Second

3 0 0
                                    

Apa yang dia katakan, aku ingat. Apa yang dia lakukan, aku suka. Tapi, apakah yang dia rasa sama denganku? Entahlah. Dia tak pernah memberi penegasan soal itu. Dan aku? Tak pernah berani untuk memulainya. Ya, begitulah seterusnya. Seterusnya sampai aku melihatnya dengan wanita itu. Wilma, begitulah orang memanggilnya. Wilma, wanita yang tak pernah kulihat sebelumnya tapi tampak sangat akrab dengannya.

Layaknya kaca, hatiku retak ketika mendengar kabar bahwa Wilma adalah kekasihnya, tentu untuk dialah perasaannya itu. Perasaan yang aku beri padanya, tapi perasaannya malah dia berikan untuk Wilma. Wanita yang sama sekali tak pernah aku kenal. Intinya? Perasaanku tak terbalas. Ya, aku tahu itu. Dan bodohnya aku, aku masih berkutat di cerita yang sama, rasa yang sama, hati yang sama.

Semua masih sama, termasuk perasaannya padaku. Flat. No sense. Nothing special. Seperti itulah kira-kira perasaannya padaku. Bagaimana tidak? Aku hanya teman biasa baginya, teman tempatnya berkeluh kesah. Sedangkan ketika dia bahagia, dia lebih memilih untuk bersama wanita itu. Ya, bersama Wilma. Kembali hatiku teriris, kesekian kalinya. Saking seringnya, aku tak mampu untuk menghitung berapa kali hatiku merasakan sakit yang sama.

Tapi apa yang terjadi? Apa aku menyerah? Apa aku berubah? Tidak, tentu tidak secepat itu aku berhenti. Karena memang tidak ada niat sedikitpun untuk aku menghentikannya. Kisah ini terlalu menyita waktuku, sampai-sampai aku tak sempat untuk memikirkan apakah aku akan terus disini. Disini, di kisah yang sama dan dengan situasi yang tetap sama. 

Bee? Remember Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang