Double Update!
Jangan lupa VOTE BAB YANG KAU SUKA..
Enjoy..
***
Ya, orang yang menyerang Adam dan menggendong Abi adalah Ricko. Ricko sudah tidak bisa menahan dirinya apabila seseorang menyentuh Abi-ya.
Abi hanya milik Ricko. Hanya miliknya.
"Babu! Turunkan aku sekarang dan berhenti berakting menjadi pacar yang cemburu. I mean it!"
Abi yang tidak menunjukkan tanda menyerah masih memberontak dan merengek hingga telinga, pundak, dan punggung Ricko sakit. Tak tahan akan rasa sakitnya, Ricko kemudian mengubah posisi Abi menjadi bridal style.
"Ah! Ricko, aku bisa saja jatuh!" pekik Abi.
Ricko lalu masuk ke dalam laboratorium IPA dan mengunci mereka berdua di dalam sana. Ricko kemudian menurunkan Abi dan mengunci tubuh Abi pada pintu.
Kepala Abi kini berada ditengah-tengah lengan Ricko, sedangkan tubuh mereka kini sangat dekat satu sama lain. Mungkin kali ini adalah jarak terdekat yang pernah tercipta di antara mereka.
Ricko terus menatap bola mata Abi yang berada di balik kacamata itu dengan kilatan membara di matanya, Abi yang merasa terintimidasi oleh itu merasa.. terbakar? Panas? Gairah?
Tidak, tidak. Ini salah, Abi tidak boleh merasa cinta seksual pada sahabatnya, itu salah.
"Aku tidak akan membiarkan dirimu jatuh, selama kau hidup aku akan selalu menjadi tempat pendaratanmu. Aku tidak akan membiarkanmu terluka, di hadapan ataupun di belakangku," ucap Ricko sambil mengelus pipi Abi.
Abi menundukkan kepalanya, ia tidak tahan bila ditatap seperti itu oleh Ricko, bagaikan benda rapuh. Namun tanpa Abi duga, Ricko mengangkat lembut dagu Abi dengan jemarinya.
"Indah," ucap Ricko sebelum mengusap bibir Abi penuh kasih sayang.
Jantung Abi dibuat berdegup kencang olehnya, Abi tertegun dan berubah menjadi patung oleh Ricko. Mata Abi sibuk mencari kejahilan di mata Ricko, namun ia tidak menemukannya. Ricko sangat serius dengan ucapannya.
"Ricko?" bisik Abi.
"Shh..," Ricko menempatkan jari telunjuknya pada bibir mungil Abi. Ricko terus memusatkan pandangannya pada bibir Abi yang sangat mengundang selera itu. "Mengapa kau selalu membuatku kecanduan, Abi?" tanya Ricko.
0.0
Mengapa kau selalu membuatku kecanduan, Abi?
Pertanyaan gairah Ricko itu terus menggema di dalam benaknya hingga konsen belajar pun tidak bisa. Entah sudah berapa kali Abi menghela nafas kasar dan menatap Ricko yang tak jauh darinya. Abi tak bisa fokus, Abi bahkan tidak bisa berada di dekat Ricko saat ini karena kejadian laboratorium tadi.
Mengingat Ricko masih menjadi babunya, Abi tidak punya pilihan lain selain mendekatkan babunya dengannya. Ricko masih harus berada di dekatnya hingga pukul tujuh malam. Ini akan menjadi susah.
"Gak bisa fokus?" tanya Caca.
"Tidak sama sekali, ada ide?" tanya Abi.
"Izin ke UKS atau gak ke toilet saja, mungkin itu bisa menenangkan pikiran," usul Caca.
Berpikir itu adalah usulan terbaik, Abi mengangkat tangan kanannya ke udara hingga hal itu menarik perhatian guru yang sedang mengajar.
"Iya, Abi?" sahut Bu Mentari.
"Bolehkah saya ke toilet?" tanya Abi.
"Tentu saja, Bu Ketua OSIS," usil Bu Mentari.
Abi tersenyum penuh kemenangan sambil bangkit dari kursinya menuju luar kelas. Semenjak Abi bangkit dan menghilang dari ambang pintu, Ricko terus memperhatikan setiap gerak-gerik yang Abi ciptakan. Sepertinya pikirannya sedang terganggu.
Ricko yang tidak dapat menahan rasa curiganya langsung mengangkat tangannya. Tak lama kemudian, ia sudah mendapatkan perhatian Bu Mentari.
"Iya, Ricko?"
"Bolehkah saya ke toilet, Bu?" tanya Ricko.
"Maaf, Ricko. Kau tahu peraturannya, satu per satu," jawab Bu Mentari.
Ricko menghela nafas kasar dan langsung membanting dirinya pada kursinya dengan kasar.
Abi kini tengah membasuh wajahnya dengan air wastafel. Ia mengira hal ini akan meringankan pikirannya. Namun, ia salah. Hal yang dapat menenangkan pikiran Abi adalah.. rooftop sekolah yang menyajikan pemandangan indah.
Abi menghela nafas.
Apakah aku bisa ke rooftop? Ini masih jam sekolah, aku masih harus kembali ke kelas, sangat tidak sopan apabila aku menghilang begitu saja. Oh, batin bisakah kau berhenti? batin Abi memberontak.
Aku tidak pernah egois selama hidupku, mungkin kali ini saja aku melakukan sesuatu yang egois sebelum aku lulus, batin gelap Abi berbicara.
Tidak, pelajaran Bu Mentari masih berlangsung dan peraturannya hanya boleh satu per satu bila ke toilet. Bagaimana jika nanti ada yang mau ke toilet? batin terang Abi berbicara.
Masa bodo! umpat batin gelap Abi.
Tubuh Abi dengan refleks bergerak menuju rooftop sekolah rahasia Abi. Ya, Abi menemukannya saat ia harus kerja lembur di sekolah karena ada banyak yang harus ia tangani. Dan untuk menenangkan pikirannya, Abi memutuskan untuk bermain petualangan di sekolahnya, mengunjungi tempat-tempat baru yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.
Hingga suatu saat ia menemukan jalan ke gudang, dan dari gudang itu ada sebuah tangga yang ia terus naiki hingga menuju ke rooftop sekolah yang menyajikan pemandangan yang sangat indah.
Saking indahnya tempat itu, Abi sama sekali tidak ingin beranjak pergi dari tempat itu hingga sore hari.
Abi kini telah sampai di rooftop rahasianya tergesa-gesa. Ia harus bergerak cepat agar ia tidak ketahuan satpam, guru, ataupun murid lain. Ia harus berhati-hati.
Ia kini masih berkedudukan sebagai ketua OSIS, ia harus menjadi contoh yang baik bagi siswa dan siswi yang lain. Abi langsung saja duduk di kursi yang terlantar di sana namun masih bersih dengan tenang sambil menatap pemandangan rooftop itu.
Tidak ada yang akan menemukannya di sini.
Tidak ada!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Milikku[ON-GOING]
Teen Fiction#2 Sanjaya FOLLOW AKUN INI JIKA TIDAK INGIN KETINGGALAN. Sebelumnya: Pemuda Romantis Bagaimana jika kita jatuh cinta dengan sahabat masa kecil kita? Apakah itu salah? Itulah apa yang dirasakan Ricko pada Abi, sahabat masa kecilnya. Hidup bertetangga...