Viona mendesah kasar. Sekarang dia harus kemana. Ini masih tengah malam. Dan jalanan sepi. Yang jelas ia sudah tahu kalau ia sudah jauh dari rumahnya.
Di depan, Viona melihat ada persimpangan yang sepi. Tidak berapa lama ada tiga orang pria sedang menatap ke arahnya.
Ya tuhan, lindungi aku, doa Viona dalam hatinya sambil terus berjalan tanpa menghiraukan para pria itu.
Hingga tiba-tiba pergelangan tangan Viona ditarik oleh salah satu dari mereka.
"Mau kemana, Nona?" tanya pria yang berbadan besar dengan kepala plontos. Yang menarik pergelangan tangannya.
"Lepaskan aku," ujar Viona tanpa menghiraukan pertanyaan pria itu sambil mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu.
"Wow... Ternyata dia galak, hahaha," ucap pria yang berkulit paling gelap sembari terkekeh senang.
Viona mengernyit ketika mencium bau alkohol dari mulut pria berkulit paling gelap. Mata Viona membulat lebar. Ternyata mereka mabuk, ya Tuhan, bagaimana dengan nasibku.
"Lepaskan aku atau aku akan teriak." ancam Viona masih terus meronta.
"Teriak saja, tidak akan ada yang mendengarmu, Nona," pria yang paling pendek yang sedari diam akhirnya membuka suara.
"Tolong!! Tolong!!!" teriak Viona sambil menatap sekitarnya. Berharap ada seseorang yang lewat dan menolongnya.
Ketiga pria itu panik. Mereka melihat ke kanan dan ke kiri dengan was-was.
"Tolong!!! Siapa pun tolong aku!!!" teriak Viona lagi. Benar-benar berharap ada orang yang lewat dan mendengar teriakannya.
Kini ketiga pria itu malah membekap mulut Viona dan menyeretnya ke arah taman kota yang terlihat sepi.
Bagaimana ini? kumohon seseorang tolong aku. Jerit Viona dalam hati.
Ketiga pria itu berhasil menarik Viona. Kini pria yang berkulit paling gelap dan paling pendek memegang tangan kanan dan kiri Viona.
Sedang kan pria yang berbadan besar berdiri di depannya bersiap untuk membuka kancing kemeja yang dipakai oleh Viona.
Air mata sudah mengalir membasahi pipi Viona. Wanita itu sudah pasrah. Ini sudah tengah malam. Tidak akan mungkin ada yang menolongnya.
Saat pria berbadan besar yang ada di depan Viona mau membuka kancing kemeja yang ia kenakan. Tiba-tiba saja dia tersungkur ke arah samping.
"Hey, lepaskan dia," ucap seorang gadis dengan beraninya.
Viona tidak dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas karna minimnya penerangan di tempat ini. Tapi sepertinya Viona mengenal suara gadis itu. Ia seperti pernah mendengarnya.
Pria yang memegang tangan kanan dan kiri Viona melepaskan cekalannya. Mereka mulai menyerang gadis itu. Satu pukulan melayang ke arah gadis itu. Dan hampir mengenai wajahnya jika saja gadis itu tidak menghindar dengan cepat.
"Hey! Hati-hati dengan tanganmu bung," ucap gadis itu sambil mulai melayangkan tinjunya ke arah pria yang tadi mengarahkan tinjuan ke arahnya.
Viona bersorak dalam hati ketika tinjuan gadis itu berhasil mengenai pria berkulit paling gelap. Rasakan itu makanya jangan mencari masalah dengan wanita.
Viona berdecak kagum melihat gadis itu yang dengan lihainya menghindar dan melayangkan tinjuan ke arah ketiga pria yang menggangggunya.
Viona sedikit menyesal karena tidak mau ikut ekskul taekwondo saat SMA.
Pukulan terakhir yang dilayangkan gadis itu dan pria-pria itu langsung lari tidak meneruskannya lagi karena sudah babak belur.
"Kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu sambil mendekati Viona

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Twin
عاطفيةViona tidak menyangka jika Nathan akan setega itu kepada dirinya. Dia tahu laki-laki itu meninggalkannya untuk demi masa depan. Tetapi, tidak maukah Nathan bertanggung jawab atas janin yang ia kandung? MY BABY TWIN © 2015 SYINTAM...