Ibarat langit dan bulan, aku adalah langit yang selalu setia menerima bulan singgah. Dan bulan? Bisa apa tanpa langit? Tanpa langit, tentu bulan tak punya tempat untuk singgah. Dan langit? Langit selalu bisa menerimanya ketika bulan singgah. Begitupun dia, yang selalu kembali padaku ketika Wilma melakukan hal itu. Hal yang dia lakukan terhadapku. Dan begitu pula aku, yang selalu menerima dia ketika dia kembali.
"Hey Flo, bagaimana kabarmu?" Sapa Bee. Kata-kata itu tidak terdengar asing bagiku. Karena setiap dia menghilang, dia pasti melontarkan sapaan seperti itu ketika dia muncul kembali. "Aku masih sama" ujarku. Dia memang kembali. Kembali dengan kesan yang sama. Kembali dengan perlakuan yang sama. Dan kembali menorehkan sakit yang sama, bahkan lebih. Tapi, mengapa dia kembali? Hmm, nampaknya terjadi sesuatu antara mereka. Ya, Wilma membuatnya merasa dikhianati. Ingin sekali aku berteriak "Hey! Lihat dirimu! APa yang telah kau lakukan padaku? Tidakkah kau menyadari bahwa kau melakukan hal yang sama sepertinya kepadaku?". Tapi aku tak sanggup mengatakannya, tak pernah sanggup. Seolah-olah semua kata itu tertahankan.
Terlalu lama aku bertahan, sampai akhirnya? Ya, aku lelah. Aku pun bosan, bosan ketika harus melihatnya dengan Wilma. Bosan ketika harus mendengar celotehnya tentang Wilma. Bosan ketika hanya aku yang menganggap ini berarti. Dan tentu, bosan ketika harus merasakan sakit yang sama. Tepatnya? Lebih dari bosan yang didominasi sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bee? Remember Me?
RandomApa jadinya jika ada seorang wanita yang selalu setia menanti pria yang sama sekali tidak pernah benar-benar mengharapkannya? Apa jadinya jika ada seorang wanita yang bersedia jatuh berkali-kali di lubang yang sama dengan penyebab yang sama? Here we...