Sudah seminggu Anin dirumah. Beberapa waktu lalu ia sudah mengirim email kepada Fatimah dan kedua kembar di Mesir namun belum jaga ada balasan dari mereka. Mungkin mereka sibuk dan tidak sempat membuka email.
Selama seminggu Anin sangat penat dirumah tanpa melakukan apapun. Apalagi jika ibunya berangkat kerja, bapaknya berangkat berjualan, dan Aila pergi kuliah. Ia hanya dirumah seorang diri. Hanya saja diwaktu sore ia mengajar mengaji anak-anak di masjid itu saja samapai maghrib selebihnya ia mengganggur.
"Mbak Anin. Dipanggil bapak diruang tamu"
"Iya dek"
Diruangan 4 kali 5 meter ini Anin dan keluarganya sering berkumpul sekedar melepaskan penat . Dikala hujan ibunya akan menggorengkan tempa dan membuatkan minum teh hangat. Itu salah satu suasana yang ia rindukan ketika di Cairo.
"Sini nduk duduk" wajah bapaknya tampak serius membuat Anin sedikit kikuk.
"Iya pak "
"Rencana Anin ke depan apa nduk? "
"Anin ingin mengajar Agama pak. Disebuah pesantren "
"Apa alasanmu? "
"Rosuluallah bersabda "Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tersesat oleh ilmunya itu, dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya, sehingga ia akan mendapatkan neraka" dengan membagikan ilmu itu tandanya Anin sudah mengamalkannya pak "
"Bapak bangga nduk mendengar alasanmu. Tapi kamu harus meminta izin juga kepada suamimu"
Deg.
Anin lupa bahwa ia telah menerima khitbahan dari kyai Husain itu tandanya ia harus menyusun lagi masa depannya. Anin menunduk tak menjawab.
"Didalam amplop ini ada foto dan biodata calon suamimu nduk " Ibu menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Anin. "Silahkan dilihat" lanjut wanita yang umurnya 4 kepala itu.
"Besok bapak akan antar kamu ke pesantren kyai Husain disana kamu harus ta'aruf dan bisa mengajar dipesantren "
Gadis itu hanya diam menggenggam erat amplop dari ibunya. Ia tak membantah titah kedua orang tuanya ia tak ingin menjadi anak yang membangkan keinginan orang tua. Gadis itu sadar bahwa Ridho Allah adalah Ridho orang tua dan rodho orang tua adalah rodho Allah.
"Gimana nduk? " tanya ibu Halus.
"Iya bu"
Bapak dan Ibunya tersenyum mendengar jawaban Anin.
💝💝💝
"Bapak sama ibu ngomong apa mbak? Kok serius banget kayaknya? Sampe Aila aja suruh pergi " Aila mengintrogasi kakaknya yang baru saja masuk ke dalam kamar."Satu-satu kalo tanya" jawab Anin sembari memasukan amplop kedalam lemari. Entah kenapa dia tidak penasaran tentang calon suaminya.
"Loh mbak mau kemana? Kok bajunya dimasukin ketas gitu ". Aila bangkit dari duduknya mendekati Anin yang memasukan baju kedalam tas ranselnya.
"Mbak besok berangkat ke Pekalongan "
"Ke pesanteren kyai Husain mbak? Buat ta'aruf ya? Lama gak mbak? Ailakan masih kangen sama mbak Anin. Kenapa mbak udah mau nikah aja sih? Anin aja belum kepikiran nikah! "
Aila membantu Anin memasukan baju kesalam ransel dengan berat hati.
"Maunya mbak juga dirumah lebih lama tapi mau gimana bapak besok udah mau ngantet mbak ke pekalongan " jawab Anin lemah.
Dret...dret...dret....
Ponsel Anin bergetar. Panggilan masuk dari Abyan.
Abyan? Untuk apa dia telvon?
Hanya 5 menit Anin dan Abyan berbincang didalam telvon. Sekedar menanyakan kabar dan hal tak penting lainnya. Anin sendiri tidak mengerti maksud pasti dari Abyan. Kenapa ia masuh ingat kepada Anin? Padahal aktor biasanya sangat sibuk. Apalagi ia sekarang lagi menegerjakan projeck barunya bersama Fahrul temannya itu. Apa Abyan suka sama Anin? Aish... apaan sih Nin? Ngimpi kamu ditaksir artis? Anin menghapus pikiran-pikiran senewennya. Mungkin Abyan memang artis yang baik , menghargai sebuah pertemanan.
mungkin
💝💝💝Sudah 2 jam Anin berusaha tidur namun gagal dikarenakan Aila yang mengangggunya bahkan tidak akan berhenti sebelum Anin mau menjelaskan tentang Abyan Altor tampan yang terkenal itu. Awalnya Anin cuek namun lama-lama capek juga menghadapi adiknya yang kalo udah kepo buat orang pusing.
"Mbak Anin! Ayo ceritain kok mbak Anin bisa ketemu Abyan? Kok abyan telvon mbak Anin? Kok abyan peduli sama mbak Anin? Mbak Anin ada hubungan apa sama Abyan? "
Anin mendapat serangan pertanyaan bertubi-tubi. Ia mengambil posisi duduk. Hingga kedua gadis itu berhadapan. Anin menghadap Aila dengan wajah malas sedangkan Aila wajah introgasi yang siap menyerang lawannya dengan pertanyaan pertanyaannya.
"Satu-satu" perintah Anin.
"Mbak kok bisa kenal Abyan? "
"Ketemu dipesawat" Anin menjawab dengan malas.
"Kok bisa punya nomer mbak Anin? "
"Abyan yang minta" jawab Anin datar.
"Mbak Anin ada hubungan sama Abyan?"
"Teman"
"Kok ditelepon? "
"Loh telvon emangnya salah? " kali ini Anin menjawab cukup panjang.
"Mbak Anin!!! .dia itu artis A-R-T-I-S mbak jadi ya enggak biasa , kecuali kalian ada hubungan special "
"Ga ada "
"Terus kenapa telepon."
"Mana mbak tahu," jawab anin sambil menguap. Rasa kantuknya tak bisa ditahan lagi
"Kenapa mbak?"
"Mbak gak tahu." Anin keluar kamar memutuslan tidur dikursi ruang tamu. Gadis itu berjalan membawa bantal denga. Mata sedilit tertutup.
"Mbakkkkkk!!! " Aila kesal. Namun kakaknya itu tal peduli malah mengambil posisi tidur dan memejamkan kedua bola matanya.
💝💝💝
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Fisabilillah
Spiritual[Sudah terbit. Bisa hubungi instagram @mellyana.i jika ingin membeli] Bagi Anindya, keluarga dan kesucian adalah prioritas. Sepercik pun ia tak ingin ternoda. Sedikit pun ia tak ingin menggoreskan luka. Dan semuanya jungkir balik setelah ia memutusk...