Hari ini adalah hari keempat Billy bersekolah di SMA Harapan. Billy memasang tali sepatunya, dan pergi ke garasi mengambil mobilnya. Ayahnya saat ini sedang sarapan bersama ibunya, dia tidak ikut sarapan bersama mereka karena Billy tidak ingin bertemu dengan ayahnya. Billy dan ayahnya memiliki hubungan yang kurang baik sejak kejadian itu, Billy menjadi agak benci terhadap ayahnya.
Brummm
Billy menjalankan mobilnya pergi meninggalkan rumah. Dia memasang headset-nya dan memutar lagunya dengan volume keras. Sambil menyetir dia bersenandung mengikuti irama musik. Saking nyamannya dia lupa kalau saat ini dia sedang mengendarai mobilnya tepat di garis putih yang ada di tengah jalan.
Tin tin tiiin!!
Suara klakson mobil di belakang Billy membuat Billy melirik ke arah spion."Tan tin tan tin mulu, emangnya gue budeg apa." Billy mendengus kemudian tersenyum jahil. Dia semakin menyetir mobilnya ke arah tengah jalan. Mobil hitam yang tadi sudah memberi peringatan kepada Billy, mengklakson Billy lagi. Billy tertawa puas kemudian menepikan mobilnya setelah sampai di dekat sekolah SMA Harapan. Mobil hitam tadi juga menepikan mobilnya tepat di belakang mobil Billy.
Seorang gadis berambut panjang dan berkacamata sambil membawa tumpukan buku didekapnya. Rere turun dari mobil hitam tersebut dan berjalan ke arah gerbang sekolah. Billy kaget bukan main ternyata mobil yang dikerjainya tadi penumpangnya adalah Rere.
Billy tersenyum kecut ke arah supir Rere yang sedang menatapnya dengan kesal. Lalu dia masuk lagi ke dalam mobilnya untuk memarkirkan mobilnya.
"Sa ae lu Billy, habis ngerjain temen sebangku lo yang cueknya super nyeselin banget," Ucap Billy sambil menghidupkan mobilnya.
~~~
Rere masuk ke dalam kelas sambil mendekap buku-bukunya. Dua duduk di kursinya dan mengecek pelajaran yang akan diajarkan nanti. Saat dia membaca buku itu, tiba-tiba dia teringat kata-kata yang diucapkan kemarin.
"Lo masih mau ngejalanin rencana itu?"
Kata-kata itu terngiang di kepala Rere, dia melamun sesaat. Tiba-tiba di hadapannya wajah Billy di depan wajahnya.
"Bah!" Ucap Billy yang berusaha mengagetkan Rere. Tapi dia tidak berhasil mengagetkan Rere yang sedang melamun sendirian. Rere memang tidak kaget tetapi dia sudah sadar hanya kepalanya tetap terpaku ke arah depannya.
Billy menghela napas dan duduk di samping Rere. Dia melihat Rere yang masih tidak menghiraukannya, mungkin karena kejadian tadi pagi itu membuat Rere marah kepadanya.
"Sorry," Ucap Billy tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya kepada Rere.
Rere melirik ke uluran tangan Billy dan mendengus.
"Dasar gila," Rere mengatakannya sebagai balasan permintaan maaf Billy dengan nada datarnya. Billy membulatkan matanya, di dalam hati nuraninya yang niatnya mau minta maaf tadinya sekarang berubah menjadi kekesalan.
Billy menarik napasnya dan menghembuskannya dengan pelan, dia berusaha mengendalikan emosinya karena perkataan Rere yang menusuknya. Entah kenapa jika orang lain yang mengatainya gila itu hal biasa saja tetapi jika Rere yang mengatakannya terasa merendahkan sekali bagi Billy.
"Okeh, terserah mau bilang apa yang jelas gue tadi minta maaf, gue nggak tau kalau itu mobil lo heh," Billy memutar kepalanya ke samping kanannya, dia merebahkan kepalanya untuk tidur. Dia sudah tidak memperdulikan Rere lagi, sudah cukup itu saja.
Wajah Rere datar lalu dia mengangkat bahunya kemudian membaca bukunya lagi. Rere tampak tidak peduli dengan perkataan Billy barusan.
~~~
Fisika, mata pelajaran yang sangat dibenci oleh Billy saat ini sedang diajarkan. Hari ini sepertinya tidak ada jamkos seperti biasanya.
Bu Tari menjelaskan pelajaran tersebut dengan keras agar murid-muridnya mengerti, tetapi itu semua tidak mempan bagi Billy. Dia hanya manggut-manggut lemas, Billy merasa tidak betah dengan fisika. Ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri, semua yang diajarkan Bu Tari sama sekali tidak dimengerti oleh Billy.
Dia melirik sekilas ke arah sampingnya Rere, rupanya Rere sangat memperhatikan materi tersebut. Rere mencatat apa yang dituliskan Bu Tari di papan tulis, sedangkan Billy hanya memandangi Rere dengan santainya.
"Jika kalian salah menggunakan rumus ini, maka kalian akan-" Bu Tari menghentikan ucapannya, dia menatap tajam ke arah bangku Rere dan Billy.
"Maka kalian akan saya lempar dengan ini," Tangan Bu Tari sudah memegang penghapus papan tulis, dia sudah siap mau menimpuk Billy. Rere melihat isi kelas dan beralih menatap Billy yang sedang memandanginya.
"Kenapa?" Tanya Billy sambil mengangkat kedua alisnya. Rere memberi tanda berupa lirikan ke arah depan agar Billy sadar. Tapi percuma Billy nggak peka sekalipun.
Puk!
Billy kaget dan mengelus kepalanya yang sakit akibat lemparan Bu Tari yang secara tiba-tiba. Dia menoleh ke arah Bu Tari dan meringis kesakitan.
"Kalau kamu tidak mendengar apa yang saya katakan, keluar saja!" Sentak Bu Tari kepada Billy, suasana seisi kelas tiba-tiba menjadi dingin seketika. Bagaikan diterpa badai salju yang amat besar.
Rere mendengus dan melanjutkan menulis catatannya, sedangkan Billy hanya menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
Bego banget lu Billy, batinnya dalam hati.
Dia tidak sadar kalau sudah dari tadi dia dia diperhatikan oleh Bu Tari. Dia juga berpikir mengapa dia selama itu saat memperhatikan Rere.
Pelajaran kembali dimulai, saat ini Billy serius memperhatikan apa yang dijelaskan oleh Bu Tari. Dia tidak mau Bu Tari memukulnya lagi, karena Billy merasa sudah ditandai oleh Bu Tari. Begitupula Rere yang saat ini sedang menulis catatan di papan tulis.
~~~
Dua jam sudah berlalu, tidak terasa waktu begitu cepat hari ini. Pelajaran Bu Tari berakhir sampai disini, saat ini beliau sudah merapikan buku-bukunya dan berniat keluar dari kelas. Sebentar lagi pelajaran matematika, tetapi hari ini guru yang mengajar pelajaran tersebut sedang tidak masuk. Karena umurnya yang sudah tua dan penyakit diabetes yang dideritanya, membuat Pak Ali sering tidak masuk ke kelas ini.
Jamkos lagi, waktu terbuang di saat-saat seperti ini. Jam istirahat juga masih lama, kurang dua jam lagi. Rere merapikan buku-bukunya dan berniat pergi ke taman lagi. Dia tidak hanya pergi membawa bukunya saja tetapi tas sekolahnya juga dibawanya.
Hari ini sekolah memulangkan siswanya lebih awal, dikarenakan acara penyambutan kepala sekolah baru itu. Mungkin jam istirahat akan diganti jam pulang sekolah. Siswa lainnya juga sudah menenteng tasnya sambil pergi keluar.
Rere melangkah pergi keluar kelas sambil menenteng tas sekolahnya. Billy juga akan pergi ke kantin sekaligus sambil menunggu bel pulang berbunyi.Rere berjalan menyusuri koridor sekolah, sembari berjalan dia memasang headset-nya. Bukan untuk mendengarkan alunan musik yang berputar tetapi untuk menghindari keramaian ini.
Memakan waktu 10 menit, Rere akhirnya sampai di taman tersebut, dia segera duduk dan melihat ke sekeliling taman. Matanya tertuju ke arah kursi taman yang letaknya bersebelahan dengan kolam kecil. Seorang cowok sedang duduk di kursi itu, dia sedang memainkan hapenya. Tama duduk di kursi itu dengan santainya.
Tama meletakkan hapenya dan melihat Rere, mata mereka saling bertemu. Tama menatap Rere dari kejauhan, Rere tidak memperdulikan tetapan Tama kepadanya dan memilih untuk memalingkan wajahnya.
Di taman sekolah yang tenang ini, untuk pertama kalinya mereka berada di tempat yang sama dalam waktu yang agak lama.
~~~
Vomment please
Butuh saran dan votenya^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince With Ice Queen (hiatus)
Teen Fiction"Gue punya tujuan hidup di dunia ini dan lo, kalo cuma ingin ngerusak gue, gak usah deketin gue!" Rheina Michelle. "Gue cuma ingin lo ngerubah hidup lo yang isinya cuma hitam putih doang," Billy Daffian. "Emang kita harus merasakan hal-hal itu?" Tam...