006 [This Love]

2K 218 10
                                    

Saat ini adalah musim dingin, aku tengah duduk di sudut cafe menunggu kedatangan kekasihku, Park Jimin. Jika kalian tahu sebenarnya dia dulu adalah temanku di sekolah, dan aku tak pernah berpikiran akan menjadi kekasihnya dan mungkin akan menjadi istrinya. Ya, minggu depan kami akan menikah setelah satu tahun yang lalu ia menyatakan kesungguhannya padaku, tidak hanya untuk menjadi seorang kekasih tapi lebih dari itu menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.

Pada awalnya aku meragukan kesungguhan Jimin, aku tahu betul sifat Jimin itu lebih dari sembilan tahun. Aku tahu jika ia di cap seorang player karena sering kali bergonta-ganti pasangan, bahkan semasa kami satu sekolah, hampir tiap kelas pasti ada yang ia kencani. Alasanku menerimanya saat itu karena dua hari setelah ia menyatakan kesungguhannya itu, ia menemui kedua orang tua ku dan meminta restu mereka untuk selalu menjagaku dan berjanji akan menikahiku.

Tapi bukan hanya keberaniannya itu saja aku menerima Jimin sebagai kekasih bahkan sebagai calon suamiku, karena tak di pungkiri walaupun ia seorang player ku akui ia memiliki pesona yang memang pantas di sebut semacam itu. Dan ku akui aku juga tertarik dengannya, di tambah lagi setelah empat tahun kami tak bertemu ku lihat ia banyak berubah, terlihat lebih dewasa dan bertanggung jawab. Tak henti-hentinya ia memperlakukanku spesial dengan sikap gentlenya dan perlakuan manisnya terhadapku. Itulah alasanku menerimanya, dan kini aku benar-benar tulus mencintainya, mencintai calon suamiku, Park Jimin!

"Kau sudah lama?!" ucapnya sesaat setelah datang dan tak lupa ia mengecup keningku kemudian duduk di hadapanku.

"Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?" tanyaku.

"Selalu! Kau sudah pesan?!" selalu saja tangnyanya tak pernah luput untuk mengegam tanganku.

"Syukurlah, seperti biasakan?!

"Gumawo Seulgi-ah!" ku rasakan bibirnya menyentuh permukaan kulit punggung tanganku.

"Cih jangan seperti itu, apa kau tak malu di lihat banyak orang?" usahaku melepas gengamannya.

"Kenapa harus malu? Kau miliku, kau calon istriku." ia langsung berdiri dan mengecup pipiku.

Ku pukul lengannya karena aku benar-benar malu atas segala perlakuannya yang selalu berlebihan di depan umum. Dan begitulah dia, di setiap saat jika kami bertemu menghabiskan waktu berdua.

Tapi jangan kalian pikir aku tak pernah merasakan sakit ketika menjalin hubungan dengannya. Bahkan lebih banyak sakit yang ku dapatkan dari pada bahagianya. Jimin memang selalu memperlakukanku dengan spesial, namun di luar itu tak jarang aku melihatnya sedang jalan dengan perempuan lain. Sakit memang rasanya, tapi aku tak ingin mengecewakan kedua orang tua ku hanya karena hal itu. Dan yang selalu membuatku bisa bertahan dengannya karena ia selalu jujur dan meminta maaf padaku walaupun sering kali ia ulanginya. Ah, satu lagi alasan lain yang membuatku mau menikah dengannya minggu depan, walaupun satu minggu yang lalu aku mendapati ia tengah bermesraan dengan seorang wanita di sebuah club dan setelah itu ia menangis hingga bersujud meminta maaf padaku, jika saja tak ada anaknya di perutku mungkin saja aku berubah pikiran untuk menikah dengannya.

"Seul? Kau melamun?!" suara lembutnya memecah lamunanku,

"Yuk!" ajaknya sambil mengulurkan tangannya karena makan siang kami sudah selesai. "Mau kemana setelah ini?!" tanyanya sambil mengandeng mesra tanganku.

"Terserah kau saja."

"Seul kau sakit? Wajahmu pucat." tanyanya mulai panik dan khawatir.

"Aniya, aku hanya kelelahan."

Dan sampai detik ini Jimin belum tahu jika aku tengah mengandung anaknya, bahkan aku bingung bagaimana harus mengatakannya padahal tanpa aku hamil minggu depan kami pasti akan menikah, tapi kenapa aku benar-benar ragu kali ini?! Apakah karena kejadian satu minggu yang lalu? Melihat Jimin sedang bercumbu dengan wanita lain? Sakit? Pastinya, dan jangan di tanya lagi berapa kali ia menyakitiku, berapa kali ia minta maaf kepadaku dan berapa kali pula aku memaafkannya.

LOVE [Seulmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang