5. Pelaku Kriminal

43 15 5
                                    

"Kotomo shitonai noa goodbye, adoncur awa sai babai, hie hie, watashi no saigo wa---- AW!!" Nyanyian Ethan tiba-tiba harus terhenti dan tergantikan dengan pekikan mengaduh kesakitan karena sesuatu baru saja melayang mengenai badannya.

Ethan melepas earpods-nya kemudian celingak-celinguk, melihat ke kiri ke kanan. Mencari siapa pelaku yang tega sekali menganggu ketenangan harinya. Padahal niatnya cuman mau menikmati dunianya sendiri. Sudah lelah terus bergaul dengan orang-orang jahat yang tidak mau menampung kelompoknya.

Kemudian Ethan menemukan seseorang yang bergerak kesana-kemari tidak nyaman, mencurigakan. Matanya memincing.

Tanpa babibu ia kemudian balas melemparkan tip-x yang barusan tadi diarahkan kepadanya, ke seseorang yang mencurigakan.

"Anjrit!" Pekik seorang gadis berkacamata yang duduk tidak jauh dari tempat Ethan. Berjarak dua meja saja dari tempatnya.

Donita kemudian berbalik dan menemukan Ethan yang tertawa terbahak-bahak. Emosinya langsung naik seketika, gadis itu kemudian melepaskan kacamatanya dan menuju ke bangku Ethan. Wajahnya memerah menahan amarah.

"Anjrit emang lo! Lo ga di didik hah?" Semburnya begitu sampai di meja Ethan. Laki-laki itu menghentikan tawanya kemudian mendongak menatap Donita yang benar-benar marah sepertinya. Benar-benar.

"Kan elo duluan, gue cuman bales." Ucap Ethan membela diri.

"Setan lo ya, nggak ada hati. Gue tau gue jelek, gendut, dekil tapi enggak gitu juga caranya! Lo udah gede.. Kenapa lo harus gituin gue sih? Hah? Gue salah apa.." Tanya Donita bertubi-tubi, wanita itu kemudian terduduk di lantai, ia menangis.

Suasana kelas yang tadinya ribut kini seketika menjadi hening. Bahkan cicak saja tidak berani bersuara. Semuanya menatap Ethan dan Donita bertanya-tanya.

Binar celingak-celinguk mencari Arrayan untuk meluruskan hal ini, namun tidak berhasil menemukan cowok itu.

"Don udah ya, Ethan nggak ada maksud kayak gitu. Dia salah paham aja, dia kira tadi lo yang lemparin dia lebih dulu. Udah Don, gausah nangis ya.." Binar ikut jongkok disamping Donita, berusaha menenangkan gadis itu.

Selama ini memang Ethan adalah sosok yang suka membangkitkan suasana, senang bercanda, namun Binar kenal sekali kalau dia bukan pembully. Bahkan interaksi antara Donita dan Ethan saja baru kali ini dilihat Binar. Ethan mungkin salah paham, dan mengira kalau Donita lah yang melemparnya.

"Bin, gue salah apa sama orang-orang? Gue ga ada ganggu mereka.. Gue ga kuat.." Ucap Donita masih menangis tersedu-sedu. Binar kemudian mengusap-usap punggung Donita, memberi ketenangan. Reina mengulurkan tisu kepada Donita.

"Doni gue nggak ada niat lain sama lo, gue kira tadi lo yang lemparin gue." Bujuk Ethan, ia jadi tidak enak kepada Donita karena sudah berbuat berlebihan. Mungkin saja ini adalah luapan emosi yang selama ini ditahannya.

"Maafin gue Doni," Lanjut Ethan, bukannya membuat tangis gadis itu mereda malah tangisan Donita semakin kencang. Ethan garuk-garuk kepala karena tidak tahu harus apa, bisa tamat riwayatnya kalau sampai guru masuk, dikira Ethan habis melakukan kejahatan apa.

"Bin, please..bilangin..ke Ethan..jangan..panggil gue..Doni.." Bisik Donita kepada Binar terbata-bata disela tangisnya.

Belum juga sempat Binar berbicara kepada Ethan, Arrayan tiba-tiba saja datang dengan wajah terkejut. Ia kemudian mendekat untuk melihat lebih jelas apa yang dikerumuni orang-orang , kemudian

Brukk...

Tumpukan buku tugas milik siswa-siswi kelasnya itu jatuh terhambur ke lantai karena kaget. Arrayan menatap Ethan bertanya-tanya.

Meant to be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang