3.Camp Riset

55 6 2
                                    

Alasan mengapa Bobby lebih suka pergi keluar dia tidak betah sendiri. Orangtuanya jarang berada dirumah mereka sibuk bekerja. Saat kecil Bobby sering pergi dengan orangtuanya ke berbagai macam negara. Dia bahkan pernah menetap di Afrika selama kurang lebih enam bulan saat dia berusia tujuh tahun, orangtuanya juga salah satu investor di sebuah perusahaan minyak disana.

Tempat kelahiran Bobby bahkan bukan di Indonesia, melainkan di Montreal Kanada. Ibu dari ayah Bobby menikah lagi dengan seorang pengusaha asal Kanada. Kemudian ayahnya mulai membuka perusahaan sendiri di Queebec. Perusahaan itu segera mendapat keuntungan besar walau masih tergolong perusahaan yang baru beroperasi selama kurang lebih tiga tahun. Ayahnya bertemu dengan ibunya sudah dari sejak masa kuliah. Mereka menikah setahun sebelum ayah Bobby membuka perusahaan di Queebec.

Dari kecil Bobby sudah sangat akrab dengan paman angkatnya, paman Olery. Paman Olery sebenarnya hanyalah pekerja di pacuan kuda milik keluarganya. Tugasnya adalah memberi makanan kuda. Saat mereka datang untuk berlatih berkuda, Bobby kecil selalu meminta paman Olery mengajarinya cara memberi makan kuda disana.

Orangtuanya tidak melarangnya untuk dekat dengan siapa saja. Semenjak itu dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan paman Olery.

Mulai dari berkebun, memancing, berlatih basket, hingga Bobby pergi ke Indonesia. Saat beranjak dewasa dia mulai tertarik dengan negara asal orangtuanya.

Kehidupan di Indonesia lebih beragam. Dia hanya sedikit terkendala di bahasa, dia lebih fasih berbahasa Inggris dan Prancis, daripada bahasa Indonesia. Itulah mengapa dia berusaha keras berlatih dan belajar bahasa Indonesia selama mengikuti kursus bahasa. Kebetulan saat ia lulus dari junior high school orangtuanya memberinya kebebasan untuk melanjutkan sekolah dimana. Ketika itu orangtuanya juga tengah sibuk bolak-balik ke Indonesia untuk berbisnis. Akhirnya, dia memilih melanjutkan SMA di jakarta. Karena disanalah dia bisa bertemu dengan ketiga brothernya.

⚫⚫⚫⚫⚫

Pagi-pagi sekali Bobby tiba disekolah, ini biasa dia lakukan untuk menghindari kemacetan. Kelasnya berada dilantai tiga, dia menaiki tangga sambil memainkan ponselnya. Fokusnya tidak pada tangga yang akan dilalui.

Saat diundakan tangga yang terakhir, Bobby terkejut saat tiba-tiba wajahnya menabrak punggung seseorang. Reflek sang pemilik punggung itu pun berbalik. Karena Bobby sudah terlanjur menaikkan kakinya ke atas, kakinya otomatis menginjak kaki diatasnya saat keduanya tampak berhadapan.

Luna menjerit karena terkejut dan tubuhnya hampir ambruk kedepan kalau saja Bobby tidak menahanya. Tangan Bobby memegang bahu Luna supaya mereka tidak jatuh. Bersamaan dengan itu pula terdengar suara benda jatuh menghantam lantai dengan keras.

"Kamu tidak apa-apa? "Tanya Bobby spontan.

Luna segera naik dari undakan tangga terakhir. Bobby melepas tangannya dari bahu Luna.

Sekolah masih sepi, kejadian ini membuat keduanya merasa gugup.

Bobby menjadi teringat ponselnya, dia kemudian melihat kebawah.

"Akh..Sial! "Umpatnya pelan.

Luna ikut melihat, dan dia jadi merasa bersalah karena menolongnya Bobby jadi kehilangan ponselnya. Tapi jika Bobby tidak menginjak kakinya dia juga-ah.. dia juga tidak sepenuhnya salah, batinnya.

"Maaf.. "Ucap Luna terdengar begitu dekat di pendengaran Bobby. Saat ia menoleh ternyata Luna tepat berada disampingnya. Hampir ia melompat karena kaget.

"Hmm, tidak apa-apa. Itu bukan salahmu. "

Luna menarik napas pelan. "Aku sekarang belum punya uang untuk menggantinya, tapi kuusahakan untuk--"

Milky WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang