Kalau kau tanya apa yang membuat aku jatuh cinta dengan laki-laki itu. Entahlah. Itu pun masih tanda tanya besar di kepala ku. Aku mencintainya, laki-laki itu. Bahkan, ketika aku sama sekali tak akrab dengannya. Bercakap dengannya? Bisa dihitung dengan jari. Ah, jangan sebut itu bercakap-cakap. Sebut saja hanya sapaan. Bahkan, ketika aku tak pernah menghabiskan waktu dengannya. Jangankan menghabiskan waktu, bertemu dengannya saja harus menunggu waktu pergi dan pulang sekolah. Aneh tapi nyata. Tapi aku suka. Kisah ku dan dia amat unik.
Kali ini, aku bertemunya kembali. Bedanya adalah, sekarang ia sedang berdiri berdampingan dengan seorang gadis. Menggunakan seragam yang sama denganku dan dia. Wajah nya cantik. Teramat cantik. Rambutnya sengaja terurai. Menggendong tas berwarna marun. Terlihat akrab dengan laki-laki itu. Bahkan, terkesan serasi. Kadang laki-laki itu tertawa, kadang gadis itu yang tertawa. Aku iri? Bisa jadi. Entahlah gadis itu siapa, yang jelas ia mengambil posisi ku. Untunglah, aku bisa cepat menyadari. Bahwa aku terlalu larut dalam perasaan ku sendiri. Terlarut dalam perasaan yang hanya aku rasakan sendiri. Aku keluar dari kereta itu dengan perasaan yang campur aduk. Laki-laki dan gadis itu juga turun. Masih bertatapan. Siapapun yang melihatnya pasti mengira mereka itu pasangan. Aku berjalan sendiri, melupakan tentang mereka. Sesampainya aku di kelas.
"Pagi" aku menyapa Arnita
"Pagi. Eh Adreena. Tau gak?" jawab Arnita antusias
"Kak Dinar yang ganteng itu pacaran. Aneh yah"
Aku hanya terdiam. Berusaha mencerna semuanya. Dinar? Laki-laki itu?
"Apa yang aneh?" tanya ku pelan
"Ya aneh aja, banyak beredar kalau kak Dinar itu belum move on dari mantannya". Aku hanya ber-oh ria.
Bel tanda masuk berbunyi. Pelajaran pertama bahasa indonesia. Guru terngeselin sepanjang 11 tahun aku bersekolah. Guru ini tak segan memberi muridnya nilai yang tinggi, tapi tak segan uga memotong nilai muridnya habis-habisan. Intinya, kalau berhadapan sama guru ini, jangan pernah ngeluh. Kalau kalian ngeluh, kalian malah dikasih lebih menderita. Contohnya saja kelas XI MIA 2 yang mengeluh karena disuruh menulis cerpen 6 lembar, lalu guru itu tiba-tiba menambah nya menjadi 10 lembar. Jangan sampai kalian izin atau sakit dihari pelajarannya, siap-siap saja nilai kalian dihari itu hanya mendapat 15.
Aku hanya pasrah dipelajaran ini, mengikuti semua yang diinginkan guru ini. Itulah fungsi murid. Mengetahui sifat semua guru agar tak terjebak.
"Oke, saya cukupkan sampai disini. Wasalamualaikumwarahatullahi wabarakatuh" guru itu menutup pelajarannya lalu bergegas keluar ruangan kelas ku.
"jamkos, bebas tugas" teriak ketua kelas. Lalu, serentak penjuru kelas menyorak tanda bahagia. Semua murid pun senang ketika jam kosong ditambah tidak ada tugas.
Ilham langsung saja bergerak cepat, duduk didepan Arnita mengeluarkan jurus jahil namun romantis. Arnita memasang tampang sebal. Aku malah senyum melihat tingkah mereka. Lucu sekali. Aku memutuskan untuk tak mengganggu mereka. Aku beranjak keluar kelas sekedar menghirup udara segar. Sekolah ku sejuk. Pepohonan rindang memenuhi sekolah ini. Aku berjalan mengikuti arah kaki ku yang tak jelas. Kebiasaan ku saat berjalan adalah selalu menunduk dan berjalan sangat cepat.
BUK. Seseorang menabrak ku
"Maaf maaf" ucapku reflek. Padahal jelas jelas, bukan aku yang salah
"Eh gapapa...itu" laki-laki itu menunjuk hidung ku. Laki-laki itu kak Dinar. Reflek aku memegang hidung ku. Ada darah mengalir di hidung ku. Ini pasti akibat benturan yang lumayan keras.
"Gapapa?" tanya nya lembut sambil memasang wajah khawatir
"Gapapa" jawab ku
Aku memtuskan untuk segera ke toilet membersihkan darah di hidungku. Setelah selesai, aku keluar dari toilet. Ku lihat kak Dinar berdiri sambil menyender di tembok dekat pintu toilet. Aku sempat terkejut.
YOU ARE READING
Aksara bisu
Teen FictionCinta yang indah itu... ketika kamu tak mengungkapkan nya ia akan selalu ada diruang hatimu sepanjang masa