#Happy100k!: You're like strawberry.

2.3K 274 6
                                    

"Hwa Ri? Kau masih di sana 'kan?" Suara pria dengan nada bariton di ujung sana membuat Hwa Ri tersadar dari lamunannya.

Gadis tersebut mengerjap, "eung?"

"Akhir-akhir ini tiap kutelepon kau selalu melamun. Ada yang salah sayang?" tanya Sehun lagi. Nadanya tampak khawatir dan Hwa Ri tidak ingin membuat pria itu khawatir.

Cepat-cepat Hwa Ri menyela. "Tidak ada. Sungguhan. Ahjussi kapan pulang? I miss you so much," keluh Hwa Ri manja.

Memang, rasa rindu Hwa Ri sudah tak terbendung. Setelah 1 bulan lamanya pria itu perjalanan bisnis ke luar kota dengan timnya, Hwa Ri menyadari bahwa ia mulai kesepian. Mungkin juga lelah, karena ia harus mempersiapkan perlengkapan pernikahan sendirian (sebenarnya tidak benar-benar sendirian, karena ada Soo Jin, Jung Chae, In Ha, bahkan pamannya yang turut membantunya). Tapi tetap saja, akan terasa lengkap kalau bersama Sehun.

Sehun terkekeh di ujung sana. "Rindu apa? Aku atau pelukanku, ciumanku, atau sentuhanku?"

Hwa Ri mendengus mendengar ocehan Sehun yang terdengar sedikit mesum. "Aku rindu semuanya."

"Kau akan dapatkan itu setelah aku pulang Hwa Ri. Berapa ciuman yang kau inginkan?" canda Sehun.

Hwa Ri tertawa. "Kalau aku bilang 100?"

Sehun menggumam. "100? Itu banyak sekali. Tidak bisa hanya ciuman saja. Mungkin disertai dengan sentuhan?"

Tawa Hwa Ri kembali menggema keras. "Tua bangka mesum! Tidak usah pulang saja sekalian."

"Kau yakin?"

"Eum."

"Yakin?"

"Hmmm."

"Yakin nih?"

"Oh Tuhan, pulang saja cepat! Aku merindukanmu oke? Aku ingin kau pulang," jawab Hwa Ri mengalah.

Sehun tertawa kecil. "Bang! Kau kalah. Aku akan pulang. Sandi apartemenmu masih sama Hwa?"

Hwa Ri mengernyitkan dahinya. "Mau langsung ke apartemenku?"

"Biar bisa langsung menciummu."

Gadis tersebut menggelengkan kepalanya heran, namun karena Sehun tidak dapat melihat gerakannya, ia kembali berbicara. "Kau mesum ahjussi."

"Kalau kau ingat, aku perjaka tua yang kurang asupan untuk memenuhi tuntutan hormon," celetuk Sehun membuatnya kembali tertawa.

Kemudian percakapan kembali berjalan, tanpa kenal waktu maupun jarak. Semuanya mengalir begitu saja, dan meskipun hari-hari mereka lewati tanpa selalu bersama, semuanya terasa cukup dan sempurna. Tak perlu ada sosoknya di sampingnya, Hwa Ri maupun Sehun merasa cukup dengan perasaan hangat tiap kali mereka berbicara meski terpisah jarak.

--

Tidur Hwa Ri terganggu ketika matahari menyelesak masuk melewati kamarnya dan langsung menyorotnya tanpa ampun. Sehingga, gadis tersebut mau tidak mau membuka matanya dengan menggerutu.

Ketika Hwa Ri hendak menggerakkan tubuhnya, ia merasa ada sesuatu yang berat melingkari perutnya.

Cepat-cepat Hwa Ri menoleh ke sampingnya, lantas merasa lega saat mendapati bahwa tangan yang melingkari perutnya adalah tangan Sehun.

Perlahan, Hwa Ri membalik tubuhnya, jemarinya menyusuri wajah Sehun yang ternyata mulus meski di bagian rahang dan dagunya sedikit kasar karena ada rambut-rambut halus yang menandakan bahwa pria itu sudah lama tidak bercukur.

Jemarinya berpindari menyisir rambut Sehun yang mulai panjang, menyisirnya ke belakang agar ia dapat melihat kedua mata Sehun yang terpejam erat.

Diam-diam Hwa Ri tersenyum. Ia kembali teringat bagaimana ia bertemu dengan pria itu. Sebotol soju dan kedua netra gelap nan tajam yang memabukkan. Mungkin Hwa Ri dulunya adalah gadis SMA, tapi sekarang ia beranjak dewasa dan mulai menyeimbangi kehidupan Sehun yang jauh lebih berat dibanding dirinya.

Butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan perbedaan umur mereka. Adakalanya mereka bertengkar karena Sehun pikir, yang ia lakukan adalah kekanakan. Ketika Hwa Ri meminta Sehun untuk menemaninya bermain filter kamera dan pria itu menolak, Hwa Ri marah. Namun pada akhirnya, Hwa Ri dan Sehun berbaikan setelah sama-sama menyadari bahwa hal itu terlalu konyol untuk dijadikan alasan bertengkar.

Selanjutnya, mungkin Hwa Ri yang kadang berpikir bahwa pria itu terlalu kolot. Melarangnya berpakaian terlalu terbuka (dan sebenarnya itu tidak terbuka, celana itu mungkin pendek tapi ia bersumpah kalau itu masih dalan kadar sopan) atau minum soju bersama teman-temannya hingga malam. Akhirnya juga, Sehun membolehkan Hwa Ri untuk berpakaian sesukanya tapi tetap sopan dan menyuruh Hwa Ri untuk meneleponnya setelah acara minum selesai atau ketika Sehun tidak ada di Seoul, ia menitipkan Hwa Ri pada Soo Jin dan Kyungsoo.

Dunia mereka mungkin berbeda karena jarak usia yang cukup jauh. Tapi, Hwa Ri dan Sehun selalu punya cara untuk menyatukan dunia mereka. Bukan hal yang mudah, tapi mereka saling melengkapi dan menyeimbangi.

"Aku tahu aku tampan, tapi sebegitunya kah hingga kau tidak dapat menghentikan jemarimu wajahku?" Mata Sehun terbuka pelan, secara langsung menatap wajah Hwa Ri yang kedua matanya sibuk menatap alisnya.

Hwa Ri mengusap alisnya pelan-pelan, memberi sentuhan lembut yang membuat Sehun kembali ingin terlelap.

"Alismu tebal sekali, ahjussi." Hwa Ri menurunkan pandangannya pada kedua netra Sehun yang telah menatapnya begitu lekat.

"Selamat pagi rambut merah muda," sapa Sehun mengabaikan ucapan Hwa Ri dan Hwa Ri tidak dapat menghentikan dirinya untuk tidak tertawa.

Sehun ikut tersenyum lebar melihat gadisnya tertawa. "Kau mengecat dan memotong rambutmu saat aku tak ada. Kenapa harus merah muda?"

"Tidak bagus ya?"

Sehun menggeleng. "Bagus. Kau seperti permen karet."

Hwa Ri memukul dada pria itu pelan, namun cukup untuk membuat pria itu sok mengaduh dan membuatnya kembali tertawa.

"Kok sudah pulang?"

"Tuh kan, kau memang tidak ingin aku pulang," ujar Sehun seraya memajukan bibir bawahnya.

Hwa Ri menggigit pipi dalamnya gemas melihat Sehun yang tiba-tiba berubah menjadi bayi. "Kan kemarin bilangnya mau pulang hari Sabtu."

"Pulang lebih cepat."

"Kenapa?"

"Karena kau bilang, kau merindukanku. Aku tidak bisa membuatmu menunggu lagi," ujar Sehun seraya merapatkan tubuhnya pada Hwa Ri. Mempererat kungkungan lengannya pada perut gadis itu.

Hwa Ri tersenyum jahil. "Dasar budak cinta."

"Memang." Sehun menyetujui.

Hwa Ri terkekeh. "Minggir ah, aku mau masak sarapan."

Sehun menggeleng. "Nanti saja kita pesan antar. Diam di sini, biarkan aku memelukmu lebih lama."

"Ya ampun, bayi besar."

Sehun menjauhkan wajahnya dari pundak Hwa Ri, beringsut ke atas lantas mengecup bibir gadis itu lembut dan lama.

Perlahan Sehun menjauhkan wajahnya, nyengir, sedangkan Hwa Ri tersipu dengan wajah merona.

"Kau seperti stroberi sekarang."

end.

Serius ini tuh khilaf bangett gara-gara liat foto mba Hwa Ri yang terbaru di tl dengan short hair colored pink yang gemes gemes gituu terus lihat viewers Betsu udah 100k aja yakann.
Ini isinya manis manis cheesy cringe jadi ya bodo amat kalau cuma dikit karena aku udah ga kuattt AHAHAHAHAH.

so yeah, thanks for reading!

Lots of love,
Matchasse.

別 の 世 界Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang