Spin Off #1: Awal Mula Rasa Benci

3.4K 649 29
                                    

Hari itu adalah hari paling gelap di dalam hidup Hwa Ri. Semua orang memakai baju hitam, mengucapkan rasa belasungkawa padanya dengan wajah yang sama sekali tak menunjukkan rasa sedih.

Kebanyakan yang datang hari itu adalah relasi bisnis ayahnya yang kini mungkin tengah kegirangan karena satu saingan terberatnya gugur.

Hwa Ri tentu saja berpikir begitu karena bisik-bisik yang ia dengar di belakang benar-benar menyakiti telinga.

Mereka bilang, ini saatnya memulai langkah besar untuk memajukan bisnis mereka. Kejadian yang menimpa Hwa Ri adalah suatu berkah bagi mereka. Mengenyampingkan perasaan seorang gadis kecil yang kini menjadi yatim piatu, mereka menunjukkan rasa bahagia itu secara jelas.

Hwa Ri mencoba menahan diri, memasang senyum manis dibalik dadanya yang sesak dan matanya yang panas hendak mengeluarkan air mata.

"Kasihan sekali keluarga yang ditinggalkan. Apalagi anak gadisnya, dia terlihat sangat terpukul."

Suara samar-samar itu bisa Hwa Ri dengar. Ia diam, mendengarkan dengan seksama.

"Kasihan? Ya, memang. Tapi ini langkah besar bagi kita untuk menyingkirkan Blench."

Rahang Hwa Ri mengeras mendengarnya. Tidak pantas sekali membicarakan hal macam itu di hari berdukanya 'kan?

"Kudengar adiknya akan menjadi ahli waris sementara dan mengambil alih perusahaan."

"Adiknya yang ada di TKP kejadian tapi tidak ada usaha menyelamatkan itu ya?"

"Kupikir dia memanfaatkan kejadian itu agar bisa menguasai perusahaan kakaknya."

"Wah, bisa jadi. Tahu 'kan bagaimana keluarga masa kini? Pengkhianatan dan menghalalkan segala cara untuk mendapat kekuasaan sudah biasa kini."

Kemudian para wanita istri direktur itu terkikik kecil seperti setan.

Cukup sudah. Hwa Ri terlalu menahan diri.

Gadis itu beranjak dari duduknya, menghampiri wanita-wanita penggosip  tersebut dan tanpa banyak bicara menjambak rambut keriting gantung mereka yang masih terlihat baru.

Masa bodoh, mereka sudah keterlaluan.

"Ah! Gadis sialan, lepaskan tanganmu! Rambutku ini baru saja ke salon," pekik wanita tersebut yang ia ketahui sebagai istri direktur perusahaan Animo Furniture.

Hwa Ri tertawa kecut, menjambak rambut wanita tua itu lebih kuat membuat sang pemilik memekik semakin kuat.

Seluruh perhatian terpusat padanya. Kedua teman wanita tersebut berteriak-teriak menyuruh Hwa Ri melepaskan cengkraman tangannya dari rambut temannya.

"Kau wanita tidak berperasaan. Pantaskah kau mengatakan pamanku seperti itu? Tidak! Kau tidak punya bukti yang kuat untuk menuduh!" teriak Hwa Ri membuat suasana semakin ricuh.

Pamannya yang menyaksikan langsung bertindak cepat. Memisahkan Hwa Ri dari istri direktur Animo dan menarik gadis itu menuju tempat yang lebih sepi.

Hwa Ri tidak peduli. Ia merasa benar dan itu cukup.

***

"Apa yang baru saja kau lakukan itu bukan sesuatu yang baik Cheon Hwa Ri," ujar sang paman tajam.

Hwa Ri menunduk, sedikitpun tidak berani mendongak untuk melihat sepasang mata sang paman.

"Minta maaf pada nyonya Ji Hee," ujar sang paman bernada final.

Hwa Ri mengernyit, mendongak untuk menatap sang paman dengan tatapan tak percaya.

"Samcheon menyuruhku minta maaf pada sesuatu dimana aku tidak bersalah? Tidak mau," ketus Hwa Ri tajam, matanya memicing menatap sang paman.

"Ini bukan masalah kau bersalah atau tidak Hwa Ri, ini masalah perusahaan. Perusahaan masih membutuhkannya untuk bekerja sama. Saham anjlok drastis saat tahu ayahmu meninggal. Untuk menormalkan saham, aku harus menjaga hubungan dengan semua relasi ayahmu.

"Tindakanmu yang seperti ini mempersulitku Hwa Ri. Jadi, minta maaflah pada Nyonya Ji Hee," ujar sang paman panjang lebar dan ia tidak begitu memahaminya.

Yang ia tangkap dari ucapan sang paman adalah saham harus kembali normal dan ia harus minta maaf pada wanita jahat itu untuk menjaga relasi bisnis.

Dengan kata lain, ia harus mengorbankan harga dirinya untuk saham perusahaan?

Dimana akal sehat pamannya? Seumur hidup, dia tidak pernah diajari untuk meminta maaf bila tidak bersalah.

Pamannya benar-benar hanya akan mementingkan perusahaan? Tanpa peduli perasaannya?

Jadi... yang wanita-wanita jahat bicarakan itu benar soal pamannya?

Hwa Ri tertawa kecut, matanya mulai basah karena air mata.

"Aku tidak bersalah. Aku tidak akan minta maaf, dan aku benci samcheon."

Setelah berbicara begitu, ia melenggang pergi. Meninggalkan area funeral menuju rumahnya. Mengunci diri di kamar seharian dan menangis.

Sejak hari itu, Hwa Ri memantapkan hati untuk membenci pamannya. Tidak peduli apapun itu.



end.

Halo! Kenapa end? Karena ini spin off, bukan bagian dari cerita. Cuma semacam selingan gitu untuk memperjelas jalan cerita dan menjelaskan yang masih abu-abu ┐( ̄ヮ ̄)┌

Dan, ep.13 sebenernya sudah rampung dan selesai dengan sekitar 2500 kata. Itu banyak menurutku. Karena biasanya kalo update, cuma sampai 1500 kata. Jadi, aku minta pendapat kalian, mau dibagi jadi 13(A) dan (B) atau mau langsung aja?

Aku pribadi sih lebih suka dibagi biar bacanya nggak capek dan bosen hehe. Tapi terserah kalian aja sihh, komen yah mau dibagi atau enggak biar aku tahu.

Dan, aku bakal up ep.13 setelah vote ep.12 210 Hehe. Kalian kalian kalian yang belum vote, segera vote yak! Aku tau kalian pembaca yang baik hehe.

Ayaflu to the moon and not back.

Ayaflu to the moon and not back

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Banner; etoilesgraphic

別 の 世 界Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang