Hyoyeon diam dalam ketegangan. Tangannya meremas ujung jaketnya agak kasar. Hatinya merasa tidak tenang didekat Taehyung. Entah kenapa tubuh, hati, serta pikirannya seperti telah diikat dengan kuat hingga dia tak bisa apa-apa selain diam."Kenapa kau diam saja Hyoyeon? Apakah kau sakit?" tanya Taehyung sambil menatap Hyoyeon lebih jelas lagi karena wajah Hyoyeon yang sedikit tertutup oleh rambut pirang panjangnya.
"Bagaimana.. bagaimana kau.. bisa tahu.. namaku? Aku tak membalas untuk memberitahumu namaku tadi." tanya Hyoyeon menatap Taehyung penuh tanda tanya dan rasa curiga dalam benaknya.
Taehyung tersenyum sebentar lalu menjawab Hyoyeon sambil memegang pundak Hyoyeon lembut."Kau sepertinya memang benar-benar melupakanku. Aku tadi memberitahumu namaku karena kupikir kau hanya lupa dengan namaku, tapi ternyata kau juga lupa dengan sosokku ini." Taehyung menjelaskan pelan-pelan agar Hyoyeon mendengarkan setiap kata yang diucapkannya.
Hyoyeon masih diam tak merespon. Ia melirik pada tangan Taehyung yang terus memegang pundaknya. Perlahan Taehyung melepaskan pundak Hyoyeon, mengerti maksud wanita didepannya itu.
"Baiklah.. Aku ini pernah satu sekolah denganmu waktu masih sekolah menengah pertama. Aku kakak kelasmu satu tingkat. Kita sangat akrab dulu." jawab Taehyung menyempurnakan jawaban yang diingin Hyoyeon. Hyoyeon masih diam. Ia lebih intens sekarang menatap mata Taehyung.
"Kau pasti berbohong kan?" kerutan terlihat diantara tautan alis Hyoyeon. Dia masih curiga.
"Tak mungkin aku berbohong padamu Hyo. Kalau aku berbohong mana mungkin aku tahu namamu. Aku bahkan juga tahu banyak tentang dirimu." Taehyung tetap tenang menjawab Hyoyeon memberi keyakinan bahwa ia memang tidak sedang berbohong.
"Apa yang kau ketahui tentangku?" tanya Hyoyeon cepat takut pria dihadapannya itu akan berbohong lebih jauh lagi. Taehyung sejenak berpikir mengingat apa yang pernah Hyoyeon katakan padanya dulu. Taehyung tersenyum puas setelah menemukan jawabannya.
"Kau itu bisa menggunakan tangan kanan dan kirimu dengan baik. Kau sangat suka angka dua dan tiga atau gabungan dari keduanya. Kau sangat benci sama kodok. Dan Hobimu itu menari. Yaahh.. meskipun masih ada yang lain, tapi jawabanku yang tadi benar kan?" mendengar Taehyung menjawab dengab sangat percaya diri malah membuat Hyoyeon menjadi lebih takut.
Pasalnya Hyoyeon sedikit lupa dengan hal yang disukainya- kecuali menari- dan hal yang tak disukainya. Hyoyeon takut jika jawaban Taehyung benar, maka Taehyung akan meminta suatu hal yang hanya Hyoyeon yang bisa mengabulkannya, itu yang dikira Hyoyeon.
Firasat Hyoyeon mengatakan bahwa Taehyung pasti tak akan melepasnya begitu saja. Hyoyeon sendiri tak tahu kenapa bisa berpikir buruk tentang orang lain tapi didalam lubuh hati Hyoyeon mengatakan kalau Taehyung adalah orang yang harus dihindarinya sekalipun dia orang yang akrab dengannya dulu.
"Tak masalah kalau kau tak bisa percaya padaku, aku mengerti itu. Mungkin butuh waktu bagimu untuk mempercayai orang lain sepertiku." ucap Taehyung karena melihat Hyoyeon yang tak berkata apa-apa selain menunduk kebawah dan berpikir.
"Aku memang tak begitu tahu apa yang sedang kau alami sekarang tapi sepertinya kau dalam keadaan tak terlalu baik saat ini. Aku hanya bisa berharap kalau kau sudah baik-baik saja dan mulai mengingatku lagi.." Hyoyeon melihat kearah Taehyung menunggunya meneruskan kalimatnya.
".. Aku ingin kau kembali padaku Hyo."
Deg
Jantung Hyoyeon terasa berhenti mendengar kalimat terakhir Taehyung. Pandangannya kosong lidahnya pun terasa kelu. Ia seperti sedang masuk kedunia ilusi. Tubuhnya terasa melayang tapi juga terdapat rasa sakit yang ia rasakan.
YOU ARE READING
Punishment
FanfictionSaat jatuh cinta membuat semuanya indah, kuyakinkan diriku bahwa hal itu juga akan terjadi padaku.. Semoga -Kim Hyoyeon- Indah rasanya melihatmu menderita. Tuhan tau siapa yang berkuasa disini, maka bersiaplah untuk mimpi buruk mu. -Xi Luhan- ...