Bab 12 (Flashback)

432 38 31
                                    

Flashback on

Syafa sedang menunduk karena para siswa yang ada di halaman parkiran sekolah tidak lepas menatap ke arah Gavin dan Syafa.

Gavin tidak perduli bagaimana tatapan para siswa padanya, namun berbeda dengan Syafa, dirinya benar-benar seperti seorang kriminal. Tatapan para siswa lebih tajam dari pada yang kemarin saat dirinya menumpang pada Gibran.

Saat tangan Gavin menggenggam tangan Syafa, Syafa menjadi lebih tenang. Tangannya merasa hangat sampai terasa di dalam hatinya, yang sekarang ia rasakan hangat dan nyaman.

Namun saat pandangan Syafa bertemu pada iris hitam milik Kesya, dan melihat bagaimana gurat kesal yang ada di wajah Kesya, membuat Syafa mau tidak mau melepas genggaman tangan Gavin.

Dirinya kini tak merasa hangat lagi, namun saat ini yang terasa hanya perasaan tak menentu, badannya dingin dan mukanya pias.

Syafa tau, apa yang Kesya ucapkan di depan sana. Dirinya harus menemui Kesya dan mengikutinya ke arah belakang sekolah.

Saat Gavin berbicara, dengan sangat merasa bersalah dirinya malah menjawab singkat dan pergi meninggalkan Gavin, yang ia yakin pasti Gavin masih diam di tempat.

'Semoga aku dapat merasakan lagi hangatnya genggaman tanganmu.'

Dan Syafa pun mengikuti jalan yang Kesya tuju, dan sesampainya di halaman belakang sekolah, Kesya terlihat sedang diam menatap langit.

Dengan perlahan Syafa menghampiri, "Kesya." panggil Syafa, lalu Kesya pun menoleh.

"Ternyata lo nemuin gue, gue kira lo bakal jadi pengecut." Kesya berbicara dengan nada pelan tapi terasa dingin.

Mendengar perkataan Kesya, nyali Syafa jadi menciut, dirinya hanya bisa terdiam dan menunduk.

"Kenapa diam? Gue di sini bukan ngomong sama patung! Lo tau gue di sini mau bahas apa?" tanya Kesya dengan volume yang di naikan.

"Aku...gak ada apa-apa sama Gavin," ucap Syafa sembari menatap Kesya, dirinya gugup, telapak tangan dan jari-jarinya menyatu untuk menghilangkan kegugupan.

"Gak ada apa-apa?? Terus kenapa kemarin lo pulang bareng Gavin dan sekarang lo berangkat bareng Gavin juga?! Lo punya harga diri gak sih? Gue udah baik sama lo! Gue masih mau ke kantin sama lo! Nemenin lo ngomong! Lo dulu gak ada temen sama sekali!!!" Muka Kesya memerah karena marah, dirinya bahkan berkaca-kaca.

"Padahal lo tau, gue lebih dulu suka Gavin. Gue berjuang buat ikut les demi Gavin, padahal lo tau, gue paling males dengan namanya belajar, sekolah aja kadang bolos. Dan, ini gue lakukan... demi Gavin." Kesya melanjutkan perkataannya dengan pelan. Dirinya menunduk, lalu menatap ke arah Syafa.

"Gue minta maaf...gue salah."

"Ya jelas lo salah! Gue minta sama lo, jauhin Gavin. Jangan halangin jalan gue sama dia." Kesya menatap Syafa tajam.

Syafa mengagguk pelan, "Gue akan ngelakuin apa yang lo suruh."

"Gue pegang omongan lo, Syaf." Kesya menginggalkan Syafa yang menunduk dalam.

Syafa terdiam, perkataannya tak sejalan dengan hatinya. Ia ingin bilang tidak, tapi mulutnya mengkhianati dirinya.

Akhirnya Syafa berjalan meninggalkan halaman sekolah. Mungkin dirinya memang harus mengalah.

Tanpa Syafa dan Kesya sadari, seseorang mendengar pembicaraan mereka.

🍃🍃🍃🍃

Gibran berjalan menuju kamar mandi, namun ia bertemu dengan Gavin dan pandangan mereka pun bertemu, saling bertatapan dengan tajam.

Gavin terlihat akan melanjutkan langkahnya, namun tangan Gibran mencekal bahu Gavin.

"Seberapa yakin lo bakal bisa sama Syafa? Jangan hancurin seseorang demi orang baru. Kalo lo lakuin itu, lo sama aja kaya pecundang." Gibran berbicara di dekat telinga Gavin dengan penuh penekanan.

"Maksud lo apaan ngomong gitu ke gue??" Gavin mendorong bahu Gibran kencang, ia merasa Gibran terlalu berlebihan.

Gibran hanya tersenyum meremehkan, "saat diri lo menghindar dari satu masalah dan memulai hal yang baru, percayalah... masalah yang belum lo selesaikan akan datang kembali kepada lo."

Gibran kembali melanjutkan jalan yang tertunda dengan sengaja menabrak bahu Gavin dengan kencang.

Gavin hanya diam, dia sendiri bingung dengan apa yang Gibran katankan. Masalah apa? Apa hubungannya dengan Syafa?

Gavin hanya menggeleng melanjutkan jalannya menuju kelas, dan dia baru menyadari, bahwa dirinya dan Gibran yang bersitegang baru saja jadi tontonan gratis para siswa.

Flashback off

^°°°°°^

Ini hanya bab khusus flashback kejadian kemarin yaa^^

Dan setelah ini, kayaknya bab selanjutnya akan di pending😂
Mungkin di update dua hari sekali atau lebih dari itu😅

Pikiran lagi mumet ide jadi susah keluar wkwk. Yaudah gitu aja..

See yaa❤

Expired LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang