Jleb. Entah apalagi kali ini. Dia kembali menghilang tanpa alasan. Dan tentunya tanpa pemberitahuan. Kekhawatiranpun tak bisa kuhindarkan. Tentu aku mencarinya dengan cemasku. Bertanya pada teman-temannya pun kulakukan. Tapi hasilnya? Nihil. Aku tak mendapatkan kabar tentangnya secuilpun.
Tapi setelah beberapa hari, aku menemukannya. Di sebuat taman dengan kursi panjang berwarna putih lengkap dengan sandarannya, taman yang dipenuhi berbagai macam bunga yang anggun, dan selalu ditemani sinar mentari pagi yang menyapa hangat tepat dibalik kursi panjang berwarna putih itu. Ya, disitulah aku menemukannya. Di tempat yang dulu sering kami kunjungi. Sayangnya kali ini lain, aku menemukannya disaat yang tak tepat. Ya, saat dia bersama wanita itu. Wanita yang persis kukenali sebagai Wilma. Wanita yang sama ketika kau mengacuhkanku dulu.
Rasanya seperti terjatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tapi kali ini aku terjatuh lebih dalam. Alhasil lebih sakit pula yang terasa. Aku marah. Tapi kemarahanku tak dapat kuluapkan dengan kata. Hanya butiran lembut ini yang dapat mengungkapkannya. Butiran lembut dari indera paling jujur yang jatuh menuruni pipiku. Ya, air mata. Menangis. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk mengungkapkan marah bercampur sakit ini. Dan berharap semua dapat berkurang setelah aku menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bee? Remember Me?
RandomApa jadinya jika ada seorang wanita yang selalu setia menanti pria yang sama sekali tidak pernah benar-benar mengharapkannya? Apa jadinya jika ada seorang wanita yang bersedia jatuh berkali-kali di lubang yang sama dengan penyebab yang sama? Here we...