Setelah ujian nasional seleksi perguruan tinggi, rasanya benar-benar lega, ya walaupun aku sedikit was-was akan hasilnya nanti tapi aku masih yakin akan apa dan seberapa kemampuanku.
Ku langkahkan kaki menunju halte, suasana cukup ramai mengingat ini akhir pekan, ku lihat banyak siswa siswi SMA sepertiku sedang menunggu bus di halte. Bus dengan nomor A31 sesuai tujuanku sudah berangkat sekitar 30 menit yang lalu. Jika tepat waktu bus selanjutnya akan datang 15 menit lagi.
Ku lihat beberapa gadis yang tengah duduk di kursi halte sedang mengobrol, entah apa tapi mereka sedang berbisik-bisik seperti sedang mengosipkan suatu hal. Sejujurnya aku bukan tipe laki-laki yang mudah penasaran, tapi entah mengapa aku agak penasaran dengan yang mereka bicarakan. Seolah mereka tengah membicarakan noona noona yang berdiri dan menyandarkan kepalanya di tiang yang ada di depan mereka.
Ku amati mereka hingga tanpa sadar bus dengan nomor A31 datang, buru-buru aku masuk kedalam bus dan aku baru menyadari sesuatu. Para siswi tadi memang benar sedang mengobrolkan noona-noona yang kini berjalan masuk bus tepat di depanku.
Ku lihat gerak gerik noona itu sepertinya sedang sangat tidak nyaman, ku amati noona itu dan ku temukan sesuatu yang seharusnya tak patut untuk ku temukan. Tapi itu hal wajar bukan? Kakak perempuanku juga mengalami hal semcam itu tiap bulannya. Namun yang sedang di alami noona itu mungkin sedikit tak mengenakan dan akan membuat noona itu malu, karena ku lihat ada bercak noda di dress biru terang terusan yang di kenakan noona itu.
Entah inisiatif darimana aku melangkahkan kakiku menuju tempat noona itu duduk. Sangat terlihat jelas ia sedikit lebih panik dari sebelumnya, sesekali ku lihat kearah noona itu dan berpikir bagaimana aku bisa memberitahukan pada noona itu? Sopankah jika aku to the poin saja?
Ku rasa tidak!
Aku memutar otak cerdasku ini, ku rasakan noona itu tengah mengamati tiap gerakanku. Perlahan ku buka resleting tas dan ku ambil susu favoritku, banana milk. Rasanya sayang jika ku tumpahkan begitu saja pada noona di sampingku, tapi ini satu-satunya cara agar ia tidak tersinggung dan merasa malu nantinya.
Ku lihat ekspresi kesal di wajahnya saat banana milk ku tumpah di bajunya, dan yang tak ku perkirakan adalah, susu itu membuat bajunya yang berwarna biru terang berubah menjadi transparan. Ku telan ludahku dengan susah payah saat tak sengaja ku lihat paha mulusnya karena tumpahan banana milk ku. Ingatlah aku masih laki-laki normal.
Ku gelengkan kepalaku ringan kerena pikiranku yang sedang tak fokus.
Dan dengan cepat ku lepas jaketku untuk menutupinya dan meminta maaf padanya. Tanpa aba-aba aku membenarkan letak jaketku pada noona itu agar bercak noda yang sudah ada bisa tertutupi dan sekaligus bisa menutupi paha mul__ ah lupakan pikiran kotormu Park Jimin!
Ah ya, aku sampai lupa mengenalkan diriku.
Aku Park Jimin, siswa SMA yang baru saja mengikuti ujian nasional untuk masuk perguruan tinggi, dan semoga saja aku bisa masuk di salah satu universitas dengan jurusan yang aku inginkan melalui tes tadi. Ah rasanya was-was, tapi aku lega bisa mengerjakan itu semua.
Sudahlah, lupakan soal tes. Sekarang yang lebih penting ada noona-noona yang terlihat lucu dan mengemaskan di sampingku, pasalnya ku lihat wajahnya menjadi merah merona saat aku membantunya dengan memberikan jaketku padanya. Ah rasanya aku ingin berkenalan dengannya. Namun sayang sekali aku harus turun di halte selanjutnya.