Bab 2
KeributanPukul delapan lewat tiga puluh menit pagi, Agnes berkendara dengan mobil sport silver mewahnya menyusuri jalanan basah di sepanjang kota London menuju gedung apartemen Cansaclove sambil membawa boneka yang dijejalkannya di jok penumpang.
Menahan geram dan kerepotan menenteng boneka, Agnes berjalan memasuki lift. Ia memencet bel pintu setibanya di lantai atap gedung apartemen setinggi seratus lima puluh lantai itu, dan terkejut mendapati kenyataan jika adiknya; Jeremy-membukakan pintu untuknya.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" sapa Agnes tak ramah.
Jeremy juga sedang merasa malas, menyingkir dari pintu memberikan akses masuk kepada kakaknya.
"Kau sendiri kenapa datang ke sini?" Jeremy balas bertanya.
"Aku ada urusan dengan pria tua itu. Kau tidak sekolah?"
"Itulah yang ingin kutanyakan pada Cansaclove. Tadi aku datang ke sekolah, tapi kata wali kelasku, aku sudah dipindahkan ke Korea." Jeremy kembali menutup pintu dan menguncinya. "Mereka juga mengatakan kalau Cansaclove sudah lama mengurus kepindahanku secara diam-diam dan meminta pihak sekolah merahasiaknnya dariku. Apa menurutmu itu tidak gila? Dia berani merencanakan semua ini di belakangku, lho."
Agnes mendesah. Pengacara itu ternyata tidak hanya membuat masalah dengannya tapi juga mengganggu adiknya. "Sekarang di mana dia?"
"Kata pelayannya, dia sedang mandi. Tapi aku sudah di sini selama tiga puluh menit dan dia belum keluar juga."
Bersamaan Jeremy mengakhiri keluhannya, sebuah dehaman menyela obrolan mereka dari arah tangga. Cansaclove, pria botak dengan perut menyembul bak semangka besar yang ditunggu-tunggu akhirnya menampakkan diri. Dia masih pria paruh baya yang agak aneh, selalu terbahak-bahak meski tak ada hal lucu dan memungkinkan orang normal untuk tertawa.
"Halo, Anak-anak. Sungguh pagi yang istimewa, aku bisa mendapatkan kunjungan dari kalian secara bersama-sama. Amm, ada yang bisa kubantu?" sapanya usai puas tertawa tanpa sebab, matanya melirik nakal ke arah Agnes dan Jeremy secara bergantian.
"Bagaimana aku bisa dipindahkan ke Korea? Apa kau gila?" Jeremy menjawab bersungut.
"Aku ingin mengembalikan benda menjijikkan ini. Kau pikir aku ini wanita seperti apa hingga kau berani kurang ajar mengirimkan ini ke rumahku?" Agnes menimpali tak kalah sengit.
Jeremy memejamkan mata kesal sebelum menoleh ke kakaknya jengkel. Dia merasa seharusnya gadis dua puluh lima tahun itu bersikap tenang dan memberinya kesempatan bicara terlebih dulu. "Hei, Kak. Bisa kauizinkan aku bicara lebih dulu, karena tadi aku tiba di sini lebih dulu?"
"Aku tidak memiliki waktu sebanyak yang kaumiliki untuk menunggu. Aku harus segera bekerja." Agnes menolak.
Jeremy mendesah keberatan, "Itu masalahmu. Intinya aku datang lebih dulu, jadi mengantrelah kalau kau juga ingin bicara dengannya."
"Aku tidak bisa." Agnes menukas tegas dan kembali berfokus kepada Cansaclove. "Dengan segala sisa hormatku kepadamu, Tuan Cansaclove ...."
"Aku tidak mau dipindahkan ke Korea." Jeremy menyela. Mengabaikan peringatan kakaknya yang ingin bicara dengan pengacara kakek mereka terlebih dulu.
"Aku tahu, kau adalah pengacara kakekku ...." Agnes meneruskan ucapannya. Namun, Jeremy kembali memotongnya.
"Kau dengar aku? Aku tidak mau dipindahkan, jadi sekarang cepat hubungi sekolahku."
"Diamlah, Jeremy!"
"Ini tahun terakhirku!" Jeremy memicing nyalang pada Agnes.
Sementara kedua kakak beradik itu saling adu tatapan mengintimidasi, Cansaclove melangkah ringan menuju meja makan dan memulai kegiatan rutinnya di pagi hari; sarapan. "Sementara kalian putuskan siapa yang mau bicara lebih dulu, aku akan mengisi perutku yang minta makan. Udara dingin membuatku selalu merasa lebih lapar dari biasanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Mannequin [Repost]
Romance[Follow dan jangan lupa tinggalkan jejak ya] Agnes mendapatkan warisan maneken berwujud seorang pria rupawan mengenakan tuksedo hitam dan sebuah mini kastel tua di tengah perkebunan lavendel dari almarhum sang kakek-Howard Preston. Namun, semenjak...