Malam itu rumah terasa lebih ramai. Ayah,ibu, bang Andre,kak Tiyah, bang Fari dan aku sedang berkumpul mengelilingimeja makan yang telah penuh dengan berbagai santapan lezat. Kami melahap santapan itu sambil berbincang-bincang. Keluarga ini sangat hangat. Ku lihat bang Fari diam sejak kejadian tadi siang di depan rumah. Ia tak seperti biasa yang akan mengganggu ku kapan pun. Kami menutup santapan itu dengan sepiring puding buah buatan ibu. Kak Tiyah membuka pembicaraan
"Bu, ayah, bang, fari, adreena..ada yang mau kakak kasih tau" ucap nya menatapku. Aku tersenyum seakan paham apa yang akan dikatakan
"Apa itu nak?" gumam ibu
"Bang Andre akan manjadi seorang ayah" ucap nya malu-malu.Kami semua diam sejenak sampai akhirnya ayah dan ibu mengatakan "Alamdulillah"
Bang Andre memeluk istrinya itu dan mencium kepala kak Tiyah. Romantis, sangat romantis. Ekspresi wajah bang Fari ja berubah, yang sejak tadi hanya diam tiba-tiba tersenyum seperti ikut berbahagia.
Makan malam akhirnya selesai. Bang Andre dan kak Tiyah pamit untuk pulang. Ibu dan Ayah menyuruh ku dan bang Fari mengantar sepasang suami istri itu. Akhirnya, aku dan bang Fari mengantar mereka.
"Bang, Adreena pamit yah" ucap ku sambl menjulurkan tangan untuk bersalaman. Aku mencium tangan bang Andre dan kak Tiyah lalu pamit. Bang Fari juga.
Aku menyusuri jalan dengan bang Fari. Ku lihat wajah bang Fari masih saja muram.
"bang" aku membuka percakapan. Bang Fari menolehkan wajahnya kepada ku
"Ke taman bermain yuk"ajak ku. Bang Fari hanya mengangguk.
DI komplek ini ada sebuah taman bermain. Tapi, kalau malam seperti ini pasti sepi. Dulu, aku dan bang Fari sering bermain di taman ini.
Aku duduk di sebuah ayunan, bang Fari juga. Ia masih tak inginenceritakan apapun. Aku tak ingin menanyakan soal itu. Aku ingin dia yang menceritakannya sendiri.
"Adreena ngomong apa tadi sama Akila" bang Fari membuka percakapan
"Adreena cuman jawab pertanyaannya kak Akila. Dia nanyain bang Fari mana" jawab ku
"Terus?"
"Ya Adreena bilang bang Fari didalam terus Adreena pamit karena mau ke rumah bang Andre"
Bang Fari mengangguk. "Bang Fari mau curhat" ucap nya tba-tiba
"curhat aja" jawab ku
"Akila selingkuhin bang Fari" ucap nya
"Serius? Mungkin bang Fari salah paham"
"Salah paham apanya, jelas-jelas dia pegangan tangan sama di Randi". Randi adalah sahabat bang Fari semenjak SMP.
Aku hanya diam tak bisa berkata apapun.
"Bang Fari selalu percaya sama Akila" sambung bang Fari
"Iya Adreena tau"
"Bang Fari tau ini resiko nya bang Fari punya pacar secantik Akila,sepintar Akila" ucap nya sambil mengacak rambutnya
"Gapapa bang. Orang jahat sama kita yang penting kitanya ga jahat sama orang" aku menenangkan
"Adreena emang ga pernah pacaran, ga ada diposisi bang Fari, jadi, Adreena gatau gimana solusinya. Adreena yakin bang Fari pasti dapat solusinya sendiri" sambung ku
"Sok bijak" ucap bang Fari sambil mengacak rambutku. Mood nya sudah kembali lagi.
Tak apa, mau ia mengacak rambutku, menjahili ku. Itulah bang Fari ku. Sejahil apapun, kamu akan tetap menjadi kakak ku yang terbaik. Aku menyayangimu. Kamu tidak pantas tersakiti, bang.
--------------------
Embun masih menempel dijendela kamarku. Mentari masih malu, sedangkan aku sudah siap. menggunakan celana berwarna hitam dengan baju bergaris-garis horizontal kombinasi putih dengan hitam. Hari ini ada pertandingan basket dari pagi sampai sore. Aku mengambil tas dan menggunakan sneakers kesukaanku.
Aku menunggu di peron. Sebuah kereta berhenti tepat di depan ku. Aku duduk di saah satu bangku yang kosong. Mata ku sibuk mencari laki-laki itu. Ia tak ada. Ah! Aku lupa hari ini hari minggu. Mana mungkin dia ke sekolah hari minggu seperti ini. Untuk apa juga aku mencari nya? Aneh.
Aku turun dari kereta. Keluar dari stasiun lalu berjalan ke arah sekolah. Sekolah masih lengang. Belum banyak penonton yang datang. Ku lihat Fira melambaikan tangannya pada ku
"ya?" tanya ku
"nih ada titipan" ia menyodorkanku sebuah paperbag
"Dari siapa?" ucap ku sambil mengambil paper bag itu.
Fira mengangkat bahunya. "Oh iya, sekalian ini cek pemainnya" ucap nya memeriku selembar kertas berisi daftar pemain pagi ini.
Aku membuka paperbag itu. Isinya sebotol air mineral dan sebuah kota makanan berisi buah-buah yang sudah dipotong rapi serta sebuah note bertuliskan "sebelah kiri lo". Otomatis ku tolehkan kepala ku. Ku lihat dikursi penonton seorang laki-laki sedang duduk sambil tersenyum pada ku. Iya, itu laki-laki yang ada di kereta. Aku hanya tersenyum pada nya lalu pergi menuju ruang persiapan.
"Nih, Fir" aku menyodoran kertas daftar pemain kepada Fira.
"Udah selesai?" tanya Fira. Aku mengangguk
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Laki-laki itu.
"Ini tadi jatuh" itu kalimat pertama laki-laki itu. Ia memberi ku tag nama ku. Aku hanya mengambil tag nama itu
"Makasih" ucap ku tersipu malu
Laki-laki itu langsung pergi meninggalkanku. Aku masih membeku diposisi ku
"Oy Adreena" Fira memanggilku
"eh iya?" tanya ku
"Malah melamun" ucap Fira. Aku menggaruk kepala ku
"Nama kakak itu siapa?" tanya ku
"Dinar Rifa'i" jawa Fira sambil mengacak kertas-kertas didepannya. Aku hanya terdiam
"Lo suka?" tanya Fira tiba-tiba menole pada ku
"Gak" ucap ku
"Bagus deh, dia itu banyak yang naksir. Tapi masih jomblo sampai sekarang. Sama kayak lo Adreena" ucap Fira sambil tersenyum
"Ih apaan sih lu"
"iya kan lu gitu. Itu Farhan udah dari kelas 10 suka sama lo. Farhan kurang apa? ganteng, pintar, ketua OSIS pula" ucap Fira yang melanjutkan kegiatan menulisnya itu
"ah udah deh. Malah bahas Farhan" ucap ku
"ye ngambek. Tuh Farhan manggil lo" jawab Fira sambil menunjuk Farhan dengan dagunya. Aku langsung menghampiri Farhan.
"Ya?" tanya ku
"Ga ada. Panggil doang" Farhan tertawa
"Ye ngeselin" ucapku sambil meninju pelan pundaknya
"Makan yuk" ajaknya. Aku menggeleng
"Nasib gue udah ditolak mulu" ucap nya. Aku hanya tertawa.
--------------
Aku berjalan menuju stasiun. Pertandingan sudah selesai. Tiba-tiba laki-laki itu berjaan disampingku. Aku sempat kaget. Ia hanya tersenyum. Tak ada pembicaraan sampai aku dan dia masuk kedalam kereta. Tak ada bangku kosong. Terpaksa aku berdiri. Aku menyodorkan paper bag itu kedepan laki-laki itu. Ia mengambil dan memastikan makanan yang ia kasih sudah habis.
"Dinar" ucap nya membisikkan namanya sambil agak membungkuk. Aku hanya tersenyum
"Ad.." baru saja aku mau menyebutkan nama ku
"Adreena" ia menyela sambil tersenyum kepada ku.
Lagi-lagi, aku dan dia diam. Aku dan diam sampai aku sampai. Aku tak mengatakan apa-apa sebelum turun. Hanya tersenyum lalu keuluar dari kereta. Ia membalas senyum ku sambil melambaikan tangannya.
Mengapa? Mengapa hati ku seperti disentuh oleh mu? Oleh senyum mu yang selalu menjadi candu bagiku
YOU ARE READING
Aksara bisu
Teen FictionCinta yang indah itu... ketika kamu tak mengungkapkan nya ia akan selalu ada diruang hatimu sepanjang masa