Lie

121 11 0
                                    

   Asap mengepul mengudara membuat mataku terbelalak. Apa aku salah melihat? Batinku dalam hati, ingin rasanya aku memutar arah dan memastikannya sekali lagi tapi aku sudah melaju terlalu jauh malas untuk memutar arah. Sepanjang jalan aku memikirkan apa yang tadi kulihat, kuharap itu adalah orang lain. Terbesit pertanyaan - pertanyaan yang membuatku penasaran dan akhirnya ku beranikan diri untuk bertanya pada Putra. Syukurlah semua itu hanya sebatas kekawatiranku saja.

"nanti aku gak bisa ngechat paketanku abis."
"Oke." Ya aku mempercayainya. 

   Suwung, menaik turunkan umpan dan... yaps aku melihat umpannya 1 menit yang lalu.

"Oii, katanya off" tanyaku penuh selidik.

   Diluar dugaan, jawaban kasar dan makian yang menyakitkan. Bisakah menulis kata yang lebih halus? Karna semua itu menyakitiku, aku ingin memastiakan jika kabarmu baik - baik saja hari ini namun apa yang ku dapat hanya luka.

   Seminggu terakhir ini moodku ku kurang baik, sial semua masih terasa menyakitkan.

"Ren.."
"Eh kenapa tu wajah lungset. Semangat dong."
"Iyaaaa."
"Lagi ada masalah ma Putra ya? Cerita sini, sapa tau bisa bantu."

   Ku ceritakan semuanya pada Rena, gadis baik berkulit putih dengan rambut sebahu itu memang dapat dipercaya. Beruntungnya aku memiliki sahabat seperti Rena. Ia selalu mendengarkan keluh kesahku dan membuatku merasa lebih baik.

   Perlahan perbedaan mulai terasa, Putra menjadi lebih kasar posesive dan sering membicarakan luka lama. Riski. Perubahan ini membawa dampak yang cukup buruk terutama pada bidang stady.

   Kali kedua aku melihatmu dipenuhi dengan kepulan asap di depan wajahmu. Aku bertanya dan hanya pengelakan yang kau ucap.

Terimakasih sudah membaca
Sorry ceritanya pendek lagi gak mood hehehehe 😁

Jangan lupa vommentnya ya

  

  
  

Forgive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang