12. Niall Come

674 46 29
                                    

Lizzie pov.
2.pm

"Alice tolong kemari sebentar"

Aku memanggil Alice yang sedang menata pakaian. Ya, aku sedang berada di butikku.

"Ya Lizzie?"Jawabnya.

"Apa ini bagus?"Tanyaku sambil menunjukkan sebuah sketsa gaun yang sudah aku gambar.

Aku baru saja selesai menggambar sketsa gaun yang Kendall Jenner inginkan.

"Gaun itu benar-benar Indah"Jawabnya sambil memegang gambar yang aku design dan tersenyum padaku.

"Terimakasih atas pujianmu"Ucapku jujur.

"Sama-sama"Ucapnya lalu pergi untuk melanjutkan kegiatannya.

Selama 2minggu ini aku menghabiskan banyak waktuku di butik bersama Alice. Aku tidak ingin menghabiskan waktuku seharian hanya untuk berdiam diri dirumah.

Dan sudah sekitar 2minggu aku tidak bertemu dengan Niall. Meskipun hampir setiap hari Niall menelfonku untuk menanyakan tentang kabarku dan calon anak kami. Niall juga mengatakan bahwa dia akan pulang 3hari lagi.

Aku sangat merindukan Niall. Merindukan tatapan matanya yang seketika membuatku teduh, merindukan perhatiannya yang sangat berlebihan padaku, merindukan canda tawanya yang bisa membuatku tertawa terbahak-bahak hingga menangis dan aku juga sedikit merindukan kecemburuannya. Aku merindukannya, merindukan semuanya yang ada didalam diri Niall James Horan.

Usia kandunganku sekarang masuk Bulan ke-4. Bulan ini adalah waktunya aku memeriksakan keadaan calon anakku ke dokter kandungan, tapi aku tidak ingin pergi sendirian. Aku ingin pergi jika ada yang menemani, termasuk mom sekalipun.

5.pm.

"Lizzie kusarankan agar kau pulang, kelelahan tidak baik bagi anakmu"

Alice menepuk pundakku pelan saat aku sedang melamun.

"Aku ingin membantumu Alice"Ucapku.

"Kau sudah sangat cukup membantuku selama Rose sakit, Lizzie. Aku tidak ingin kau membahayakan calon keponakanku" Ucapnya lagi.

Rose adalah gadis yang baru bekerja paruh waktu di butikku. Dia masih berstatus sebagai mahasiswi disalah satu universitas.

"Baiklah, aku akan pulang"Ucapku mengalah. Karna setelah kupikir, ucapan Alice ada benarnya juga.

***
8.pm.

Tok. Tok. Tok.

"Anda memanggil saya?"Tanya Ashley sopan setelah membuka pintu.

Aku yang sedang berkutat dengan ponselku diatas kasur-pun menoleh kearah pintu.

"Please make me hot chocolate"Jawabku.

Aku sangat lelah dan terlalu malas walau hanya untuk membuat segelas coklat panas, karna itu aku menyuruh Ashley.

"Baiklah"Ucapnya lalu keluar dan menutup pintu kamarku.

Sesaat setelah Ashley menutup pintunya, aku melirik kesebelah kananku. Tempat yang seharusnya ditempati oleh Niall-ku. Berbicara tentangnya membuatku merindukannya. Karna aku ingin mendengar suara Niall, aku mengambil ponselku yang ada diatas nakas dan mencari nomor telfonnya.

"Sorry, the number you are calling is busy. try—"

Aku menunduk kecewa saat mengetahui bahwa nomornya sedang tidak aktif. Aku memandang iPhone-six milikku, memandang wajahnya yang sengaja kujadikan wallpaper sebelum kami bertemu, berpacaran selama dua tahun dan akhirnya menikah, atau lebih tepatnya saat aku masih mengidolakannya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, aku yakin itu Ashley yang datang sambil membawa coklat panas dinampan yang ia bawa.

"Masuklah Ashley"Ucapku sambil terus memandang kearah wajah Niall di wallpaperku.

"Kau mengatakan aku Ashley?"

Suara itu, suara itu yang ingin aku dengarkan sekarang. Suara itu yang aku rindukan beserta pemilik suaranya. Niall James Horan. Aku mendongakkan kepalaku untuk memastikan bahwa yang aku dengar tidak salah, aku tidak salah. Yang aku lihat memang benar Niall.

Author pov.

Lizzie memeluk kedua lututnya sambil menangis. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengungkapkan kebahagiaannya selain dengan cara menangis. Ia tidak bisa lagi berkata-kata, karna seseorang yang dirindukannya sekarang berdiri diambang pintu kamarnya, yang sekarang juga berjalan kearahnya.

"Stttt, tenanglah..."

Niall memeluk Lizzie dari samping. Dia mengecup kepala Lizzie sambil terus mencoba menenangkan istrinya yang sedang menangis itu.

"Kau mengatakan kau akan pulang tiga hari lagi, kau berbohong"

Lizzie mengangkat kepalanya sambil menatap mata biru Niall. Dia merindukan tatapan mata itu. Niall membuka tangannya lebar-lebar, seakan memberi kode Lizzie agar memeluknya. Tanpa perlu berfikir panjang, Lizzie langsung memeluk Niall. Karna memang ini yang ia ingin dan rindukan.

Lizzie bahkan sudah lupa bahwa dia ingin minum coklat panas yang Ashley buat.

"Suprise"Ucap Niall pelan tepat disamping telinga Lizzie.

Lizzie semakin mengeratkan pelukannya pada Niall. Lizzie ingin tuhan menghentikan waktu walau hanya sebentar, Lizzie tidak ingin melepaskan pelukan Niall.

9.am.
Tok. Tok. Tok.

Lizzie membuka matanya perlahan saat mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Ia terkejut saat jam yang ada dikamarnya dan Niall sudah menunjukkan pukul 9. Mengingat Niall, pria blonde yang akan segera menjadi ayah itu sudah tidak ada ditempat tidurnya.

Lizzie sebenarnya ingin mengetuk pintu kamar mandi, untuk memastikan apa Niall ada didalamnya atau tidak. Tapi seseorang yang mengetuk pintunya daritadi sepertinya sudah tidak sabar.

"Astaga Lizzie, kau baru bangun"

Lizzie tersenyum tipis lalu lebih memilih untuk membiarkan wanita itu masuk kedalam kamarnya dan mengoceh tidak jelas, sedangkan Lizzie sendiri sedang mengetuk pintu kamar mandi untuk mengetahui keberadaan Niall.

Lizzie membuka pintu kamar mandi saat mengetahui tidak ada seseorang yang ia cari didalamnya. Dia memilih masuk daripada harus mendengarkan ocehan sahabatnya, Amel. Ya, Amel datang ke rumah Lizzie hanya untuk melepas rindu kepada sahabatnya, tapi sepertinya Lizzie tidak merindukan Amel. Terbukti dari sikap Lizzie yang hanya tersenyum sekali kepada Amel.

"Lizzie kau itu perempuan. Kau itu sedang hamil. Tidak baik jika kau bangun ter—"

30 minutes later...

"Kau mengacuhkanku Lizzie, kau bahkan tidak memeluk atau mengambilkanku minum"Ucap Amel saat melihat sahabatnya itu keluar dari kamar mandi sambil mengenakan hotpants jeans dan kaus putih berlengan pendek.

"Baiklah, aku merindukanmu sahabatku"Ucap Lizzie lalu memeluk sahabatnya itu.

"Aku juga sangat merindukanmu"Balas Amel.

"Siapa yang membukakanmu pintu? Bukankah saat ini jamnya Ashley pergi ke supermarket?"Tanya Lizzie.

"Siapa lagi kalau bukan suami tercintamu itu? Kau ini memang istri yang tidak tahu diri ya, membiarkan suamimu memasak dengan keringat yang membasahi wajahnya sedangkan kau baru bangun dari tidurmu"

Ucapan Amel membuat Lizzie membelalakan matanya tidak percaya. Tanpa perlu membalas ucapan Amel, Lizzie langsung berlari keluar kamar dan turun tangga menuju dapur dengan berlari. Dia bahkan tidak memperdulikan ucapan sahabatnya tentang bahaya lari ditangga saat sedang hamil.

Lizzie langsung memeluk Niall dari belakang, bisa ia rasakan jika punggung Niall basah karna keringat.

"Maafkan aku.. "

(To be continued)
Love from Mrs.Tomlinson😘

Janji bakalan update cepat kokk🤗😇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage With Idol [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang