Ternyata gak seburuk yang gue bayangin buat ikut mereka makan bareng. Mereka asik dan baik, bahkan makanan tadi di bayar semua sama mereka karena katanya hasil dari nge-band di acara tadi. Agak gak enak sih, soalnya itu hasil usaha mereka sendiri dan gue baru kenal mereka hari ini.
Selain itu, karena gue gabung bareng mereka, gue jadi tau kalo mereka udah kenal dari smp kecuali kak Kara. Mereka mulai nge-band juga dari smp sampai akhirnya dilanjut di sma.
Kak Kara dan kak Gibran ternyata udah pacaran dan mereka berdua sama-sama bucin akut, bedanya kalo kak Gibran kelihatan jelas kalo kak Kara diem-diem jutek gitu, lihat mereka tuh lucu banget apalagi waktu kak Gibran bercandain kak Kara.
Waktu mau pulang kak Ares tiba-tiba tanya alamat rumah gue yang gue jawab dengan nama perumahan tempat gue tinggal. "Oh, berarti sejalan sama rumah Gio. Pulang sama Gio aja, ya gak yo?" yang di tanggapi Gio dengan anggukan.
"Gak usah kak," tolakku.
"Gak apa-apa, lagian juga sejalan sama rumah gue dan kebetulan juga gue bawa mobil sendiri," kata Gio yang diangguki ke tiga orang temannya minus kak Kara. Gue mau nolak karena ngerasa gak nyaman aja kalo harus semobil sama orang yang gak kenal banget, mana cuman berdua lagi.
"Udah malem, mending kita langsung pulang," kata kak Keivan yang gue sadari kalo dia jarang ngomong dari tadi.
Kami turun ke arah parkiran mobil barsama-sama terus pisah karena ke empat orang minus gue dan Gio satu mobil karena rumahnya searah.
Gio memasukkan gitarnya ke dalam bagasi lalu masuk ke dalam mobil. "Masuk. Jangan berdiri aja kayak patung," ucapnya setelah membuka jendela mobil dengan muka yang datar.
Dengan agak gak rela akhirnya gue masuk ke dalam mobilnya. Untuk golongan mobil punya cowok, mobilnya bersih dan wangi sama kayak Dimas.
Selama di perjalanan, kami sama-sama diam. Hanya suara lagu-yang entah dari band apa-mengalun di mobil ini.
"Blok apa?" tanyanya memecah kesunyian.
"Bougenville, nomer dua puluh."
Setelah itu kami diam lagi. Tumben banget dia gak ngeselin. Biasanya tiap ketemu gue dia ngeselin banget dan bikin emosi, mungkin dia capek abis nge-band tadi atau dia emang lagi males ngomong atau mungkin bisa aja dia gak nyaman sama gue.
Mobilnya berhenti waktu sampai di depan rumah gue. "Makasih, hati-hati di jalan." ucap gue dengan senyuman sepenuh hati karena dia udah nganterin gue pulang.
"Oke, jangan lupa mimpiin gue," balasnya dengan rasa percaya diri yang tinggi yang bikin gue pengen narik ucapan terima kasih gue tadi.
"Ngapain gue harus mimpiin lo?"
"Ya kalo lo mimpiin gue, berarti lo lagi mimpi indah," balasnya sambil senyum yang bisa dibilang manis dan berpotensi bikin cewek-cewek meleyot.
Ya ampun, sadar Len, sadar ini Gio yang nyebelin bin ngeselin! Gue buru-buru keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Gue mengintip di jendela rumah, mobil Gio masih ada di depan. Setelah gue ke kamar dan mengintip lagi mobil Gio sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Teen FictionHelenia Karina pradipta, seperti remaja pada umumnya yang mulai tertarik pada hal-hal berbau romantis, dia mulai menyukai Dimas yang merupakan sahabatnya dari kecil. Tapi ternyata saat dia mulai menyadari perasaanya lebih dari yang dia pikirkan, Dim...