena kalau memang Vero ingin bercerita pasti nanti ia akan mengatakannya, pikir Rani.
Rani dan Vero pun mulai berjalan menuju gerbang sekolah, namun tiba-tiba saja Natha datang dan langsung menarik Vero. Rani yang sempat ingin menahan Natha agar tidak menarik Vero seperti itu tidak jadi melakukannya saat Vero menatapnya sambil menggelengkan kepala dan tersenyum. Ternyata Natha menarik Vero menuju parkiran sekolah.
"Lepasin, Kak" kata Vero, sambil menggerak-gerakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Natha.
Nathapun melepaskan genggamannya dan langsung menuju tempat dimana motornya terparkir dan mengeluarkan motor tersebut.
"Naik" ucap Natha singkat namun penuh dengan nada ancaman. Vero yang mendengar itupun merasa takut dan akhirnya menuruti perintah Natha.
Setelah Vero naik, Nathapun mulai menjalankan motornya dengan cepat tanpa mempedulikan apapun. Ia tidak peduli walaupun ia masih berada di daerah sekitar sekolah, lagipula siapa yang berani melawan Natha. Murid yang sudah banyak menyumbangkan piala di bidang akademik dan non akademik itu, dan juga ia merupakan anak dari pemilik sekolah tersebut.
"Kak, pelan-pelan. Aku takut" ucap Vero sambil berpegangan dengan lebih erat kepada Natha. Natha yang entah mendengar itu ataupun tidak hanya terdiam tanpa mempedulikan Vero.
Beberapa menit kemudian motor Nathapun berhenti. Vero yang tahu hal itu hanya diam, karena ia masih shock dengan semua ini. Ditambah lagi telinganya yang berdengung akibat Natha yang membawa motor dengan kecepatan tinggi dan ia yang tak menggunakan helm.
"Turun" ucap Natha masih dengan nada yang sama seperti sebelumnya.
"Aku bilang turun, ya TURUN" ucap Natha dengan suara yang lebih keras karena Vero tak kunjung mengikuti perintahnya.
Vero yang medengar hal itu walau samar-samar karena telinganya yang berdengung langsung menuruni motor Natha. Ia pun berdiri dengan kepala tertunduk dan pundak yang mulai bergetar, karena ia mulai terisak walau tanpa suara.
Setelah melihat Vero sudah turun dari motornya. Natha pun juga turun dan langsung menarik Vero masuk kedalam bangunan indah yang merupakan rumah Natha.
"Ehhh aden udah pulang" sapa bi Inah yang bekerja di rumah Natha.
Bukannya menjawab hal itu Natha malah menyuruh bi Inah untuk meminta pak Heru (satpam dirumah Natha) untuk memasukkan motornya ke dalam garasi. Bi Inah yang sepertinya mulai mengerti kondisi saat melihat Vero yang masih menunduk dengan bahu yang bergetarpun segera melakukan apa yang di perintahkan Natha. Walau sebenarnya bi Inah sedikit khawatir dengan Vero namun ia yakin Natha tidak akan melakukan hal buruk kepada Vero.
Nathapun kembali menarik Vero menuju kamarnya dan langsung menyuruh Vero untuk duduk di tempat tidurnya.
"Kamu tahu apa kesalahan kamu?" Tanya Natha dengan suara yang seperti menahan kemarahan yang siap untuk meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive
Teen FictionKalian tahu rasanya punya pacar yang terlalu possesive itu seperti apa? Apalagi jika kalian adalah wanita yang suka bergaul dengan banyak orang. Rasanya itu sangat sangat menjengkelkan. Tapi walaupun begitu aku tetap tidak bisa lepas darinya, karena...