Author POV
Hyoyeon berjalan kearah salah satu pohon tua dekat bangku halaman belakang sekolah. Sesampainya dipohon tua itu, Hyoyeon memandang goresan-goresan yang ada pada batang besarnya. Goresan itu berkelipatan lima dan sekarang sudah masuk goresan yang ke dua puluh dua. Mengambil batu yang memiliki sisi tajam, Hyoyeon membuat satu goresan dedekat satu goresan tanpa kawan. Lengkap sudah goresan itu berjumlah dua puluh dua.
"Umurku bertambah satu tahun hari ini, Ayah.." lirihnya bersama dengan senyuman getir menghiasi bibirnya yang sedikit luka disudutnya.
Tepat hari ini Hyoyeon berulang tahun yang ketujuh belas tahun. Tanggal 22 september dimana dia dilahirkan untuk menjadi sosok wanita yang kuat dalam menghadapi masalah, seperti lima tahun lalu tepatnya saat dia persis berulang tahun yang kedua belas, Hyoyeon merayakan hari kelahirannya dengan kepergiannya sang ayah dari dunianya. Hari yang menyenangkan sekaligus menyakitkan baginya. Nasib yang malang.
Hyoyeon mengusap lemah garis-garis yang ada dibatang pohon tua itu. Pelupuk mata indahnya menampung airmata yang siap untuk tumpah. Sedih mengingat masa lalunya saat ditinggal oleh ayah tercinta.
"Appa, mianhe.. Kalung pemberian appa tak bisa kujaga dengan baik. Mianhe appa.. hiks.. mianhe.." airmata yang ditahan oleh Hyoyeon akhirnya tumpah menandakan bahwa jiwanya rapuh. Kepalanya tunduk dan tangannya tetap menyentuh pohon tua dihadapannya, sekedar untuk menopangnya saat ia tak kuat menahan diri jika ia runtuh.
"Appa.. Eomma, hiks eomma sekarang sering sakit-sakitan hiks.. Semenjak appa pergi, eomma jadi bersikap berlebihan. Hiks, dia selalu kerja dan kerja sekedar untuk menghidupiku. Aku merasa kalau eomma.. hiks.. eomma berusaha untuk menutupi kesedihannya dengan gila kerja sampai eomma menjadi sakit-sakitan..." berusaha untuk meredam kesedihannya, Hyoyeon menghapus air matanya dan duduk bersandar pada pohon tua itu.
"..Aku berusaha untuk melakukan apa yang ayah minta, menjadi wanita yang kuat, menerima semua keadaan yang terjadi dan menjalani hidup tanpa beban, kalau sedang sedih eomma tak boleh sampai tau, dan tidak boleh menjadi wanita yang pemurung atau menjadi wanita cengeng. Tapi aku masih lemah.. Aku lemah ayah.. Putrimu akhirnya tumbang.. Hiks.." Hyoyeon menangis sejadi-jadinya. Di benar-benar merasa lelah, sangat lelah.
Dari jauh tanpa Hyoyeon sadari ada sepasang mata yang memperhatikan dia dari pertama dia datang ke pohon tua. Kedua mata tajam yang memandanginya saat ini adalah milik Luhan. Pria yang sangat menuntut kesedihan Hyoyeon terlihat didepan matanya. Dan keinginannya terkabul sekarang. Hyoyeon menangis dan menunjukkan sosok lemahnya sekarang.
Tapi, siapa yang tahu hati seseorang kecuali Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta serta Penggerak hati ciptaannya.
Tatapan tajam Luhan memandang Hyoyeon menangis tersedu ternyata tak membuat hatinya menjadi bahagia. Hati Luhan bergetar melihatnya.
Luhan POV
Benar-benar tak bisa kupercaya, akhirnya Hyoyeon melawanku juga setelah sekian lama kubuat dia sengsara. Sepertinya aku harus bersiap-siap untuk merencanakan sesuatu agar dia ingat bahwa akulah yang berkuasa atas dirinya.
Kuambil kalung milik Hyoyeon dari saku celanaku. Kalung sederhana seperti kalung pada umumnya, berbentuk hati yang didalamnya terdapat foto orang yang disayang, membuatku heran dengan sikap Hyoyeon yang terlalu berlebihan saat tau kalungnya ada ditanganku.
"Apa berharganya kalung ini?" ucapku aneh sambil memandang kalung yang kupegang. Kulihat sisi depan kalung bertuliskan 'I ♥ U' sedangkan sisi belakang kalung..
"Putri Ayah?" kubaca ukiran itu. Sedikit ada rasa tak senang yang kurasakan dengan kata 'Ayah' diukiran itu. Kubuka kalung itu yang ternyata didalamnya terpasang foto seorang lelaki tua dan juga seorang anak kecil kisaran umur 7-8 tahunan. Pasti itu adalah foto Hyoyeon dengan ayahnya saat dua masih kecil. Tapi aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dari foto itu.
YOU ARE READING
Punishment
FanfictionSaat jatuh cinta membuat semuanya indah, kuyakinkan diriku bahwa hal itu juga akan terjadi padaku.. Semoga -Kim Hyoyeon- Indah rasanya melihatmu menderita. Tuhan tau siapa yang berkuasa disini, maka bersiaplah untuk mimpi buruk mu. -Xi Luhan- ...