Maaf lama, aku abis revisi yang lain dan edit.
Enjoy ya..
Jangan lupa VOTE BAB YANG KAU SUKA.
0.0
Abi tidak bisa menahan senyumannya ketika Ricko berjalan membawa barang-barangnya di belakangnya. Itu tentunya menarik beberapa pasang mata yang menatap mereka tanda tanya, spesialis Ricko yang kerepotan membawa barang-barang itu.
Abi dengan senyumnya yang mengembang berjalan dengan santai dan bahagia melewati lorong-lorong sekolah.
"Hai, Letta!" sapa Abi saat ia memasuki Ruang OSIS.
"Pagi, Abi. Pagi, Ricko," balas Letta sambil menatap kedua lawan bicaranya bergantian sebelum kembali menatap laptopnya.
"Minggu depan ada program apa, Letta?" tanya Abi sambil duduk di mejanya.
"Bulan bersih di hari Jumat," jawab Letta tanpa menatap Abi. Letta terlihat begitu sibuk di depan laptopnya sambil menari-narikan jari jemarinya di atas keyboard.
"Rick, kamu bisa duduk jika kau mau," ujar Letta saat Ricko tak kunjung duduk.
Saat Ricko hendak mendaratkan bokongnya pada sofa, tiba-tiba suara Abi membuatnya berhenti.
"Oh, tidak perlu. Ricko kan kuat, dia bisa berdiri di sana seperti patung sampai bel berbunyi, bukankah begitu, Rick?"
Letta menghentikan aktivitasnya sambil menatap kedua manusia di hadapannya dengan tatapan bingung. Apa yang terjadi di antara mereka?
Ricko tersenyum paksa sambil memberikan Abi tatapan penuh peringatan. "Tentu, Abi. Apa pun yang kau inginkan," balas Ricko.
Abi tersenyum licik pada Ricko sebelum melanjutkan apa yang hendak ia lakukan di Ruang OSIS, sementara Letta memutar bola matanya sebelum kembali mengetik dan mengunyah permen karetnya.
Ricko tetap berdiri di sana seperti patung. Tidak, seperti orang bodoh.
"Pagi, semua..!" seru Adam yang tiba-tiba masuk, "Pagi, Letta. Pagi, Abi. Pagi, Patung Ricko." saat Adam hendak melewati Ricko, Adam menghentikan langkahnya dan menatap Ricko saksama. "Abi, dari mana kau mendapatkan patung ini? Patung ini sangat mirip Ricko."
Abi menatap Adam jahil, "Biasa, di toko-toko juga ada. Lihat saja TokoPedia."
"Pfft, ha ha ha," tawa pelan Letta ketika mendengar ucapan Abi.
Adam yang tampaknya tertipu langsung mengangkat bahunya, "Baiklah kalau begitu, aku hanya ingin kau tahu Teresa akan datang ke Indonesia."
Abi yang tadinya menulis langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Adam serius. "Apakah kau yakin?" tanya Abi yang di jawab dengan anggukan Adam, "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kemarin aku tanya Ricko, dan dia bilang Teresa akan datang minggu depan. Dia tidak sabar bertemu dengan kalian selama bertahun-tahun ini, Ricko juga berjanji akan mengenalkan aku dengannya. Aku sangat gugup," jawab Adam.
Abi menatap pada Ricko yang kini tengah menahan tawa. Sudah kuduga, batin Abi. Ricko ternyata telah menipu Adam. Kasihan. Tapi Abi tidak bisa menyalahkan Ricko, semenjak Adam tahu jika Ricko dan dirinya telah berteman dekat dengan Teresa, topik yang selalu Adam pilih adalah Teresa. Selalu.
"Baguslah kalau begitu. Aku juga tidak sabar bertemu dengannya," ucap Abi.
Ralatnya kemarin saat Abi menunggu Ricko selesai dengan teh manisnya, Abi dan Teresa melakukan videocall selama tiga puluh menit.
"Hai, Abi. Apa kabar?" tanya Teresa.
"Luar biasa, Ricko berbohong padaku dan sekarang ia menjadi babuku selama seharian," jawab Abi.
"Ha ha ha, kalian ini sangat imut bersama. Kapan aku dapat undangannya?" usil Teresa.
"Seribu tahun lagi!"
"Ha ha ha, kau sekarang suruh Ricko apa?"
"Membuatkan aku teh manis," jawab Abi.
"Oh, Ricko bisa memasak sekarang?"
"Belum."
"Berapa lama dia di dapur?"
Abi melihat jam dindingnya, "Sekitar dua puluh menit."
"Klasik. Tapi Abi, jika dia tertukar gula dengan garam bagaimana?" tanya Teresa.
"Tidak mungkin. Dia pasti tahulah yang mana gula dan yang mana garam," ucap Abi percaya diri.
Teresa tersenyum ragu, "Aku sangat meragukan itu. Laki-laki yang satu itu tidak pernah menyentuh peralatan makan sampai sekarang."
"Bagaimana kau bisa tahu itu?" tanya Abi sambil menyipitkan matanya.
"Buktinya dia sudah pergi selama dua puluh menit hanya untuk membuat teh manis, dapurmu sekarang pasti sudah seperti kapal pecah, Abi."
Jika ingin terus diingat, segala perkataan Teresa terbukti benar. Ricko tidak tahu perbedaan antara garam dan gula, ia juga telah membuat dapur rumah Abi seperti kapal pecah. Untung saja Abi menyuruh Ricko membereskannya sebelum Elizabeth melihatnya.
Sungguh, bila Ibunya melihat tempat surganya berantakan, ia sudah harus dilarikan ke Rumah Sakit.
"Aku dengar dia tinggi, apakah aku kalah tinggi dengannya?" tanya Adam pada Abi khawatir.
"Kalau mau jujur, sepertinya tinggi kalian sama. Tapi, kalau kamu mau lebih tinggi kamu harus main bola basket," jawab Abi.
"Abi," Adam lalu duduk di kursi yang berada di depan meja Abi sebelum memegang kedua tangan Abi penuh harapan, "kau dan Teresa kan sudah berteman sejak kecil. Apakah kau tahu tipe-tipe laki-laki yang Teresa sukai?"
Entah mengapa saat ini Abi merasakan sensasi panah membara tubuhnya, seakan ia tengah di tatap tajam oleh seseorang. Saat Abi mendongakkan wajahnya, ternyata Ricko memberikan Adam tatapan tajam.
Aneh.
Padahal yang diberikan tatapan tajam adalah Adam, mengapa Abi justru malah yang merasakannya? Melihat Ricko menjadi cemburu entah mengapa Abi merasa Ricko terlihat.., seksi? Tak ingin menjadi beban, Abi langsung menepiskan pikirannya itu dan fokus pada Adam.
"Well, dia suka sama cowok yang sedikit lebih tinggi dari dia. Dia suka sama cowok romantis, manis, rada berotot, setia, jago olahraga, dan bisa mengendarai mobil serta motor," jawab Abi.
"Ada lagi?" tanya Adam sambil berdiri.
"Segitu sih yang aku tahu. Coba deh nanti kamu tanya Ricko, mungkin dia bisa melengkapinya," ucap Abi sembari melirik Ricko penuh peringatan seakan ia berkata 'Jangan main-main' pada Ricko.
"Terima kasih, Abi," ucap Adam sambil bergerak memeluk Abi.
Brugh..
Tubuh Adam tiba-tiba langsung jatuh ke lantai.
Abi yang terkejut akan hal itu langsung menghampiri Adam dan memeriksa keadaannya. "Adam, apakah kau..."
Sebelum Abi bahkan selesai menanyakan keadaan Adam, seseorang telah mengangkat dirinya seperti karung beras.
"Turunkan aku, Babu!" pekik Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Milikku[ON-GOING]
Roman pour Adolescents#2 Sanjaya FOLLOW AKUN INI JIKA TIDAK INGIN KETINGGALAN. Sebelumnya: Pemuda Romantis Bagaimana jika kita jatuh cinta dengan sahabat masa kecil kita? Apakah itu salah? Itulah apa yang dirasakan Ricko pada Abi, sahabat masa kecilnya. Hidup bertetangga...