Hari untuk acara reuni ketiga sahabat itu pun hadir, jam kini menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh pagi. Semua rencana sudah dipersiapkan oleh Teresa dan ia tidak memberitahu mereka tentang apa pun yang mereka akan lakukan hari ini. Namun, ia hanya memberitahu kawan-kawannya untuk berkumpul di satu titik tertentu, yaitu di Bandara Halim Perdana Kusuma.
Kini yang sudah berada di titik pertemuan adalah Abi dan Teresa.
"Duh, Ricko dan Putri dimana?" tanya Teresa sambil melihat jam tangannya yang berada di pergelangan tangan kirinya, "Aku kan sudah bilang kita kumpulnya jam tujuh pagi. Kok lama banget sih?"
"Umm, Ter. Menurutku yang di ajak Ricko bukan Putri," ucap Abi.
"Maksudmu?" tanya Teresa yang bingung.
"Itu," ucap Abi sambil menunjuk dua sosok pemuda yang melangkah mendekati mereka.
Mengikuti arah tunjukkan Abi, jantung Teresa berdegup kencang. Wajahnya kini sudah menjadi merah, karena pemuda yang berada di samping Ricko itu.
"Maaf kami terlambat," ucap Ricko ketika sudah berada di depan Abi dan Teresa.
"Hai, Adam," sapa Teresa malu.
"Hai, Ter," balas Adam malu.
"Apa kabar, Ter?" tanya Adam.
"Baik. Kamu?"
"Juga baik," balas Adam. Adam kemudian menatap langit dan pesawat pribadi yang berada di belakang Teresa, "Jadi, kita mau kemana naik pesawat?"
Teresa pun menoleh sedikit ke pesawatnya dan kembali menatap Adam dengan senyuman liciknya, "Rahasia."
"Oh, rahasia. Kasih tahu dong," ucap Adam sambil menggenggam tangan Teresa dan menariknya menaiki pesawat tersebut.
Teresa yang tangan kanannya digenggam terkejut, "Um.., kan gak bisa," ucap salah tingkah Teresa begitu dirinya dan Adam menaiki tangga.
"Hehehe, baiklah."
Adam kemudian mencium punggung tangan Teresa yang tentunya membuat hari Teresa berdegup kencang dan membuat kakinya menjadi jeli.
Oh, Ya Tuhan, mengapa kau berlaku manis seperti ini padaku? tanya batin Teresa.
Ketika batang hidung Teresa dan Adam tidak terlihat lagi, kini hanya tertinggal Abi dan Ricko di luar pesawat.
Ricko yang kini berpakaian santai dengan celana krem pendek dan baju birunya tertawa terkikik melihat wajah salah tingkah Teresa. Abi yang mendengar itu langsung menatap Ricko.
"Jadi ini rencanamu?" tanya Abi.
"Shh..," desis Ricko sambil menempatkan jari telunjuknya di tengah-tengah bibirnya. "Kau dengarkan perkataan Teresa kemarin tentang Adam? Teresa salah paham kalau Adam menyukai orang lain. Jadi dari pada kita tidak melakukan apa pun, ya sudah aku ajak Adam saja."
"Terus Putri tidak kamu ajak?"
"Buat apa aku ajak? Toh, nanti sebelum kita lepas landas, pesawat ini juga akan hancur karena dirinya."
"Ih.., kau ini!" pekik gemas Abi sambil mencubit perut Ricko dan memasuki pesawat meninggalkan Ricko sendirian.
Ricko tertawa terbahak-bahak sambil mengelus perutnya.
+++
Sudah sekitar satu jam pesawat yang keempat orang itu lepas landas. Abi kini terlalu sibuk untuk melihat pemandangan di luar jendela, sementara Ricko terlalu sibuk menatap Ipadnya dan sesekali ia beralih menatap Abi.
Teresa dan Adam masih terlalu asyik berdua di sofa mengobrol dan bercanda.
"Kamu apain si Adam sebelum kita pergi?" tanya Abi sambil beralih menatap Ricko dari jendela pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Milikku[ON-GOING]
Jugendliteratur#2 Sanjaya FOLLOW AKUN INI JIKA TIDAK INGIN KETINGGALAN. Sebelumnya: Pemuda Romantis Bagaimana jika kita jatuh cinta dengan sahabat masa kecil kita? Apakah itu salah? Itulah apa yang dirasakan Ricko pada Abi, sahabat masa kecilnya. Hidup bertetangga...