Ep. 12

4.1K 743 59
                                    

Sepintas cuap-cuap: Ada flashback namun tidak ada tanda peringatan dimulainya flashback karena aku yakin, kalian cukup cerdas untuk tahu mana bagian flashback nya.










.

Pria bertubuh gempal tersebut tampak tengah menyandarkan tubuh tuanya pada sandaran kursi, mata linglungnya yang terpengaruh alkohol menatap kota Seoul dari kaca yang membatasi ruangannya dengan dunia luar.

Cheon Jae Su kembali meraih botol vodkanya, menenggaknya sedikit sebelum akhirnya kembali meringis ketika cairan tersebut mengaliri kerongkongannya.

"Aku akan melakukan segalanya untuk Hwa Ri, bahkan jika itu artinya aku harus mati. Keselamatan Hwa Ri kini terancam."

Jae Su mengusap wajahnya frustasi lantas beranjak dari duduknya, menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang. Atensinya menatap langit-langit ruangan kantornya, tanpa sadar air matanya mengalir.

"Hyung, aku benar-benar tidak mengerti apa yang dia inginkan. Kenapa Hwa Ri juga harus terkena imbasnya?"

Jae Su benar-benar mengingat hari itu. Hari dimana keluarga kakaknya diluluh lantahkan, menyisakan Cheon Hwa Ri yang kini juga hendak dihabisi.

***

"Hyung, apa yang kau lakukan? Ada dimana kau? Rapat akan segera dimulai!" suara Jae Su menggelegar memenuhi lobi. Sontak, pusat perhatian menuju pria bermarga Cheon tersebut.

Masa bodoh dengan pandangan orang, Jae Su benar-benar tidak dapat mengontrol emosinya saat ini. Cheon Ji Heon, sang kakak selaku direktur itu terlambat datang saat meeting penting bersama klien yang menginvestasikan dana begitu besar. Bisa-bisa kerja sama mereka dibatalkan dan menimbulkan kerugian.

Tapi suara mabuk di seberang sana membuat Jae Su kian frustasi.

"Jae Su-ya, aku benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Wanita itu benar-benar gila Jae."

Jae Su mengusap wajahnya frustasi mendengar suara Ji Heon di seberang sana. Pria itu jelas mabuk.

Mabuk disaat rapat sepenting ini. Hahah, pria beranak satu itu memang gila.

"Hyung, kau mabuk?"

"Jae, istriku dalam bahaya. Aku sudah menelepon Hwa Ri dan memintanya untuk menunggu sebentar. Aku mengacaukan pertunjukan putriku. Mengacaukan segalanya."

Jae Su mendengus keras, menendang tong sampah di dekatnya. Ia benar-benar tidak mengerti maksud kakaknya tersebut, tapi usaha mereka akan hancur sekarang.

"Terserah, kau gila! Kau menghancurkan perusahaan kita!" teriak Jae Su kemudian menutup sambungan telepon.

Jae Su bergerak menuju ruang rapat, memutuskan untuk tidak menggubris perkataan Ji Heon yang membuatnya bingung sekaligus aneh.

Pukul 3 sore, Jae Su baru menyelesaikan permasalahan investasi dan pembatalan rapat dengan kliennya. Keputusan akhir adalah klien tidak jadi menaruh saham dan beruntung, perusahaannya tidak perlu membayar ganti rugi.

Jae Su teringat pertunjukan drama musikal putri Ji Heon yang diadakan hari ini dan merasa perlu datang, ia melenggang menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil, bersamaan dengan kakak ipar meneleponnya.

"Halo kak, aku akan pergi ke tempat Hwa Ri, kau ada dimana? Aku dengar dari Hwa Ri, kau dan hyung akan datang."

Suara gemerasak membalas ucapan Jae Su, ia mengernyit.

"Jae, aku tidak bisa datang."

Jae Su bisa mendengar isak tangis kakak iparnya di seberang sana, lalu cerita mengalir dari seberang sana. Jae Su mendengarkan dengan seksama sebelum akhirnya merasa seperti dihempaskan dari langit ke tanah, Jae Su bergerak cepat menyalakan mesinnya menuju kediaman keluarga kakaknya.

別 の 世 界Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang