Bab 12: Reuni Dadakan

125 7 5
                                    

Hei..

Hei..

Hei..

Ketemu lagi kita..

Kalian tahu kan apa yang kalian harus lakukan?

Klik tombol bintangnya ya..

***

Selepas dari tragedi Letta, Abi memutuskan pergi ke ruang OSIS. Jam kini sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sebelas menit. Selama perjalanannya ke ruang OSIS, pikiran Abi penuh dengan perkataan Letta. Dia sungguh tak percaya bahwa Roberto menyukainya.

Ketika Abi sampai di ruang OSIS, ia dikejutkan oleh seseorang yang tak lain sahabat masa kecilnya yang kini tengah berpelukan dengan Ricko, Teresa.

"Teresa?" kejut Abi.

Mendengar namanya dipanggil, Teresa langsung melepaskan pelukannya dan beralih pada sumber suara.

"Abi!!" pekik girang Teresa.

Kedua gadis itu berpelukan dan tidak memedulikan jika Ricko masih ada di ruangan bersama mereka.

"Kok kamu gak ngasih tahu kalau kamu mau ke sini?" protes Abi.

"Ya, kejutan!" jawab Teresa.

"Dasar kau ini," ucap Abi sambil menjewer pipi Teresa, "tidak pernah berubah."

"Ih.., jangan seperti itu, nanti pipiku keriput!"

"Gak apa-apa, biar cepat tua!"

"Ih.., kau ini," ujar Teresa sambil menjewer pipi Abi.

Abi tertawa, "Berapa lama kamu di Indonesia?"

"Aku berencana seminggu, tapi ketika aku bertemu dengannya aku perpanjang jadi sebulan, tapi dia sudah suka pada seseorang," ucap Teresa.

"Siapa?" tanya Ricko.

"Namanya Adam."

Mendengar nama itu, Abi langsung berusaha keras menahan senyumnya ketika melihat wajah terkejutnya Ricko.

"Teresa, biasakah kau lebih spesifik? Soalnya nama Adam di sekolah ini ada tiga puluh delapan," mohon Abi.

"Oh, begitu. Aku kira kalian mengenalnya, karena dia bilang kalian dekat dengannya dan kalian juga sering menceritakan padanya tentangku. Dia pintar juga sih bermain piano, dia memainkan lagu yang sangat indah," ujar Teresa.

"Oh, Adam kawanku," ucap Abi.

"Iya, kamu tahu tidak dia suka sama siapa?" tanya Teresa.

"Kamu seriusan suka sama Adam?" tanya Ricko memastikan.

"Iya, serius."

"Kamu lihat apa di dalam dirinya?" tanya Ricko.

"Hmm.., dia memiliki bakat yang indah, kami memiliki selara musik yang sama, dia orang yang baik, senyumannya membuat hatiku terasa hangat, suara lembutnya membuatku ingin terus bersamanya, dan matanya terdapat masa depanku," jelas Teresa.

"Wow!" ucap Abi, "Kau benar-benar jatuh hati padanya."

"Ya, sepertinya. Tapi.., dia suka pada orang lain," ucap murung Teresa. "Gadis itu sangat beruntung."

Iya, kamu gadis itu, Bodoh, batin Ricko.

"Anyway, mumpung aku ada di sini. Kita reunian yuk," ajak Teresa.

"Boleh, mumpung besok libur dua hari karena guru-guru rapat," ucap Abi.

"Bagus, kita akan pergi jalan-jalan!" ujar Teresa.

"Oh, Ter, sisakan buat satu orang lagi, biasa siapa tahu Putri mau ikut," ucap Ricko.

"Oke, satu kursi untuk Putri."

Hehe, koreksi, satu kursi itu untuk Adam, batin Ricko.

Kring..

Kring..

Kring..

"Saatnya bagi kami untuk masuk kelas, sampai jumpa Teresa," ucap Abi sambil menarik tangan Ricko untuk bergegas ke kelas.

"Sampai jumpa, kawan-kawanku!" balas Teresa.

Ketika mereka sudah jauh dari ruang OSIS, Abi menatap Ricko dengan lekat. Sungguh aneh ia meminta Teresa memberikan satu kursi tambahan untuk Putri, padahal ia dan Putri tak pernah akur apabila di ruangan yang sama. Tapi, bagaimana dengan Kenan, adik laki-lakinya, kenapa ia tidak diberikan tempat?

"Apa yang kamu pikirkan Abi?" tanya Ricko.

"Kenapa kamu minta Teresa menyisakan satu kursi lagi untuk Putri? Kalau untuk Kenan bagaimana? Masa kamu meninggalkan adikmu yang satu itu? Apa yang kau rencanakan Jericko Fransiskus Sanjaya?"

"Waw, kau menanyakan banyak pertanyaan Abi. Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku ketika masih di atap kemarin."

Jleb..

"Pertanyaan apa yang kau maksud?" tanya Abi yang pura-pura tidak tahu.


Kemarin ketika di atap sekolah, setelah Ricko menyatakan perasaannya.

"Itu mengapa aku mencintamu," ucap Ricko.

Abi langsung menatap Ricko tidak percaya, matanya membulat dengan sempurna, "A-a-apa?"

"Aku mencintaimu, Abi. Semenjak kau menangis pertama kalinya di hadapanku, aku tahu, melihatmu seperti itu membuatku merasa gagal, dan dari sana aku sadar bahwa aku mencintaimu hingga sekarang," ucap Ricko tulus.

Detak jantung Abi kini berdetak dengan kencang, ia bahkan tidak tahu bagaimana cara menenangkannya. Pikirannya pun juga tidak dapat diajak kerja sama, kosong secara tiba-tiba.

Abi tahu ia harus mengatakan sesuatu, dan tidak diam saja seperti orang bodoh.

"Abi, apakah kau mencintaiku juga?"

Oh.. pertanyaan itu, batin gelisah Abi.

Jujur, Abi kini tidak tahu harus menjawab apa.

Ketika Abi hendak membuka mulutnya, bel istirahat berbunyi.

Kring..

Kring..

Kring..

"Oh dengarlah belnya, saatnya untuk istirahat," ucap Abi dan berlari cepat menuju kantin agar ia tidak ditahan oleh Ricko.


Masa Kini

"Pertanyaan, 'Apakah kau juga mencintaiku?' itu," ucap Ricko.

"Oh, yang itu."

"Tenang kok, kau juga tidak perlu menjawabnya sekarang," ucap santai Ricko sambil mendahului Abi ke kelas.

"Ya, benar," ujar Abi setuju.


Kau Milikku[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang