Bab 15 ("Aneh")

413 29 38
                                    

Maaf jika ada typo.

-------

Gavin melangkah mendekati Syafa yang sedang duduk di meja kantin bersama Kesya dan dua teman lainnya.

"Syafa,"

"Eh, Gavin!"

Bukan suara itu yang di harapkannya, suara Kesya. Gavin melirik ke arah Syafa yang hanya menunduk, namun terlihat semburat merah di masing-masing pipi syafa.

Saat matanya masih menatap Syafa, namun Kesya dengan seenaknya, menarik tangan Gavin untuk duduk di sebelahnya Kesya. Gavin hanya bisa pasrah dan duduk di sebelah Kesya, yang terpenting dirinya duduk tepat di hadapan Syafa.

"Sya, lo kemarin ke--"

"Gavin!!" Kesya memotong pembicaraan Gavin, Kesya tau kemana arah omongan Gavin, dan Kesya harus mengalihkan pembicaraan.

"Apa sih? Ngagetin gue aja lo! Mulut lo di samping telinga gue, tapi suara lo kenceng banget." Gavin meniupkan sela genggaman tangan ke kupingnya.

Kesya hanya menyengir, "emm... Lo ada waktu gak pulang sekolah? Jalan yuk?"

"Engga, gue males."

"Emm... Kalo gitu besoknya gimana?"

"Gue gak ada waktu, Kes!"

Syafa pun menatap Gavin saat menolak ajakan Kesya dengan suara kencang, dirinya saja sampai kaget.
Satu detik kemudian pandangan Syafa terkunci oleh tatapan mata Gavin yang melembut. Dirinya terasa sedang terbang hanya karena tatapan yang hangat dan lembut milik Gavin.

Gavin pun melihat Syafa dengan mata tidak berkedip, dirinya merasa Syafa seorang wanita yang sempurna dan apa adanya, wajahnya putih bersih tanpa polesan apa-apa, bulu matanya lentik dan bibir kecilnya yang berwarna pink dengan alami. Sungguh indah ciptaan-Mu Tuhan.

"Ehem." Kesya berdehem dengan kencang. Sengaja... karena dirinya panas saat melihat Gavin dan Syafa saling tatap.

Syafa yang mendengar deheman Kesya dan mengingat tindakan cerobohnya tadi malam pun jadi salah tingkah lagi dan menundukan kepalanya dalam-dalam.

"Sya, kena--"

"Woy, Gavin!"

"Apa lagi sih?!" Kesal Gavin ke arah Kesya.

Kesya pun terlonjak dengan ucapan Gavin, "apaan sih, Vin. Bukan gue yang manggil!" ucap Kesya dengan kesal.

Dan Gavin pun jadi merasa bersalah dan menggaruk tengkuknya tak gatal, dirinya pikir Kesya lagi-lagi yang mengganggu dirinya berbicara pada Syafa.

Pundak Gavin ditepuk dari samping kemudian dirinya menoleh ke arah seseorang tersebut yang ternyata Galang, Adoy dan... Gibran.

"Woy, Vin! Bisa banget lo, milih tempat duduk yang strategis!" ucap Galang.

"Iya nih, sa ae lo, Vin! Sekali tepok dapet empat! Bagi lah satu," ucap Adoy pada Gavin namun matanya tak lepas dari Clara yang senyam-senyum tidak bisa diam seperti ulat bulu.

Gibran pun hanya diam kemudian berbicara pada Clara, "eh, lo minggiran sana ujung, biar bisa duduk bareng si Adoy, " perintah Gibran pada Clara.

Clara yang mendengar perintah Gibran hanya mengaguk setuju apa lagi di sudut ujang ada Adoy yang masih melirik ke arahnya.

"Sinian, Sya. Biar gue yang di ujung situ. "

"Eh, kok lo jadi ribet sih, Gib? Duduk ya tinggal duduk aja, ribet banget," ucap Gavin kesal melihat tingkah Gibran, bukan apa, dirinya jadi tidak bisa duduk berhadapan dengan Syafa, karena kini yang ada di depannya adalah Gibran, dan Syafa hanya diam tak menanggapi.

Expired LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang