Ep. 8

4.7K 846 28
                                    

Terakhir kali Hwa Ri dimarahi adalah dua tahun yang lalu, ibunya bawel karena ia tidak pakai hand-body lotion. Ayahnya juga pernah marah, karena ia mendapat nilai jelek.

Dulu, dia tidak pernah suka mereka marah, dia akan merasa mempunyai orang tua terburuk di dunia dan tidak pernah merasa bersalah atas kesalahan yang ia perbuat.

Tapi, dua tahun tanpa orang tua, Hwa Ri sadar bahwa marah adalah salah satu diantara banyaknya bentuk rasa sayang mereka.

Dan hari ini, ia yakin akan mendapat amukan. Bukan dari ayah atau ibunya, dari pamannya.

"Cheon Hwa Ri?"

Mendengar namanya disebut oleh suara yang terdengar familiar membuat kedua bola matanya seperti akan jatuh keluar.

Kedua tangannya buru-buru mendorong tubuh Sehun kuat, melepaskan tautan bibir mereka.

Hwa Ri menoleh dan mendapati pamannya dengan wajah keruh menahan amarah.

Tapi atensi sang paman bukan lagi tertuju padanya. Malah, menatap sosok di depannya dengan sorot tajam.

"Oh Sehun-ssi?"

Hwa Ri melihat Sehun yang lantas berdiri dan menjulurkan tangannya percaya diri.

Oh, serius, Hwa Ri tidak bisa berpikir jernih. Ia merasa hal buruk akan terjadi hari ini dan di kemudian hari.

"Selamat malam Cheon Jae Su-ssi. Mau pesan makanan juga? Biar aku traktir," ujar Sehun seraya tersenyum lebar, tangannya ditarik mundur setelah tahu bahwa tidak akan mendapat balasan.

Jae Su terkekeh hambar, "apa yang baru saja kau lakukan pada keponakanku itu adalah tindak kriminal. Aku bisa menjebloskanmu atas kasus pedofilia."

Sehun tersenyum miring. "Tentu, tapi aku yakin Cheon Hwa Ri tidak berkeberatan atas hal yang baru saja kulakukan."

Hwa Ri membeliakkan kedua bola matanya. Oh Tuhan, dia tidak suka pamannya tapi ia juga tidak menikmati ciuman tiba-tiba yang tadi. Ah tidak, ia sedikit menikmatinya. Sedikit. Sangat sedikit.

"Cheon Hwa Ri, kita perlu bicara."

Perintah bersifat final itu datang dari bibir pamannya.

Hwa Ri beranjak dari duduknya, melenggang pelan mengikuti langkah besar sang paman dan sekretaris pribadinya keluar dari restoran.

Yah, sekali-kali dimarahi bukan hal yang buruk.

--

"Kau tahu siapa pria yang bersamamu tadi?" pertanyaan dengan suara serak yang membuat atmosfer terasa lebih mencekam itu tak lantas membuat Hwa Ri merasa tertekan.

"Oh Sehun. Direktur La Eaufeu. Perusahaan penyaing paman. Ah, maksudku penyaingku. Perusahaan itu milikku 'kan?" Hwa Ri melempar senyum miring pada sang paman yang sibuk mengeluarkan sebatang puntung rokok dari dalam kotak.

Sang paman terkekeh, "tentu. Kalau kau sudah cukup umur."

Hwa Ri mengepalkan tangannya kuat.

Yah, tentu saja. Sampai umurku cukup pun, kau tidak akan meresmikan hak milik perusahaan. Aku dibodohi.

"Menjauh dari Oh Sehun. Kau punya banyak teman 'kan? Aku yakin, Oh Sehun bukan satu-satunya pilihan."

Hwa Ri tersenyum kecut. "Apa urusan paman kalau aku bergaul dengan Oh Sehun? Aku sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang menurutku benar."

別 の 世 界Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang