6

24 1 0
                                        

Di ruangan yang gelap dengan sedikit sinar matahari yang masuk melalui jendela kecil, seorang cewek memakai topi hitam dan pakaian serba hitam berdiri di depan sebuah papan besar terbuat dari kayu yang dipoles dengan halus. Di papan tersebut terpampang foto seorang direktur sekolah SMA Harapan dan foto seorang pria memakai jas hitam pekat tersenyum dengan seorang wanita dan anak laki-laki di sampingnya.

Di antara foto tersebut, banyak tulisan tertera disana. Sebuah struktur tepatnya, tentang hubungan direktur sekolah Rere dan pria berjas itu. Mulai dari foto kejadian tabrak lari sampai penyelundupan uang ada di papan tersebut. Sampai pada akhirnya foto Rere dan keluarganya tertempel juga di papan tersebut.

Cewek bertopi itu menatap papan tersebut dan tersenyum sinis. Matanya tertutup oleh poninya, bibir tipisnya tersenyum dengan sinis. Cewek itu berjalan menuju pintu keluar ruangan tersebut.

~~~

Di kelas yang amat ramai ini, Billy berusaha memejamkan matanya. Ia ingin tertidur sampai jam istirahat datang, ia sangat mengantuk karena tadi malam ia begadang mengerjakan tugas yang diberikan Bu Tari.

Rere diam melamun menatap ke arah luar jendela tepatnya lapangan basket itu. Dia diam tanpa berkata apa-apa.

"Re, lo udah ngerjain tugas dari Bu Tari nggak? Gue mau nyontek yang nomer terakhir aja, soalnya gue nggak tau jawabannya gimana nih?" Tanya Billy tiba-tiba, ia ingin segera menghilangkan suasana canggung antar teman sebangku.

"Emang kita sedeket itu? sampe-sampe lo minta contekan ke gue?" Balas Rere dengan wajah datar, dia berbicara tanpa melihat lawan bicaranya dan tetap diam menatap luar jendela.

"Gila, gue itu te-me-n se-bang-ku lo Re," Billy menjawab dengan menekankan satiap kata yang keluar dari mulutnya. Dia tidak habis pikir, mengapa Rere sangat dingin kepadanya. Baru ini dia bertemu dengan manusia berkepribadian seperti Rere. Jahatnya minta ampun.

"Gue nggak ngerasa-ngerasain kalo lo temen gue,"

"Yayaya, terserah lo!" Billy membuka bukunya dan mempelajarinya. Ia sudah bosan dengan perilaku Rere, keliatan simple banget gitu. Tanpa ada masalah.

Tiba-tiba Bu Ana masuk ke kelas dengan wajah mengerikannya itu. Dia membawa sebuah rotan yang menjadi 'kebiasaan' barunya, untuk memukul siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah.

Kelas yang awalnya ramai dibuat diam oleh aura jahat Bu Ana. Ogi pun begitu yang semula menyanyi dengan keras menjadi terdiam sambil menunduk.

Bu Ana melihat sekeliling kelas.

"Semuanya,kelas kita kedatangan siswi baru masuklah," Ucap beliau sambil mempersilakan seseorang memasuki kelas.

Seorang gadis cantik memasuki kelas 11 IPA sambil merangkul tasnya. Rambutnya tergerai begitu saja dengan poni yang menutupi dahinya. Kemudian dia berdiri di samping Bu Ana dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.

Ogi yang tadinya hanya diam langsung dibuat kagum oleh kedatangan gadis itu. Ogi tersenyum dengan sendirinya, sepertinya dia terpesona oleh kecantikan gadis pindahan itu.

"Wuhuuu!"

"Cuit cuit!"

"Anak mana neng?"

Sahut cowok-cowok kelas 11 IPA, mereka bersiul-siul nggak jelas tanpa peduli Bu Ana yang kini raut wajahnya diselimuti kemarahan.

Tak tak tak

Suara rotan Bu Ana terdengar keras di telinga. Seisi kelas terdiam sejenak dan menunduk.

"Siapa yang menyuruh kalian celometan gitu?! Dasar anak-anak tidak tau aturan!" Bentak Bu Ana sambil menuding-nudingkan rotannya ke arah siswa laki-laki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince With Ice Queen (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang