.Ruang rekreasi, tempat yang cukup besar dengan seperangkat sofa serta mejanya. Terdapat pula bagian dapur dan meja makan, di sisi ruangan ada sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu dengan kamar tidur. Tempat yang Tsunade rancang sebagai tempat perkumpulan geng Naruto.
Selama misi, kelima anak yang Naruto rengkrut ditempatkan dalam ruangan itu, untuk menjaga mereka tetap aman disaat semua belum siap. Tapi sayangnya, tempat itu telah hancur bahkan sebelum Naruto kembali.
Beberapa puing kecil sampai yang besar terlihat berserakan. Dan ada banyak mayat tergeletak di semua tempat. Termasuk Tsunade.
Naruto melihat semua itu dengan nanar, setelah ia gagal mencegah terbunuhnya Mizukage di kedutaan oleh salah satu anak buah Itachi, kini ia kehilangan Tsunade, juga Gaara.
"Kalian baik-baik saja?" Tanyanya sedikit lebih keras. Ia berlari kecil untuk menjangkau anak-anak yang penuh luka."Naruto." Kiba berseru. Bocah delapan belas tahun itu sedikit tertatih disaat bergerak untuk mencari tempat duduk.
Yang lain mengikuti dengan cara sama. Rupanya Itachi mengira ia berada di tempat ini sebelum kemari, dan berakhir menghancurkannya dengan granat setelah tidak menemukan keberadaannya.
Kilas balik kejadian ia lihat dari benak si omega cantik, dan berakhir kecewa karena Gaara memilih mengikuti Itachi.Meskipun hatinya merasa sakit, ia tetap bisa menguasai itu. Dan segera beranjak untuk membantu Sakura mendudukkan diri. Melihat perih pada pinggang ramping yang mengeluarkan darah. "Ah, jangan khawatir, Naruto. Ini akan sembuh dalam sehari, pemulihan tubuhku cukup cepat dibanding yang lain." Ujar si omega cantik dengan senyum menenangkan.
Beranjak lagi, ia menemui si Beta, dan terakhir Kiba. Melihat bocah itu sangat terpuruk karena gagal melindungi saudara satu rasnya.
"Maafkan aku, Naruto. Dia memilih pergi, dia berkhianat.""Tidak, Kiba. Bukan salahmu." Lirih Naruto membalas. Meraih kepala Kiba untuk ia bawa dalam pelukan. Pria itu tahu selama ini Gaara berbohong tentang dirinya, hanya saja Naruto masih berharap bocah itu mau terbuka ketika ia mengikuti permainan si vampir baru. Tapi pada akhirnya, bocah itu sama sekali tak mempercayainya.
"Aku tahu kau sudah mengenalnya dengan baik selama kalian bersama, dia lebih jujur padamu, bukan? Itu pilihan Gaara sendiri." Lanjut si blonde, tangannya dengan sabar mengelus punggung yang bergetar pelan, dan merasakan sesuatu yang hangat pada kemeja bagian perut, tepat dimana wajah Kiba tenggelam, menetralisir suara isakan yang kian mengeras.
"..."
"Bukan salahmu, Kiba. Ini bukan kesalahanmu. Ayo. Lukamu yang paling parah, kita harus segera menyembuhkannya."
Beberapa langkah dari dua pria itu, Sasuke berdiri dengan mata berkila tajam. Diam membisu dengan rahang yang mengeras.
.
.Dua hari setelah kejadian itu, Naruto menjadi lebih pendiam. Sasuke sadar dengan perubahannya, karena ia yang paling pertama mengenal si blonde. Kepergian Gaara pasti menjadi momen tak menyenangkan yang si pria temui. Di tambah pula, keempat anak yang si blonde jaga mendapat luka yang tidak ringan, dan kematian di banyak pihak, termasuk Tsunade. Melawan Itachi terlalu banyak mengambil resiko, dan pasti Naruto memikirkan tentang semuanya.
"Lihatlah, mereka begitu polos sampai tidak merasakan tekanan yang Itachi berikan." Ujarnya setelah dua hari ini memendam perasaannya sendiri.
Lewat sudut mata, Sasuke dapat melihat senyum sendu si blonde, juga manik biru sedang memandang keempat bocah yang tengah bersenda gurau di ruang tamu. Tubuh terbalut kemeja putih tanpa dasi, juga celana panjang itu bersandar menyamping pada kunsen pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Huh?
FanfictionOneshoot tentang dua orang yang mengaku teman. And extra multichap tantangan dari saya sendiri kekeke~ Tidak disarankan untuk yang membenci maleNaru. Ini mengandung bromance Sasuke×Naruto Oneshoot yang saya bikin karena tantangan dari seorang teman...