Bab 11: Hanya Teman?

119 9 2
                                    

Jangan lupa VOTE BAB YANG KAU SUKA!!

Tadi cerita TERESA & ADAM, bagaimana kita ke LETTA & ROBERTO?

Penasaran? Penasaran?

Ayo, baca!

Senangnya bisa kembali ke Wattpad.

***

Pagi ini Letta sedang bersiap-siap untuk memulai harinya di sekolah. Rambutnya sudah terikat dengan rapi di belakang, pakaiannya rapi, bersih, dan wangi, sedangkan sepatunya mengkilat.

Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Letta kini berangkat ke sekolah. Namun di tengah-tengah perjalanannya, seorang pengendara motor tanpa sengaja mencipratkan air jalanan pada Letta hingga seragam yang ia kenakan kini menjadi kotor.

"HEI! LIHAT JALAN!!" pekik Letta.

Menyadari kesalahan dan mendengar pekikkan Letta, pengendara motor Ninja merah itu berhenti dan memarkirkan motornya di pinggir jalan sebelum menghampiri Letta yang sedang membersihkan dirinya.

"Maaf, apakah kau baik-baik saja?" tanya orang itu.

"Baik-baik saja? Gara-gara kau, aku harus terlambat ke sekolah!" marah Letta, "Aduh.., sekarang aku balik lagi!"

"Aku yang akan menanggung ruginya, Let," ujar pengendara motor itu.

Letta yang tadi marah menjadi curiga. Bagaimana ia bisa tahu namanya?

"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Letta curiga.

Pengendara itu kemudian melepas helm motor sportnya, "Ini aku, Robot," ucap Roberto dengan nama panggilan yang biasanya Letta berikan kepadanya.

Wajah Letta langsung saja menjadi pucat pasi, jantungnya berdegup dengan kencang, pikirannya pun langsung menjadi buram. Apa yang harus ia lakukan?

"Roberto? Kamu.. kamu.., duh.. apa ya? kamu ngapain di sini?" tanya Letta.

Goblok! batin Letta.

Walaupun Letta merutuki dirinya, Roberto tampaknya terhibur. Roberto terkekeh pelan. Sangat tamvan! Sangat gentlemen! Sangat.. sempurna!

"Kau ini memang lucu."

Blush..

Wajah Letta kini berubah menjadi merah padam. Roberto baru saja memujinya? Tolong katakan ini hanya mimpi, Ya Tuhan!

"Ayo," Roberto menggenggam tangan Letta, Letta panik.

"Kemana kau membawaku?" tanya Letta panik.

"Ke sekolah, aku yang akan menanggung segalanya," ucap enteng Roberto.

Genggaman yang diberikan Roberto sangat kuat namun lembut seraya mengatakan bahwa Roberto akan melindungi dirinya setiap saat.

"Rob, kau tidak perlu," ujar Letta tidak enak.

"Sudahlah.., tak apa-apa. Kau kan temannya Abi, kalau teman-teman Abi pasti akan aku layani dengan baik, kecuali Ricko tentunya," ucap Roberto yang membuat Letta merasa tersinggung.

"Jadi.., kau melakukan ini hanya karena aku temannya Abi?" tanya Letta memastikan.

"Iya."

Hanya satu jawaban padat dan pasti dari Roberto sudah membuat dunia Letta berhenti saja. Selama Letta sibuk dengan pikirannya sendiri, ia tidak sadar bahwa ia kini sudah berada di jok motor Roberto.

Letta berpegangan pada Roberto, dan mereka kini pergi ke sekolah mereka bersama-sama. Sesampainya mereka di sana Letta turun dari motor Roberto dan berjalan menjauhinya, saat Roberto hendak menggenggam tangan Letta untuk mengiringinya ke kantor seragam sekolah, Letta menarik tangannya dan pergi ke kelas.

"Letta! Seragammu?!" teriak Roberto.

Apakah salah jika Letta mencintai Roberto yang jelas-jelas jatuh cinta pada sahabatnya sendiri?

Roberto terus menatap punggung Letta yang kian menjauh hingga menghilang dengan tatapan tanda tanya. Apakah dia mengatakan sesuatu yang salah?

Sesampainya Letta di kelas, ia menjadi pusat perhatian teman-temannya, Adel, Caca, dan Abi.

"Let, apa yang terjadi pada seragammu?" tanya Abi sambil berdiri dengan wajah khawatir pada sahabatnya.

"Roberto melihat apa sih di dalam dirimu, Bi?" tanya Letta dengan mata yang berair.

"Maksudmu, Let?" tanya Abi tidak mengerti.

"Aku suka pada Roberto dan kau tahu itu, tapi Roberto suka padamu," jawab Letta sakit hati.

Mendengar jawaban Letta membuat ketiga perempuan itu terkejut. Spesialis Abi yang selama ini menganggap Roberto sebagai temannya saja.

"Dari mana kau bisa tahu jika Roberto menyukaiku?" tanya Abi.

"Tadi pagi, yang membuat seragamku kotor adalah Roberto, dia bilang dia akan bertanggungjawab atas kesalahannya karena aku temanmu," jawab Letta.

"Astaga naga, demi apa pun di dunia," ucap kaget Caca.

Abi langsung bangkit berdiri dan menghampiri Letta yang bersedih hati, "Let, kau kan tahu aku tidak akan mengkhianati sahabatku sendiri. Lagi pula, aku juga tidak menyukai Roberto. Kau tahu itu," ujar Abi.

"Iya, aku memang tahu," ujar Letta sambil melepaskan air matanya, "Tapi rasanya begitu sakit ketika cintamu bertepuk sebelah tangan."

Tanpa mereka sadari, selama mereka berbicara, Roberto mendengar segalanya dari balik jendela. Dari awal hingga akhir.


Kau Milikku[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang