005 [Last Years]

2.6K 287 0
                                    

Saat ini Jimin tengah menunggu kekasihnya di tempat janjian mereka, di halte dekat apartemen kekasihnya itu berada. Hari Jimin berjanji pada kekasihnya, Kang Seulgi! untuk mereyakan hari jadi mereka yang tepat masuk satu tahun. First anniversary. Cukup lama Jimin berada di tempat janjian mereka, memang Jimin yang sengaja datang lebih awal karena ia selalu saja datang terlambat jika membuat janji dengan Seulgi, tapi tidak untuk kali ini.

Jimin termenung melihat sekelilingnya yang tak banyak berubah selama setahun belakangan ini. Entah ia tak begitu memperhatikan perubahan yang ada atau memang tempat itu tak berubah sama sekali? Pikirannya melayang kemana-mana mengingat kejadian setahun yang lalu.

Aku berdiri di ujung jalan sekitar pukul enam sore, setelah selesai kuliah terakhir di jam empat, aku segera menuju pempatku kini. Dengan perasaan gugup aku menunggu gadis-ku, bidadari yang selama beberapa bulan belakangan ini membuatku sulit untuk tidur dan selalu saja terbayang wajahnya di setiap hariku. Kang Seulgi, bidadari Park Jimin! Terdengar berelebihan? Kekanakan? Biarkan saja, karena itu nyata yang ku rasakan.

Aku menunggu sekitar satu jam lamanya, tak ada tanda-tanda kedatangan Seulgi yang biasanya lewat jalan ini ketika pulang dari kampus. Dan ku pastikan hari ini ia ada kuliah tambahan di sore hari. Aku mulai gelisah, debar jantungku semakin tak karuhan saat ku lihat Seulgi tengah berjalan menuju ke arahku berdiri. Tapi sayang beribu sayang ia tak melihat keberadaanku, dengan tekat bulat aku melanglahkan kaki mengikuti Seulgi, berusaha untuk menyamakan kaki dan mendekatinya, namun yang terjadi langkahnya makin cepat membuatku sedikit berlari mengejarnya.

Ketika aku berlari, Seulgi ikut berlari. Memang keadaan disini cukup sepi, mungkin ia mengira aku pria-pria mabuk di sore hari yang sedang berusaha mencoba mengoda dan merayunya. Hingga langkahnya terhenti saat aku meneriaki namanya.

"Seulgi-ah!!"

Dengan nafas yang memburu aku mendekat kearah Seulgi yang sangat jelas mengatur nafasnya yang naik turun.

"Ah! Kau membuatku takut!" ucapnya sambil mengelus dadanya yang masih naik turun karena nafasnya tak beraturan.

"Mian?!" balasku sambil mengaruk tengkukku yang tak sama sekali gatal.

"Mau ku antar?!" ucapku selanjutnya yang hanya di jawab anggukan olehnya.

Kami berjalan beriringan dalam diam, ku lihat wajahnya menunduk, entah apa yang sedang ia pikirkan. Mungkin saja Seulgi masih merasa ketakutan.

"Terima kasih sudah mengantarku." ucapnya dengan tatapan sendunya.

"Eoh!"

Seulgi pun berjalan perlahan menuju pintu utama gedung apartemennya, namun saat baru saja beberapa langkah aku membuat langkah kakinya terhenti karena meanggilnya.

"Wae?" tanyanya yang kini sudah kembali berada di hadapanku.

Lagi-lagi aku mengaruk tengkukku yang tidak gatal dan berusaha menyusun kata agar tidak terlihat mengelikan.

"Eum... Apakah besok kau ada waktu?!" tanyaku pada akhirnya..

"Waeyo?!" tanyanya sambil mengigit bibir bawahnya.

Oh Tuhan, sungguh membuatku tak fokus.

"Eum, mau menemaniku membeli buku?!"

Ah! Bodoh! Sejak kapan aku tertarik untuk membeli buku, paling-paling aku ke toko buku hanya membeli komik.

Ku lihat ia mengangguk mengiyakan, "baiklah! Jam berapa?!"

"Sore mungkin?!"

Bodoh kau Park Jimin! Jawaban macam apa itu.

LOVE [Seulmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang