X Friend 3

1.8K 222 12
                                    

.

Disclaimer : Massashi Kishimoto

.

"Bagaimana keadaanmu?" Segelas kecil berisi cairan merah kental di sodorkan pada pemuda berambut merah gelap.

Gaara, vampir baru yang telah sadar dari kondisi menggilanya merapatkan kedua lutut dalam pelukan. Naruto sedikit prihatin dengan kondisi si bocah, ia baru tahu jika umurnya bahkan dua tahun lebih muda dari Sai.

Mata jade mengerling pada pergelangan tangan yang terdapat perban baru di balik lengan panjang. Ia tahu lelaki muda itu memberikan darahnya untuk membantu Gaara tetap sadar. Perasaan cemas dan jijik untuk kesekian kalinya muncul pada raut wajahnya, membuat ia terlihat lebih murung.
"Harusnya tidak usah lakukan itu. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri."

Alis pirang terangkat satu, tidak perlu berfikir dua kali tentang maksud ucapan Sabaku muda. Karena ia paham, bocah itu belum menerima kondisinya. "Tidak usah khawatir. Ini keputusanku untuk menolongmu."
Mengambil duduk di samping si bocah, Naruto memainkan darah dalam gelas.
"Aku tahu kau merasa jijik dengan perubahanmu. Kau tidak suka dengan vampir karena mereka monster bagimu. Tapi apa kau tahu kalau vampir pun memiliki hati dan perasaan? Mereka akan sangat sedih ketika mendengar kau mengatakan itu."

"..." Kepalan jari mengerat, Gaara terdiam karena ia merasa kecewa. Bau manis dari darah tidak membuat dahaga bocah itu bangkit, justru semakin membuatnya benci pada diri sendiri.
"Monster tetaplah monster. Mereka tidak punya hati, itulah kenapa mereka membantai seluruh keluargaku."

"Dengar, nak. Tidak semua makhluk yang kau sebut monser itu benar-benar seperti yang kau sebutkan. Banyak sekali, yang sejenis dengan mereka diluar sana, termasuk kau."

"Itulah kenapa aku benci diriku sekarang." Lirihan sakit mengalun, bersamaan dengan tetesan air mata yang jatuh pada kulit lengan si bocah Sabaku yang pucat.
Naruto tertegun, ada perasaan perih menyambut ketika melihat betapa putus asanya bocah lima belas tahun di sampingnya.

"Gaara, jika kau seorang monster yang sama seperti para pembantai keluargamu, kau tidak akan merasa kasihan pada lukaku ini."

"..." Mendengar penuturan Naruto, bocah itu terdiam. Tapi tetap mendengarkan si pria berbicara. "Kebaikan hati adalah pembeda bagi semua ras di dunia, bila kau memiliki kebaikan itu maka kau bukanlah seorang monster. Begitupun manusia, mereka akan melebihi seorang monster bila selalu mengikuti keegoisan dan kebencian. Apa kau mengerti?"

"..."

"Sekarang istirahatlah, akan kutinggalkan minummu di sini." Ucap Naruto dengan suara rendah, meletakkan gelas kecil berisi darah di atas buffet dan melangkah pergi. Membiarkan si bocah meresapi perkataannya.

.
"Wow, nasehat yang menyentuh, bapa."

"Kau membaca pikiranku?" Berjalan pelan menuju Sasuke, ia lantas merebut sekaleng bir milik pria itu dan menenggaknya beberapa kali. Menciptakan rona merah dengan kelegaan pada parasnya.
"Kau bilang tidak minum."

"Aku ingin coba, sekali-kali."

Udara malam berhembus pelan menyentuh permukaan wajah. Naruto menatap pada kejauhan malam dengan banyak bintang bertabur di langit gelap. Mencari udara segar di balkon ketika malam hari ternyata sangat efektif menghilangkan sedikit bebannya, ah, atau mungkin karena efek bir sudah bereaksi.

"Kenapa kau ingin membuat kelompok? Apa kau ingin dikenal sebagai super hero? Menyelamatkan ketiga ras?" Sasuke, yang bersandar menyamping pada teralis besi menolehkan pandangan, ikut menikmati pemandangan malam yang penuh gemerlap lampu kota juga bintang-bintang.
Ia sedikit tidak mengerti dengan jalan pikiran pria di sampingnya, yang baru saja menegak bir ketika ia bilang tubuhnya tidak toleran terhadap alkohol.

Friends, Huh?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang