Cahaya matahari menembus air memperlihatkan dasarnya yang seakan dangkal, jangan terkecoh ini hanya permainan cahaya yang membodohi mata. Aku pernah hampir mati tenggelam karena asal melompat ke dalam air, beruntung salah seorang temanku dengan cepat menarik tanganku menuju ke pinggir kolam. Aku selalu mengingat kejadian itu sehingga lebih was - was ketika akan terjun ke dalam air. Dengan berjalannya waktu air kian menjadi temanku, aku tak merasa takut terjun ke dalam air bahkan dari ketinggian. Air terasa menyenangkan.
Siang ini terasa lebih teduh awan menggantung di angkasa menghalangi sinar matahari. Aku mengenakan baju renang lengan panjang berwarna biru dongker dan duduk disekitar teman - temanku. Bagiku mereka adalah sekumpulan orang gila yang berlagak normal di depan umum, mereka selalu berhasil membuatku tertawa dengan berbagai macam lelucon dan aksi konyolnya masing - masing. Tiba - tiba terdengar suara nyaring peluit yang menandakan isyarat untuk berbaris, kami segera turun dan membentuk formasi tiga bersab bersama siswi lain.
Aku menyukai air sehingga berenang bukanlah hal yang sulit untukku, berbagai macam gaya berenang telah aku kuasai. Kami dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama untuk yang sudah mahir berenang, kelompok ke dua untuk yang belum begitu bisa berenang, dan ketiga untuk yang belum bisa berenang sama sekali. Aku masuk ke dalam kelompok pertama, tugas yang ku dapatkan adalah berenang dengan gaya dada 100m dan punggung 100m. Karena hanya ada dua guru yang mengajar kelompokku tidak mendapat pengawasan ekstra.
Pelajaran berenang selesai pada pukul 16.00, aku bersiap untuk mandi dan berganti pakaian. Seperti biasanya kamar mandi penuh dan mau tak mau aku harus mengantri, usai mandi aku mengemasi baju berenangku dan memasukannya ke dalam tas.
Aku terkejut karena Putra sudah berdiri di depanku.
"Loh kok udah disini?""Iya dong, tadi aku terbang." Jawab Putra dengan cengengesan.
Aku memukul pelan bahunya sambil berkata
"Sejak kapan punya sayap bang?""Sejak lahir. Bentar ya Nay aku haus mau beli minum bentar."
"Ya."
Gubrak .... Putra terpeleset saat menuruni tangga ketiga, padahal saat itu keadaan sekitar cukup ramai. Aku menahan tawa dan pura - pura tidak melihatnya, saat dia sudah berada agak jauh aku tertawa terbahak - bahak sehingga membuat beberapa orang melirikku dengan tatapan heran.
Saat Putra kembali dari tempat ia membeli minum aku mengajukan beberapa pertanyaan.
"Kok tadi jatuh. Kesandung kodok?"
"Enggak, tadi gak fokus lihatin mbak - mbaknya yang di samping. Cantik banget."
"Ohh gitu?? Makanya kalo jalan yang fokus, matanya di jaga!! Gimana enak jatuh?! Jawabku antara perasaan jengkel dan geli karena melihatnya jatuh.
Tu buat yang cowo, jaga mata kalo gak mau jatuh kayak Putra 😁
.
.
.
Hay buat yang udah baca ceritaku aja aku dah seneng kok apa lagi di kasih vote heheheTrimakasih 🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive
Teen Fictionketika aku mendapati separuh hatiku kosong, menunggu sesuatu yang tak pasti hingga mulai membenci. Tersadar dan pada akhirnya memaafkan, namun aku masih saja menunggu meski ku tau kau takkan pernah kembali. Aku lelah bolehkah aku melepasmu? Dan bia...