Bab 8 (tumpangan)

556 51 39
                                    


Hari ini cuaca pagi sedang mendung, sejak tadi malam, hujan sangat lebat dan angin kencang. Walaupun pagi ini tidak turun hujan namun kemungkinan hujan turun akan terjadi, mengingat cuaca sedang tidak bersahabat.

Di dalam ruang makan terlihat Syafa sedang fokus pada sarapannya, dirinya berkali-kali menghembuskan nafas kencang, terlihat dirinya sedang gusar.

Dari semalam dia tidak bisa tidur, ada yang mengganggu pikirannya. Ditambah, suara hujan lebat dan petir yang menggelegar membuat dirinya tambah sulit memejamkan mata. Dirinya selalu takut jika sudah hujan lebat dan suara petir terdengar.

"Sayang, lagi ada yang di pikirin ya? Kok melamun aja?" Ranti menghampiri Syafa dan duduk di sebelahnya.

Mendengar Ibunya bertanya, Syafa hanya menggeleng dan fokus untuk menghabiskan sarapannya.

"Yaudah, kalau gak mau cerita. Ibu gak maksa, tapi jangan melamun terus, gak baik." Ranti mengusap rambut anaknya lalu berdiri dan pergi ke arah dapur.

Syafa termasuk orang yang pendiam, kadang masalah apapun dia tidak mau bercerita walaupun pada orang terdekatnya, temasuk kepada Ibunya --Ranti.

Dia sudah terbiasa menyendiri. Untuk bersosialisasi pun sedikit susah, karna dirinya sudah terbiasa tidak mengandalkan orang-orang di sekitarnya.

Di dalam keluarganya, Syafa anak tunggal. Ayahnya berkerja di luar kota, sebagai staf pengajar di sekolah swasta di daerah Bandung. Jadi hanya pulang dua kali dalam sebulan.

Dan Ibunya hanya Ibu rumah tangga, sebelumnya Ranti bekerja di rumah makan dekat rumah mereka. Namun sudah berhenti tiga bulan yang lalu.

Karena itu, Syafa kadang sudah merasa terbiasa dengan rasa kesepian. Tapi kini demi permintaan Ibunya, Syafa akan mencoba keluar dari zona nyamannya.

Jam sudah menunjukan pukul 6.15 dan Syafa baru akan berangkat. Biasanya Syafa berangkat pada pukul enam pas. Jarak dari rumah ke sekolahnya kurang lebih dua puluh menit menggunakan bis.

Namun kali ini dirinya sedang malas pergi ke sekolah, entah karena cuaca pagi ini yang mendung atau ada hal yang lain.

Syafa menuju dapur untuk menemui Ibunya, "Bu, aku berangkat sekolah ya. Assalamualaikum," ucap Syafa sambil mencium tangan Ibunya.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Sya.  Ini jangan lupa bawa payung. Di luar mendung banget takut turun hujan." Ranti memberikan payung pada Syafa.

Syafa pun mengambil payung yang diberikan Ibunya sambil tersenyum, lalu dirinya pergi meninggalkan dapur. 'Semoga tidak hujan lebat.' mohon Syafa dalam hati.
        

                          💧💧💧💧

Syafa sedang berdiri di dalam bis. pagi ini bis sedang ramai, mungkin karena diluar sedang turun hujan, yang tadinya mengendarai motor sekarang memilih menaiki bis untuk berlindung dari hujan.

Dilihatnya halte yang biasa dia turun sudah terlihat dekat, "pak di halte depan kiri, ya." Syafa pun menuju pintu bis lalu turun. Langkahnya pun di buat lebar-lebar untuk cepat sampai ke halte untuk berteduh.

"Haaah... untung bawa payung," ucap dirinya pada diri sendiri. Saat dirinya ingin membuka payung, terdengar suara seorang cowok yang memanggilnya.

"Hey! Syafa!" Syafa pun menengok ke arah suara itu berasal. Dan ternyata mobil yang entah milik siapa sedang berada tidak jauh dari Syafa berdiri.

'Siapa ya?'  Syafa tidak bisa melihat siapa yang berada di dalam mobil. Mobil itu pun lama-lama berjalan mundur dan berhenti di depan dia berdiri.

Expired LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang