Bagian 3
House of Lavendel
Welcome Home Miss Agnes Lamoria Preston and Mr. Jeremy Robert Preston!Sebuah spanduk dibentangkan sepanjang dua meter dan dipegang oleh dua pria bersetelan hitam, lengkap dengan kacamata hitam di jalur kedatangan penumpang di bandara. Jeremy yang menemukan tulisan memalukan itu lebih dulu daripada kakaknya, melepaskan kacamata yang juga berwarna hitam sembari berdecak. "Astaga, apa-apaan ini. Mereka norak sekali. Lihat, Kak, mereka bahkan memakai kacamata hitam sama seperti kita."
Agnes melepaskan kacamatanya. Hari ini seperti hari festival kacamata hitam. Tanpa mengatakan sesuatu, Agnes melenggang mencari tempat sampah terdekat lalu melemparkan kacamatanya ke sana. Jeremy yang menyaksikan tingkah konyol sang kakak, memelotot lantaran terkejut. "Kenapa kau membuang kacamatamu?"
"Kau juga harus membuang kacamatamu, Remy. Jangan sampai kita terlihat sama dengan para pelayan itu." Agnes melambaikan tangan kanan kepada para pemegang spanduk, memberikan isyarat keberadaannya supaya mereka bisa segera datang membawakan barang-barangnya.
"Apa kau sudah gila? The Diplomat I hanya diproduksi lima puluh buah saja di dunia. Kauminta aku membuangnya? Apa kau tahu berapa harganya ini?"
"Siapa suruh kau membeli barang asli?"
"Hei?"
"Apa?" Agnes melirik adiknya yang hendak memprotes.
"Jadi selama ini kau membeli barang tiruan?" Jeremy tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya kali ini.
"Itu tidak sepenuhnya benar. Tapi aku memang membeli beberapa barang palsu selain barang aslinya."
"Maksudmu apa?"
Agnes mendengkus, merasa kesal telah memiliki adik sebodoh Jeremy. "Aku selalu membeli dua barang untuk item yang sama, Bodoh. Aku membeli barang asli dan tiruannya. Aku memakai yang asli saat berada di antara orang-orang yang memahami merek. Dan memakai tiruannya dalam situasi seperti ini. Bukankah aku kelihatan keren saat membuang kacamata mahalku tadi?"
"Apa?"
"Huh, mereka yang mengira bahwa itu adalah kacamata asli akan berpikir kalau aku ini wanita yang sangat, sangat, sangat kaya. Aku kelihatan seperti baru saja melemparkan tiga puluh satu ribu dolar Amerika ke tempat sampah, padahal benda itu tak lebih dari dua puluh dolar. Nah, sekarang apa kau mengerti kenapa aku harus membaur bersama para sosialita muda?"
Jeremy menggeleng tidak ingin memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan kakaknya, tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan pernah melemparkan kacamata yang telah dibelinya seharga enam puluh ribu dolar Amerika itu ke tempat sampah hanya demi bisa dikira orang lain keren.
Sebagai gantinya, begitu kedua orang berseragam itu tiba di hadapannya, Jeremy langsung menjatuhkan mandat peraturan baru yang berbunyi, "Mulai sekarang, siapa saja dari kalian yang berani memakai kacamata hitam dan memakai aksesori lain yang menyerupai apa yang kupakai akan langsung dipecat."
Tak perlu menunggu hingga beberapa detik sampai kedua pria tadi menuruti perintahnya. Keduanya, tanpa bantahan sama sekali langsung melemparkan kacamata yang dikenakan ke dalam tempat sampah. Kemudian segera menyusul majikannya—yang lebih dulu berjalan—sambil mendorong troli berisi gunungan koper dan maneken terbungkus kanvas.
Saat tiba di sisi depan bandara, Jeremy memasuki sedan yang terparkir paling depan bersama salah satu pria yang tadi menjemputnya, sementara Agnes memasuki mobil lain yang lebih besar bersama pelayan yang tersisa dan ... maneken merepotkannya. Lalu mereka melaju berlawanan arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Mannequin [Repost]
רומנטיקה[Follow dan jangan lupa tinggalkan jejak ya] Agnes mendapatkan warisan maneken berwujud seorang pria rupawan mengenakan tuksedo hitam dan sebuah mini kastel tua di tengah perkebunan lavendel dari almarhum sang kakek-Howard Preston. Namun, semenjak...