Bab 2: Jebakan, Masa Remaja

290 18 13
                                    

10 TAHUN KEMUDIAN

"Letta, bisakan kamu memberikan aku jadwal program sekolah dan program OSIS?" tanya Abi yang kini sudah berumur enam belas tahun.

Kecantikan Abi demi tahun ke tahun semakin bertambah, bahkan kecerdasan dan keingintahuannya juga. Mata cokelat Abi semakin bersinar, rambut lurus hitam pekat turunan Marvel selalu indah. Banyak yang mengidolakan Abi di sekolah.

Abi kini telah menjadi ketua OSIS sekolahnya, dan di tangannya, sekolahnya semakin di kenal kalangan masyarakat sebagai sekolah yang termaju dan terbaik. Sekolahnya bahkan duduk di peringkat satu se-kota.

"Iya, Abi. Ini jadwalnya," ucap Letta, sekertaris umum. Gadis Sunda itu mengulurkan tangannya dan memberikan Abi dua tumpukan folder itu.

Letta, sekertaris OSIS sekaligus teman setia Abi, selalu berada di sisi Abi, begitu pula dengan sebaliknya. Rambut bergelombang hitam selengan Letta menambahkan aura kecantikannya selain wajahnya yang feminin. 

"Abi," panggil Letta.

"Apa, Let?" sahut Abi tanpa menatap Letta.

"Menurut kamu si Roberto suka gak sama gue?" tanya malu Letta.

"Entahlah, mungkin. Coba nanti kamu tanya," usil Abi.

"Ih.., Abi!" seru Letta sembari memukul Abi yang terkikik, "Jangan kayak gitu napa? Gue yang malu."

"Problem lo?

"ABI!!" pekik Letta sambil menggelitiki.

"Iya, iya, iya!"

Letta yang sedari tadi menggelitiki Abi pun menghentikan aksinya saat Abi sudah jatuh dari kursinya.

"Rasain tuh!"

Tanpa mereka sadari, Ricko yang sedari tadi memperhatikan mereka dari ambang pintu menatap mereka sambil menggeleng kepalanya.

"Apakah kalian sudah selesai bercanda?" tanya Ricko yang membuat dua penghuni itu terkejut.

Letta menatap kepada Abi dengan tatapan jahilnya, sedangkan Abi yang di tatap jahil oleh Letta membalasnya dengan tatapan jengah. Berapa kali Abi harus mengingatkan semua orang jika ia dan Ricko hanyalah sahabat?

"Hai, Rick. Ada apa?" sahut Abi.

Letta yang tadinya berada di sebelah Abi kini sudah bergerak menuju mejanya saat Ricko bergerak mendekati Abi.

"Ayahmu tadi menelepon, ia ingin kau pulang denganku," jawab Ricko.

Jleb.

Pulang?

Dengan Ricko?

Abi berdiri dan menatap Ricko horor, "Tidak! Tidak! Tidak! Tidak usah, Rick! Aku.. bisa pulang sendiri."

Selain populer di band karena suara emas serta keterampilannya, Ricko juga merupakan anak yang sering ngebut di jalan. Itulah yang Abi takuti. Menurut Abi, ngebut sama saja mencari mati. Abi masih ingin hidup, namun Ricko, sepertinya tidak.

"Sudahlah, aku akan pelan-pelan kali ini. Tidak akan cari mati lagi," sumpah Ricko.

"Bener ya. Awas kalau lu belum puas membuat gue jantungan!" ancam Abi.

"Abi!" pekik Caca yang tiba-tiba datang dengan Adel sambil berlari tergesa-gesa, penghuni ruangan itu kemudian menatap kedua gadis itu dengan penuh tanda tanya.

"Adel, Caca, kalian kenapa lari-lari?" tanya Letta.

"Tadi.. kami dikejar..," ucap Caca tergesa-gesa.

Kau Milikku[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang