Tapi... Kemana dia? Mengapa tiba-tiba menghilang? Apa aku melakukan kesalahan? Kurasa tidak. Lalu? Dia sedang bahagia bersama Wilma, itu yang pasti. Karena dia tak mencariku, itu artinya dia sedang baik-baik saja dan tak memiliki suatu hal yang perlu dikeluhkan. Aku senang. Bukan karena dia tak mencariku, tapi karena dia bahagia dan tentunya baik-baik saja. Meskipun disini lain hatiku kembali teriris, karena dia yang tak mencariku sedetikpun.
Kali ini kami memang terpisah. Ya, terpisah. Terpisah dan berujung masing-masing. Terpisah entah karena dia yang terlalu banyak memberi harapan, atau aku yang terlalu banyak berharap. Entahlah. Mungkin seperti itulah keharusannya. Rasanya? Sakit, cukup itu. Tapi yang paling memungkinkan, kita terpisah karena dia telah memiliki wanita itu. Wanita yang bernama Wilma.
Sakit memang ketika aku diharuskan menerima fakta itu. Fakta dimana Wilma memilikimu, bukan aku. Ya, wanita yang baru tiba di hidupmu. Bukan aku, aku yang tiba lebih dulu daripadanya. Sekali lagi, aku meyakinkan diriku sendiri. Dia milik Wilma, bukan milikku. Batinku diam, bukan karena tak peduli. Tapi karena terlalu sulit mengungkapkan apa yang terasa. Campur aduk. Marah? Memang. Sesak? Pasti. Terpuruk? Apalagi.
Sendiri. Itulah aku saat dia sedang bahagia bersama Wilma. Tanpa berpikir untuk mengusiknya, aku terima ini. Walau pahit, tapi ini konsekuensi. Konsekuensi karena aku terlalu keras kepala untuk menyudahinya. Padahal semuanya ada di tanganku, berhenti atau tidak. Berkali-kali aku ingin berhenti dan menyerah, tapi berkali-kali pula hati ini tetap bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bee? Remember Me?
De TodoApa jadinya jika ada seorang wanita yang selalu setia menanti pria yang sama sekali tidak pernah benar-benar mengharapkannya? Apa jadinya jika ada seorang wanita yang bersedia jatuh berkali-kali di lubang yang sama dengan penyebab yang sama? Here we...