.
Waktu bergulir dengan cepat, secepat pergerakan kawanan Sasuke dalam menjalankan misi mereka. Juga secepat dua kubu Negara yang telah bersiap menempatkan diri di ujung-ujung tebing dengan senjata nuklir mereka ataupun senjata lainnya yang siap ditumpahkan.Jika Sai dan Ino sibuk dengan misi pengamatan, maka Sasuke dan Kiba telah siap menyerang markas kecil Itachi cs. Tempatnya di sebuah kapal pesiar mewah namun tidak begitu besar yang mengambang di perairan perbatasan, tempat paling pas untuk melihat dua kubu Negara berperang dahsyat di atas tebing.
Sasuke yang telah melepas kaos hingga menyisakan celana jeans saja --seperti kebiasaannya sebelum ini-- mulai bergerak memasuki kapal, tentunya dengan Kiba melalui pintu belakang --jika dapat diumpamakan. Selembut mungkin agar tak di sadari tiga cecunguk yang mengawasi kabin.
Lorong kapal di telusuri, dan berhenti tepat ketika sosok Gaara terlihat menyadari keberadaan mereka dan berniat menyerang.
"Sasuke, aku akan mengurusnya. Kau carilah Itachi."Tak perlu dua kali penjelasan, Sasuke dapat dengan mudah menghindari serangan si vampir amatir yang tentunya langsung di tahan Kiba. Pria Uchiha kembali berlari, mencari dimana pun tempat Itachi bersembunyi, sampai sebuah pukulan telak membuat si pria terpental dan menghantam dinding kapal dengan keras.
"My~my~ kenapa buru-buru sekali, tampan?""Kalian!" Geraman khas wolf terdengar, ada dua orang berbeda tinggi badan di hadapan Sasuke. Tersenyum menyeringai dengan begitu lebarnya.
Tidak ada waktu untuk meladeni mereka, rasanya kesal sekali karena ia tidak bisa langsung menghajar Itachi, dan malah berhadapan dengan dua pria yang bahkan jauh di bawah level Sasuke.
"Menyingkir, atau kutarik lepas kepala kalian.""Ancaman yang buruk. Bagaimana menurutmu, Kisame?"
"Well, itu membuatku bergairah."
.
.
.Mata biru mengawasi pergerakan sang lawan. Walau mau seperti apapun perlakuan yang akan diterimanya, Naruto tetap tak bisa berbuat apapun karena kedua tangan tengah terikat kuat dibalik punggung. Selain tak bisa membaca pikiran Itachi, dia juga sama sekali tidak dapat mengendalikan pria itu karena keterbatasan kemampuan diri.
"Kau bisa menghentikan ini semua, Itachi. Belum terlambat untukmu agar perang tidak terjadi."
"..."
"Banyak manusia tak bersalah, ras warewolf yang menentang peperangan dan kaum vampir yang tidak menginginkan ini. Peperangan hanya menimbulkan kerugian di semua pihak, tidak ada yang indah dari perpecahan semua ras."
Senyum miring menjadi yang pertama Naruto dapatkan. Si pria vampir menurunkan kedua tumit dari meja, menegakkan punggung untuk bisa meraih dagu si pria blonde, pemikiran naif itu, entah sampai kapan akan bertahan.
"Tentu saja ada, Naruto. Manusia yang egois itu, yang semena-mena meremehkan kaum vampir, memburu, membunuh rakyat vampir murni, juga para warewolf sombong yang selalu menarik diri tanpa mau memandang kami, berputus asa dengan hidup mereka adalah pemandangan yang sangat menakjubkan dan paling kunanti. Dan kau akan berada disisiku untuk menyaksikan semuanya. Ah, mungkin, kecuali Sasuke membunuhmu, itu akan berbeda ceritanya.""Apa maksudmu?" Biru tajam bertemu merah darah. Naruto masih mempertahankan harga dirinya, walau ada gelanyar menakutkan yang membuat perasaannya sama sekali tidak nyaman, ia tetap mampu menatap balik manik merah kejam si predator.
"Kau ingin menghukum mereka? Tapi kupikir, tidak semua orang memburu kalian, bukan? Tidak semua orang bersalah." Lanjutnya pelan.
Itachi diam, melepas cengkraman pada rahang dan menegakkan duduknya kembali. Suara-suara pertarungan di luar sana terdengar dalam keheningan tempat itu, membuatnya yakin Sasuke telah hampir sampai ke tempat mereka.
"Bagiku semua orang sama saja, mereka bodoh jika tidak mau bergabung denganku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Huh?
FanfictionOneshoot tentang dua orang yang mengaku teman. And extra multichap tantangan dari saya sendiri kekeke~ Tidak disarankan untuk yang membenci maleNaru. Ini mengandung bromance Sasuke×Naruto Oneshoot yang saya bikin karena tantangan dari seorang teman...