Seorang gadis duduk di kursi ruang tunggu. Menahan rasa sakit yang sedang melandanya. Ia megingat-ingat apa yang ia makan tadi pagi. Ya, samhyang ditambah bon cabe. Ia rasa itulah yang membuat perutnya kini melilit.
Otaknya terus berputar untuk memikirkan apa yang akan ia lakukan saat ini. Pergi ke kamar mandi sudah dilakukan, tapi tidak juga membuahkan hasil. Sakit itu masih menetap. Jika ia meninggalkan kantor ini, bagaimana jika namanya di panggil dan ia tidak ada ditempat? Bisa-bisa ia dikira mengundurkan diri.
Tidaaaaakkk... sudah tidak tahan dengan lilitan diperut. Anin segera berlari keluar ruangan dan mencari apotik terdekat. Gadis itu memesan obat sakit perut kepada apoteker. Setelah mendapatkan obat ia memutuskan untuk makan siang. Kini cacing-cacing diperutnya demo tidak diberi makan. Tentang lamaran kerja, masa bodo lah. Keterima Alhamdulillah enggak ya udah. Ia serahkan semuanya kepada Allah.
***
"Sendiri?" tanya seorang lelaki memakai topi, jaket hitam, dan kaca mata hitam.
Anin menatap lelaki berpenampilan misterius itu. Sebenarnya ia agak mengidik takut jika lelaki dihadapannya adalah penjahat, atau perampok, atau... segala pikiran buruk muncul diotaknya.
"Hai?!!! Ditanya malah diam saja?" sekarang lelaki itu duduk didepannya.
Anin melihat sekeliling cafe. Syukurlah, cafe ramai jika ada hal buruk terjadi dia bisa berteriak.
"Ini aku Abyan." Lelaki itu membuka kaca matanya dan membuka topi yang ia kenakan.
Anin menghela nafas lega .
"Aku nyamar takut pada ngenalin aku. Bisa-bisa makan siangku enggak tenang."
"Makannya jangan jadi artis."
"Kok sendirian?" tanya Abyan kembali kepertanyaan pertama.
"Iya. Lagi ngelamar kerja tapi malah ada kendala terus waktu aku lihat infonya aku gagal seleksi gara-gara aku gak ditempat.
"Udah terima aja tawaran bang Fahrul."
"Maksud kamu jadi artis? "
"Ya iya. Santai kata Bang Fahrul kamu gak akan ada kontak langsung kok. lumayan loh jadi peran utama bayarannya haha"
"Aku lagi butuh biyaya sih"
"Nah tuh terima aja tawaran bang Fahrul. Lagian itu projeck sama aku kok . Kamu gak akan di kacangin sama artis lain deh"
"Tapi aku gak bisa bermain peran"
"Bang fahrul itu sutradara hebat. Dia bisa melihat kemampuan akting seseorang hanya dalam sekali pandang alias pada pandangan pertama gitu. Kalo bang Fahrul bilang kamu bisa meranin tokoh projeck barunya berarti kamu bisa. Ya hanya cukup dilatih dikit aja biar mahir "
"Aku fikirkan lagi deh"
"Kalo IYA hubungin aku aja Nin. Aku akan bantu "
"Makasih "
Abyan mengangguk dan tersenyum lalu menyantap hidangannya yang sudah mulai dingin.
***
Setelah menceritakan kejadian hari ini kepada Aila ,adiknya itu tidak henti menggodanya. Bahkan Aila membuka sosmed, biodata Abyan diinternet. Itu membuah Anin memompa kesabarannya. Suka sekali membuat kakaknya merona merah.
"Jadi kamu mutusun nerima dari sutradara itu mbak? " Tanya Aila.
"Iya. Nanti mbak izin ke bapak dan ibu dan insyaallah esok mbak berangkat ke Jakarta"
Aila menangis "maaf kan Aila mbak, membuat mbak Anin berkorban seperti ini "
"Nin jilbab merah dimana ya? Mbak mau pake besok" Anin mengalihkan pembicaraan dan mencari-cari keberadaan krudung .
"Anin " suara ibu memanggil Anak yang dikasihinnya itu.
Sambari menjawab Anin menuju asal suara biasanya jika ibunya memanggil ada hal penting yang akan dibicarakan atau hanya sekedar memerintahkan sesuatu. Dulu dikala kecil ibunya akan menyuruh ia pergi ke warung untuk membeli bawang, ikan asin, cabai, telur, tepung dan bahan-bahan dapur lainnya.
"Iya bu " Anin duduk disamping ibunya.
"Besok jadi berangkat ke Jakarta? "
"Iya bu"
"Hati-hati nduk "
"Iya bu. Insyaallah besok Anin dijemput teman Anin, sebelum Anin dapat kontrakan akan dibantu teman Anin"
"Alhamdulillah. Doa bapak dan ibu selalu menyertaimu nduk"
Anin memeluk malaikatnya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sangat bersyukur dan berterima kasih karena Allah telah melahirkannya dari rahim wanita penyayang serta penuh pengertian ini. ROBBI AUZI'NI AN ASYKURO NI'MATAKAL LATII AN'AMTA 'AL WA'ALAA WAALIDAYYA WA AN A'MALA SHOOLIHAN TARDLOOHU .
Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridloi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Fisabilillah
Spiritual[Sudah terbit. Bisa hubungi instagram @mellyana.i jika ingin membeli] Bagi Anindya, keluarga dan kesucian adalah prioritas. Sepercik pun ia tak ingin ternoda. Sedikit pun ia tak ingin menggoreskan luka. Dan semuanya jungkir balik setelah ia memutusk...